Bakso Kasar Cak Ri, Kuliner Unik di Kota Kediri yang Mampu Menyatukan Proletar dan Borjuis

Bakso Kasar Cak Ri, Kuliner Unik di Kota Kediri yang Mampu Menyatukan Proletar dan Borjuis

Bakso Kasar Cak Ri, Kuliner Unik di Kota Kediri yang Mampu Menyatukan Proletar dan Borjuis (Unsplash.com)

Sebagai perantau golongan proletar, saya cukup bersyukur sampai hari ini bisa betah tinggal di Kota Kediri. Penyematan “kota paling bahagia se-Indonesia” tampaknya memang bukan sesuatu yang berlebihan bagi Kota Tahu Takwa ini. Salah satu hal yang bikin saya pribadi percaya akan hal itu adalah kuliner bernama Bakso Kasar Cak Ri.

Iya, saya paham, kuliner sejuta umat itu tak hanya menjamur di Kediri. Namun, saya merasa, ada hal-hal unik dari bakso Cak Ri ini yang tak dipunyai bakso di kota-kota lain. Dia tak hanya menawarkan harga dan cita rasa, nuansa ideologis ala Karl Marx pun ada di dalam keseluruhan aspek bakso Cak Ri.

Sungguh, jika Anda merasa waktu hidup di dunia ini masih lama, saran saya melanconglah ke Kediri, dan berkunjunglah ke Bakso kasar Cak Ri sebelum mati.

Gerobak bakso yang ramai pengunjung meski berdiri di sempitan gang

Bakso Kasar Cak Ri Kediri ini dijual dengan memakai gerobak. Uniknya, keberadaannya tak seperti gerobak bakso seperti biasanya. Jika gerobak bakso biasanya dapat ditemui di pinggir jalan yang ramai atau tempat hiburan, maka Bakso Kasar Cak Ri berada di gang yang cukup sempit. Lokasi tepatnya di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Kota, Kota Kediri, di depan pas Toko Matahari Textile.

Dahulu saya sempat heran, kok bisa Cak Ri dengan PD-nya berjualan bakso pakai gerobak. Apalagi jualannya di daerah yang jauh dari keramaian. Padahal di sekitaran situ juga ada banyak sekali warung-warung bakso, yang bahkan beberapa di antaranya bisa katakan cukup populer.

Sudah begitu, gerobaknya diapit sama ruko-ruko besar pula. Ruko-ruko di sekitarnya itu pun ada yang ditempati, ada juga yang tidak. Ya meski berada di tengah-tengah kota, tapi saya pikir, keberadaan Bakso Kasar Cak Ri ini secara tata letak (harusnya) tidak cukup strategis.

Tapi menariknya, dengan kondisi tata letak seperti itu, bakso ini katanya sudah bertahan lebih dari 10 tahun per hari ini. Kemarin saja sebelum tulisan ini jadi, dia masih ramai dikunjungi. Betul-betul gang sempit yang seharusnya sepi itu malah jadi ramai gara-gara keberadaan Bakso Kasar Cak Ri.

Bakso Kasar Cak Ri Kediri, tempat bersatunya golongan proletar dan borjuis

Tak hanya persoalan tata letaknya yang unik, pembeli Bakso Kasar Cak Ri pun begitu. Saat kali pertama ke sana, saya kaget melihat deretan mobil dan motor yang diparkir di sekitar gerobak bakso Cak Ri. Saya kira, mereka parkir itu karena mau membeli kain pakaian, atau lainnya. Tapi ternyata tidak. Mereka benar-benar mengantre untuk membeli bakso.

Pakaian para pembeli di sana pun bermacam-macam. Ada yang pakai seragam PNS, ada yang pakaiannya necis ala-ala pengusaha, outfit anak muda kekinian, sampai seragam buruh pabrik. Pokoknya beragam. Secara kendaraan dan pakaian, saya bisa katakan para pembeli dari golongan borjuis dan proletar ada di gerobak Bakso Kasar Cak Ri.

Paling uniknya lagi, ketika para pembeli itu makan di tempat, kesan borjuis dan proletar ini seakan-akan bersatu. Kok bisa? Karena mereka semua itu makannya di pinggir jalan, duduk di trotoar tanpa alas. Ini saya bukan mengada-ngada. Karena memang Bakso Kasar Cak Ri ini murni gerobak bakso biasa yang tidak menyediakan tempat duduk dan meja.

Harganya rata-rata, tapi tidak dengan cita rasa bakso kasarnya

Saya tidak tahu, kenapa para pembeli tersebut bisa seperti itu. Padahal, secara kenyamanan, makan bakso di tempat pada umumnya lebih nyaman ketimbang di trotoar. Tapi, kalau saya boleh menebak, mungkin karena mereka sudah terlalu nyaman dengan cita rasa bakso kasarnya. Sehingga tidak peduli dengan nyaman tidaknya duduk di trotoar.

Betul, cita rasa bakso kasar Cak Ri memang senyaman itu di mulut. Perpaduan urat dan tetelan sapi pada pentolnya saya rasa cukup pas, tidak terlalu gurih. Ketika dikunyah pun kenyalnya masih halus, tidak sampai bikin gigi selilitan seperti pentol kasar kebanyakan.

Dengan kenikmatan rasa bakso kasar itu, harga yang dipatok masih di rata-rata yakni 10 ribu. Ya meski harganya rata-rata, tapi percayalah, cita rasa bakso kasarnya itu benar-benar lain dari yang lain. Selama saya menikmati berbagai bakso kasar di Kediri, saya berani bilang Bakso Kasar Cak Ri lah yang terbaik. No debat lah pokoknya!

Kalau Anda tak percaya, silakan segera coba sendiri. Tapi saran saya, jangan terlalu pagi, juga jangan terlalu sore kalau mau beli. Sebab, bakso ini buka dari pukul 11.00 WIB sampai 16.30 WIB saja. Itu pun tak pasti. Cak Ri bisa tutup lebih cepat kalau dari siang sudah banyak yang beli. Dan seringnya sih, memang tidak sampai tutup pas jam 16.30 WIB. Karena memang separipurna itu cita rasanya.

Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Karawang Kota Industri, tapi Warganya Terpaksa Jadi TKI.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version