Bagi Saya, Veer Zaara Adalah Film Bollywood Romansa Terbaik

Nostalgia Film Aamir Khan Terbaik Sepanjang 2000-an terminal mojok.co

Nostalgia Film Aamir Khan Terbaik Sepanjang 2000-an terminal mojok.co

Di tengah arus deras budaya Korea yang menyebar ke seluruh dunia, salah satunya juga Indonesia, dengan film/drama Korea dalam industri film dan Kpop di industri musiknya, saya masih sangat menggemari Bollywood sebagai alternatif untuk hiburan. Tidak berlebihan saya katakan, sebab Bollywood adalah salah satu hiburan yang telah hadir sejak saya kecil.

Bollywood memang begitu ramai warna filmnya, utamanya soal joget-joget sambil bernyanyi dengan riang gembira, apalagi jika genrenya adalah romansa. Bukan berarti genre non-romansa tidak bagus, namun memang genre yang paling dinikmati dari Bollywood adalah romansa.

Kita tentu mengalami film Bollywood seperti Kabhi Khushi Kabhie Gham atau Kuch Kuch Hota Hai yang sangat melegenda, dan dapat dikatakan sebagai film everlasting dari Bollywood. Film-film yang saya sebutkan tadi memang sangat apik, baik jalan cerita maupun akting para pemainnya. Namun, saya merasa bukan dua film itulah yang terbaik. Eitsss, jangan sewot dulu dengan opini saya ini, sebab saya punya referensi dan alasan tersendiri mengapa dua film tersebut bukanlah yang terbaik.

Film Bollywood terbaik menurut saya adalah Veer Zaara, film romansa yang diperankan oleh (tentu saja sang aktor kawakan) Shah Rukh Khan dan Preity Zinta. Film yang diperankan oleh mereka berdua itu menceritakan tentang kisah cinta dua agama dan negara. Sebuah konsep yang sangat cukup berani, bukan? Memang, film itu tidak kalau dilihat sekilas mata tidak terlalu menggesek perihal agama terlalu besar, tapi bumbu-bumbu itu sungguh membuat saya merasa film ini cukup “berani” dan apik.

Menceritakan tentang seorang pilot India yang jatuh cinta kepada perempuan asal Pakistan, film tersebut saya rasa memiliki beberapa faktor yang membuatnya menjadi film Bollywood terbaik yang pernah saya tonton. Melebihi dari film Kuch Kuch Hota Hai dan Kabhi Khushi Kabhie Gham. Hati-hati, spoiler alert bagi yang belum menonton.

Pertama, walaupun film tersebut seperti halnya film romansa pada umumnya, tapi menurut saya film itu sangat mengangkat tema yang realistis. Perbedaan agama, perbedaan negara, dan masalah restu orang tua adalah hal yang sangat sering kita temui di sekitar kita. Film ini dengan cukup apik mengambil hal-hal tersebut dengan tipis-tipis, namun cukup mengena.

Kedua, tokoh utamanya tidak digambarkan lebay. Saya katakan sekali lagi. Tidak. Lebay. Kalau di film-film Bollywood lain, sang tokoh utama digambarkan sangat lebay dalam menanggapi cinta, apa pun ia akan lakukan walaupun menyakiti perasaan orang lain. Lho kok begitu? Jelas saja, dong. Sebab, kalau film-film lain restu orang tua seakan tidak berarti dan dianggap sebagai halangan “ringan” saja.

Padahal, restu orang tua adalah hal yang sangat penting. Betapa menyebalkan dan susahnya restu orang tua untuk didapatkan, apakah sepadan dengan disakiti sebab jatuh cinta pada tokoh yang bahkan hanya dikenal sebentar, lalu dengan embel-embel atas nama cinta? Bukankah lebih gentle jika berusaha mendapatkan restu, dibandingkan ngajak kabur yang dicintai? Menghindar dari restu orang tua, menurut saya itu hanyalah memuaskan ego semata. Tidak baik dan tidak gentle, sebab tidak mau repot-repot dalam hal itu.

Tokoh yang diperankan oleh Shah Rukh Khan dalam film Veer Zaara adalah tokoh yang paling terbaik, saya katakan. Sebab meski ia berjuang dengan hebat, ia akhirnya menyadari bahwa orang tua adalah di atas segalanya. Ia tidak sampai hati menyakiti hati orang tua kekasihnya, dan akhirnya “mengalah” karena memikirkan ibunya juga.

Dengan jalan cerita beda agama, beda negara dan kesabaran sang tokoh utama yang rela dipenjara agar sang kekasih bahagia, tanpa tahu kebenaran yang ada. Bahkan, saat akhirnya bisa bertemu kembali setelah sekian tahun, sudah sangat jompo saat bertemu, si tokoh utama tidak ujug-ujug lebay menyanyi-nyanyi. Mereka hanya bertatap muka, mengenang masa dahulu dan saling bercengkrama seperti biasa. Menunjukkan bahwa tokoh utama sangat gentle dan menghormati kekasihnya itu.

Ketiga, film Veer Zaara adalah film yang menurut saya minim joget-joget. Bukannya nggak ada, tapi sangat minim. Tidak seperti film-film Bollywood lain yang dikenal dengan jogetnya yang sangat memorable, joget-joget dalam film Veer Zaara hanya menjadi elemen pelengkap saja. Menunjukkan bahwa film itu adalah film Bollywood lebih dari sekadar joget-joget.

Lagu utama dari film Veer Zaara saja bukan lagu yang “joget-able” karena nuansanya sangat sedih. Film Veer Zaara lebih menitikberatkan alur cerita yang lambat, namun dengan klimaks yang sangat menyentuh dan menohok.

Dengan bertambahnya film-film Bollywood lain yang terus bermunculan, Veer Zaara masihlah menjadi film Bollywood terbaik menurut saya. Kalau ada yang tidak setuju, monggo kasih tau saja kenapa alasannya. Tapi, kalau saya sendiri tidak akan melayani. Bagi saya, no debat! Wqwqwq~

BACA JUGA Mengungkap Kepribadian Seseorang dari Posisi dan Caranya Nonton Bokep dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version