Jangan marah jika mendengar kata bajingan di Temanggung, barangkali kamu sedang ditawari kolak singkong
Kuliner kini bukan sekedar zat atau makanan yang dikonsumsi oleh tubuh untuk diubah menjadi energi sebagai bahan bakar untuk beraktivitas. Lebih dari itu, kuliner menjadi gaya hidup, menciptakan jurang pemisah si miskin dan si kaya, priyayi dan rakyat jelata. Yang terakhir, kuliner jadi identitas suatu daerah yang begitu melekat.
Temanggung adalah salah satu daerah kaya akan berbagai kuliner yang menjadi ciri khasnya. Mulai dari nasi jagung, urap, sikil krowak, growol, tempong, dan masih banyak lagi. Tapi, dari banyak makanan asli Temanggung, ada satu makanan yang namanya benar-benar bikin kita kaget mak jenggirat. Nama makanan itu adalah, tahan, jangan emosi, bajingan.
Tenang, kalian tidak sedang dimaki, nama makanan ini beneran bajingan.
Kolak singkong creamy, yummy
Bajingan bukanlah makanan yang aneh sebenarnya. Makanan ini sebetulnya kolak singkong yang dimasak hingga kuahnya menyusut, dan bertekstur kental dan creamy. Sangat nikmat dan lezat tentunya. Perpaduan manis, gurih, legit, dan harum dari daun pandan membuat rasanya semakin sempurna.
Tak berhenti dari nama kuliner jadinya saja yang mampu membuat dahi mengernyit. Bahan dasar bajingan adalah singkong. Masyarakat Temanggung biasa menyebut singkong dengan istilah jenderal. Entah dari mana dan sejak kapan nama-nama tersebut diciptakan. Karena belum menemukan sumber informasi yang kredibel, maka kemudian saya menggunakan ilmu filsafat cocoklogi awur-awuran.
Orang zaman dulu terkenal dengan ilmu titen dan saneponya. Hal tersebut yang saya lakukan dalam mendasari upaya mengulik filosofi sanepo “bajingan”, kuliner berbahan dasar jenderal. Sejarah mencatat bahwa ada banyak sekali negosiasi politik yang menggunakan gratifikasi sebagai alat negosiator yang ampuh untuk memuluskan suatu jalan menuju kesepakatan. Barangkali, demikian pula sanepo yang disampaikan melalui sebuah hidangan sederhana “bajingan”.
Filosofi di balik nama bajingan
Jenderal identik dengan seseorang yang memiliki kekuasaan, kedudukan, harta dan kehormatan. Seberapa pun tinggi kehormatan yang dimiliki, ketika negosiasi politik menggunakan gratifikasi yang digambarkan dengan kolak singkong yang menggoda, akan mendapatkan kenikmatan yang luar biasa. Namun, namanya bukan lagi jenderal godhog atau jenderal gulo, melainkan disebut dengan bajingan yang artinya memiliki konotasi yang buruk.
Barangkali, pesan yang ingin disampaikan oleh para pendahulu adalah berhati-hatilah ketika telah menjadi orang yang berkedudukan dan memiliki kehormatan. Sebab, kehormatan tersebut akan luntur jika jatuh pada godaan duniawi, dan menjadi hina.
Hal itu telah banyak kita lihat dari sekian banyak pejabat publik yang telah terjerumus pada godaan. Orang tua yang baik memang selalu memberikan pelajaran kebijaksanaan yang menjadi modal anaknya untuk menjalani kehidupan. Demikian pula bangsa ini, yang memiliki akar budaya yang sangat berharga serta penuh filosofi kebijaksanaan.
Jika belum sempat berkunjung ke Temanggung, mencoba membuat sendiri bajingan takkan mengurangi kenikmatan rasanya. Setidaknya, ada satu kebijaksanaan dari Temanggung yang akan senantiasa mengingatkan banyak orang untuk selalu amanah dan teguh pendirian dalam menjaga kehormatan dan kedudukannya. Agar nama baiknya yang telah dibangun dengan susah payah tidak berakhir sama seperti kuliner bajingan ini. Selamat mencoba.
Penulis: Retno Eni Nilandari
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kolak: Santapan Legendaris Saat Ramadan