Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Bahwa Orang Putus Asa Suka Memanggil Asu

Andrian Eksa oleh Andrian Eksa
26 Mei 2019
A A
Bahwa Orang Putus Asa Suka Memanggil Asu

Bahwa Orang Putus Asa Suka Memanggil Asu

Share on FacebookShare on Twitter

Judul ini saya pinjam (tanpa permisi) dari Pakde Jokpin—sebaris puisi dari judul Kamus Kecil. Saya suka puisi ini. Selain puisi-puisi Celana—puisi ini adalah pintu masuk saya mengenal Pakde Jokpin.
Pakde Jokpin memang lihai mengutak-atik kata. Terlebih di dalam puisi Kamus Kecil tersebut. Pakde seolah ingin mempertontonkan kekayaan bahasa Indonesia—kekayaan yang dikemasnya dalam sebuah kamus kecil.

Meskipun begitu, tulisan ini tidak akan membicarakan puisi-puisi Pakde Jokpin. Tidak juga bicara tentang dirinya. Melainkan akan sedikit ngalor-ngidul tentang asu-nya. Saya penasaran, kenapa orang putus asa suka memanggil asu?

Fenomena orang misuh dengan kata asu atau anjing, sudah begitu akrab dengan telinga kita. Pakde Jokpin mendengarnya dari orang putus asa. Kita pun sering mendengarnya dari orang yang sedang marah atau kecewa.

Saya rasa—kita sama-sama tahu—bahasa Inggris sudah sering mencampuri bahasa sehari-hari masyarakat kita hari ini. Kalau nggak salah, istilahnya kita sudah sering mengalami peristiwa campur kode. Tapi pisuhan tersebut tidak cocok diucapkan dalam bahasa Inggris. Jadi kita pun tak pernah mendengar orang misuh dengan kata dog—terdengar tidak sangar.

Kalau dirunut, kata asu menjadi pisuhan karena asu merupakan binatang. Mengatakan seseorang sebagai asu, berarti mengatakan kebinatangan orang tersebut. Tapi mengapa kupu-kupu—yang sama-sama binatang—tidak menjadi pisuhan? Kayane mergo ora wangun~

Asu sering dilihat sebagai binatang haram. Air liurnya pun dianggap najis. Meskipun begitu, keharaman dan kenajisan binatang ini hanya pada agama tertentu. Jadi ya, dengan mudah akan tetap kamu temui warung-warung yang menjajakan olahan asu ini. Kalau tidak disebut sengsu alias tongseng asu, paling dinamai domba balap atau jamu~ Anggapan orang-orang terhadap asu tersebut saya rasa memang sepenuhnya dipengaruhi oleh agama dan budaya. Keduanya mencengkeram dengan kuat pola pikir dan cara pandang masyarakat.

Di desa saya—dan mungkin desa-desamu juga—warga dilarang memelihara asu. Selain ketakutan akan najisnya, orang-orang tidak suka dengan gonggongannya. Padahal nenek saya pernah cerita, dulu di desa saya, seorang kiai memelihara seekor anjing dan kucing. Tapi di sini, saya hanya akan bercerita tentang si asu. Asu-nya berwarna hitam—sepenuhnya hitam.

Anjing itu sering keliling desa untuk patroli. Kalau ada maling atau orang meninggal, asu tersebut akan menggonggong. Jumlah gonggongannya menjadi tanda. Orang-orang akan segera bertindak ketika mendengarnya. Tapi itu dulu—dulu sekali, karena nenek pun cuma dapat cerita dari orangtuanya. Astaga! Itu mah sebelum saya direncanakan ada di dunia oleh kedua orangtua saya—orangtua yang mungkin juga belum direncanakan oleh kakek dan nenek saya.
Larangan memelihara asu itu, mengingatkan saya pada film stop-motion Wes Anderson, Isle of Dogs. Anderson menceritakan tentang perjuangan Atari (pengisi suara Koyu Rankin) mencari anjing yang dicintainya, Spot (Liev Schreiber) di sebuah Pulau Sampah.
Isu yang dilemparkan Anderson adalah orang-orang Jepang yang mulai ketakutan memelihara anjing. Berawal dari isu virus yang disebarkan oleh para anjing  di kota Megasaki, warga Jepang melepas anjing peliharaan mereka di Pulau Sampah. Orang-orang kemudian beralih untuk memelihara kucing atau robot anjing.

