Entah sejak kapan buah tangan atau oleh-oleh yang paling wajib dibawa pulang selepas dari Jogja adalah bakpia. Seakan sudah disepakati kalau meninggalkan Jogja harus membawa bakpia. Iya, camilan mungil yang melegenda asal Jogja itu.
Seiring bertambahnya minat membawa oleh-oleh, jumlah bakpia di Jogja pun semakin bertambah. Mungkin ada sekitar 20 sampai 30 brand bakpia yang beredar, bahkan sangat mungkin untuk lebih dari itu. Masing-masing bakpia menawarkan iming-iming rasa enak dan keunggulan, serta label “terbaik” untuk dinikmati.
Bagi yang belum tahu, bakpia ini sebenarnya berasal dari Tiongkok, yang awalnya menggunakan isian daging babi. Nah, karena Jogja pada saat itu mayoritas muslim, maka daging babi pun diganti dengan kacang hijau, sehingga terciptalah model bakpia dengan kearifan lokal seperti yang kita konsumsi sampai saat ini.
Awalnya bakpia diproduksi di Kampung Pathuk, makanya bakpia yang terkenal adalah bakpia Pathuk. Oh iya, angka pada Bakpia Pathuk (25, 75, 55, dll.) sebenarnya adalah nomor rumah dari pabrik bakpia ini. Dulu, bakpia memang produk rumahan, karena itu para produsen memakai angka rumah sebagai penanda produk bakpianya.
Namun, terkenal adalah satu hal dan paling enak adalah hal lain. Bagi saya, bakpia yang sangat syurga adalah Bakpia Kurnia Sari. Tentu saja ini bukan berarti bakpia yang lain tidak enak. Ini hanya perbandingan dan soal selera. Saya pernah mencoba beberapa jenis bakpia yang dianggap enak, namun yang paling the best dari semuanya adalah Bakpia Kurnia Sari.
Sebenarnya saya sangat suka dengan Bakpia Kukus Tugu Jogja, tapi setelah berbincang dengan beberapa penikmat bakpia, saya setuju untuk mengatakan jika “bakpia” satu ini bukan bakpia dengan makna sebenarnya. Lantaran cara masaknya adalah dikukus, bukan dipanggang. Beberapa orang bahkan mengatakan “bakpia” ini lebih mirip dengan bakpao, atau makanan lain dengan genre roti.
Ya gimana, makanan kalau beda cara masaknya, namanya juga bakal berubah. Misalnya, dinamai sayur sop itu karena direbus, kalau ditumis namanya capcay. Atau beras yang dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus dinamai lontong, tapi ketika dibungkus dengan janur namanya jadi ketupat. Makanan memang sakral, beda cara masaknya, beda pula namanya.
Kembali pada Bakpia Kurnia Sari. Jika diamati, wadah atau kemasan bakpia ini sangat biasa, terkesan bakpia kiloan yang dijual di sekitar Malioboro, tapi jangan salah, rasanya cukup wadidaw. Saya menduga kalau orang yang punya bakpia ini ingin mengatakan jika bakpia adalah soal rasa, bukan bungkusnya.
Ukuran dari Bakpia Kurnia Sari lebih besar dibanding bakpia pada umumnya. Ingat, ini kalau dibandingkan dengan bakpia pada umumnya, ya, kalau dibandingkan dengan rasa cintaku padamu tentu saja terlihat kecil. Halah.
Selain itu, kulit dari Bakpia Kurnia Sari cukup berbeda. Kulitnya tipis tapi berlapis, dan tentu saja nyaman untuk dikunyah. Tidak hanya bagian kulit, isi dari bakpianya juga terasa lembut sekali. Seriously, lembut sekaliii. Jadi ketika masuk ke mulut, bakal langsung hancur, enak dikunyah, prul dan kemepyar.
Coba bayangkan, bakpia dengan ukuran lebih besar, kulit berlapis, dan isi yang lembut. Pasti syuuurga sekali untuk dinikmati, kan?
Bakpia Kurnia Sari memang memiliki tekstur yang mudah pecah, sehingga ketika dimakan menjadi agak berantakan. Namun, justru itu sisi romantisnya, sangat cocok dimakan bareng pasangan. Saya tidak tahu ini disengaja atau tidak, tapi makanan yang mudah berantakan sangat mendukung untuk kegiatan yang-yangan.
Saat pasanganmu makan dengan berantakan, pasti ada sisa-sisa makanan yang menempel di bibir, pipi, atau sekitar wilayah tersebut. Dengan heroik kamu bisa membersihkan makanan yang berantakan, menyapu sisa-sisa makanan menggunakan tangan kosong, kemudian tersenyum secara perlahan. Ah, bayangnooo!
Oh iya, sebagai penikmat, saya tidak ingin mencintai dengan buta. Tentu ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dari produk satu ini. Selain harganya paling mahal dari bakpia lainnya, distribusi Bakpia Kurnia Sari juga kurang luas. Tidak seperti bakpia Pathuk yang mudah ditemukan, bahkan sampai memberi bonus bagi tukang becak jika mengantarkan pembeli ke pabrik bakpia ini sebagai langkah promosi dagang. Stok Bakpia Kurnia Sari sering kali habis. Hanya ada 3 outlet resminya di Kota Jogja. Jika membeli di outlet tidak resmi, harganya cukup berjarak. Tapi kalau untuk rasa, saya kira tidak ada kekurangan.
Saran saya, bakpianya jangan disimpan di kulkas karena teksturnya akan keras. Semua bakpia selalu lebih enak dimakan ketika masih hangat. Dan akan selalu lebih enak lagi jika dimakan bareng pasangan, opo meneh sampek pok dulang.
Disclaimer, ini bukan endorse, yah, hanya testimoni. Tapi, kalau di-endorse sih saya nggak bakal nolak. Wqwqwq.
Sumber Gambar: Pinerineks via Wikimedia Commons