Baca Juga:

Jogja Bikin Muak, Purwokerto Bikin Menyesal: Kisah 2 Kota yang Menjadi Korban Jahatnya Romantisme karena Mengaburkan Realita yang Ada

Joko Pinurbo adalah Berlian di Mahkota Jogja dan Kini Berpulang Mengantongi Romantisnya

Sebenarnya pemusnahan asu dari Jepang ini merupakan propaganda seorang walikota. Orang tersebut bernama Mayor Kobayashi (Kunichi Nomura), yang merupakan paman angkatnya Atari. Wajar bila pada akhirnya Atari marah besar. Bagaimana tidak marah, jika anjing kesayangannya tersebut dibuang dan digantikan dengan sebuah robot asu. Robot yang dipercaya lebih mudah dalam pemeliharaan dan lebih menurut ketika diperintahkan.Saya sempat misuh, “Asu!”. Ini terjadi ketika melihat kenyataan itu—orang-orang lebih percaya kepada benda mati daripada yang hidup. Menyedihkan, bukan

Kalau sudah seperti ini, bukankah seseorang telah kehilangan humanismenya? Pakde Yasraf Amir Piliang mengatakan kalau hilangnya humanisme seseorang mengindikasikan bahwa orang tersebut terpeleset ke dalam jurang animalisme—masuk ke dalam diri kebinatangan.

Kalau sudah seperti itu, apa ya wangun mengatakan orang lain sebagai binatang? Tapi ya, nggak papa sih. Kan kata Pakde Piliang, kita itu adalah homo homini animalis alias manusia binatang bagi sesama.

Beberapa bulan yang lalu, kawan saya—Udin SKSW namanya—menggelar pementasan dengan judul A(K/S)U. Judul tersebut diarahkan pada gagasannya—aku asu. Udin mencoba untuk menubuhkan asu.

Bagi Udin, diri manusia (aku) dan diri binatang (asu) adalah satu kesatuan. Di dalam diri manusia, pasti ada kebinatangannya—jadi mengapa orang-orang menempatkan binatang menjadi lebih rendah? Itulah lemparan isu dalam pementasan Udin SKSW.

Menariknya, untuk menyukseskan pementasan, Udin sempat melatih dirinya berjalan dengan kedua kaki dan tangannya.—persis seperti keluarga Turki yang pernah viral. Latihan Udin ini pun ternyata terekam kamera CCTV sebuah koperasi mahasiswa salah satu kampus di Yogyakarta.

Setelah videonya banyak beredar, orang-orang banyak menyangkakan bahwa itu adalah manusia jadi-jadian. Ada yang mengatakan kelakuan Udin tersebut seperti laku pesugihan babi ngepet. Apapun itu, anggapannya tidak ada yang positif.

Meskipun begitu, Udin hanya tertawa membaca sangkaan demi sangkaan. Ternyata dugaannya benar, orang-orang masih melihat binatang—atau sesuatu yang menyerupai binatang—sebagai “yang lain”.

Setelah pementasan selesai, Udin tidak menemukan pencerahan atas pengembalian pola pikir manusia terhadap binatang. Ada sih, tapi memang tidak bisa menyeluruh.

Saya rasa, setelahnya—entah sadar atau tidak—kami (Udin dan para penonton termasuk saya) masih sering bilang, asu! Meskipun arahnya berbeda—yaitu sebagai tanda keintiman dalam hubungan pertemanan.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Bahwa Orang Putus Asa Suka Memanggil AsuJoko PinurboKamus Kecil
Andrian Eksa

Andrian Eksa

Kelahiran Boyolali, 15 Desember. Saat ini sedang bergiat di Dolanan Anak Jogja.

ArtikelTerkait

Kalau Jogja Bikin Muak, Purwokerto ternyata Bikin Saya Menyesal (Unsplash)

Jogja Bikin Muak, Purwokerto Bikin Menyesal: Kisah 2 Kota yang Menjadi Korban Jahatnya Romantisme karena Mengaburkan Realita yang Ada

11 November 2025
Wonosobo Butuh Sosok seperti Pidi Baiq atau Joko Pinurbo agar Romantisnya Abadi terminal mojok.co

Wonosobo Butuh Sosok kayak Joko Pinurbo atau Pidi Baiq agar Romantisnya Abadi

8 November 2021
Joko Pinurbo adalah Berlian di Mahkota Jogja (Foto milik Eko Susanto)

Joko Pinurbo adalah Berlian di Mahkota Jogja dan Kini Berpulang Mengantongi Romantisnya

27 April 2024
Jogja Istimewa: Realitas atau Ilusi? kill the DJ

Ciri-ciri Orang yang Dimabuk Jogja

16 Maret 2023
UMR Jogja Harus Naik Drastis, Tidak Bisa Tidak! upah minimum yogyakarta

Jogja Kini Tak Lagi seperti Penggalan Sajak Joko Pinurbo

21 Mei 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.