Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menurut Saya, Menjadi Sekretaris Adalah Cobaan Terberat di Masa Sekolah

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
31 Desember 2020
A A
Nggak Memberi Sontekan Itu Bukan Berarti Pelit, kalau Goblok Jangan Nyolot deh!
Share on FacebookShare on Twitter

Saat sekolah dulu, jabatan tertinggi yang pernah saya lakoni adalah ketua kelas, itu pun waktu SD. Satu-satunya alasan yang saya yakini kenapa teman-teman memilih saya sebagai ketua kelas adalah pembawaan saya yang cenderung galak. Padahal saya ini nggak galak, lho. Cuma kencang saja kalau ngomong, hahaha. Mungkin dulu saya pernah keselek speaker~

Balik lagi soal ketua kelas. Dalam struktur organisasi, ketua kelas memang berada di pucuk pimpinan. Tapi pada kenyataannya, sebagai pimpinan, tugas dia nggak berat-berat amat. Paling hanya 3M: menyiapkan, mengingatkan, dan mata-matain. Menyiapkan setiap kali pelajaran akan mulai atau selesai, mengingatkan warga kelas yang ndableg nggak mau piket atau rusuh di kelas, serta memata-matai warga kelas. Maklum, biasanya kalau wali kelas mau tahu soal apa-apa ya tanyanya ke ketua kelas.

Tugas 3M tersebut ternyata nggak ada apa-apanya dibanding tugas sekretaris. Serius, deh. Cobaan terberat di masa sekolah adalah jadi sekretaris kelas. Meski saat sekolah saya belum pernah jadi sekretaris, sebagai guru, saya beberapa kali mendapat curhatan dari siswa yang kebetulan dipilih jadi sekretaris. Rata-rata mereka mengeluh jadi sekretaris kelas itu nggak enak.

Pertama, jadi sekretaris itu artinya harus siap menulis dua kali. Pertama, menulis di papan tulis, kedua menulis di bukunya sendiri. Kalau materi yang harus ditulis seuprit sih nggak masalah. Lha kalau seabreg-abreg? Apalagi kalau misalnya, hari itu banyak guru yang izin nggak masuk kelas karena sedang malas ngajar sibuk. Akhirnya, cuma meninggalkan materi saja untuk dicatat. Bayangkan kalau satu guru meninggalkan empat halaman materi untuk dicatat, terus yang izin ada lima orang guru. Duh, apa nggak keriting jarinya si sekretaris kelas?

Tetapi, itu sekretaris zaman dulu. Sekretaris zaman sekarang sih kalau disuruh gurunya untuk mencatat, eh dia malah nawar. Mintanya difoto saja, lalu share fotonya di grup WhatsApp kelas. Beres, no pegal-pegal, no keriting. Anak-anak tinggal menyalin dengan cara melihat foto yang sudah dibagikan di grup kelas, deh.

Kedua, jadi sekretaris itu serba salah. Menulis terlalu cepat eh diprotes, giliran menulis terlalu lambat juga diprotes. Soal ukuran huruf pun nggak luput dari protes warga sekelas. Dibilang terlalu kecil jadi nggak kelihatan lah, dibilang terlalu besar lah. Pokoknya warga kelas sudah seperti tipikal netizen pada umumnya, deh. Komentar teruuus. Termasuk komentarin soal kepala kita yang dianggap menghalangi tulisan. Ya gimana, masak harus lepas kepala dulu? Memang nggak banget kalau kasih komen, deh~

Ketiga, jadi sekretaris itu harus ekstra sabar. Tak jarang, di sela-sela menulis di papan tulis, ada saja teman yang bertanya, “Itu yang di samping “sekolah” tulisan apa?” atau “Itu yang nomor 2 tambah atau kali?” terus saja bertanya seperti itu. Nah, yang bikin jengkel adalah pertanyaan yang sama sering ditanyakan lagi, lagi, dan lagi oleh orang yang berbeda. Sudah pernah dijawab, lha kok masih ditanyakan. Bikin kesal nggak, tuh? Tapi, mau gimana lagi? Sabar adalah kuncinya. Selain pertanyaan tentang kejelasan tulisan, pertanyaan paling umum yang juga sering dilontarkan para warga kelas adalah, “Masih banyak?”

Keempat, jadi sekretaris itu harus siap tangan kotor. Poin keempat ini sih paling terasa di zaman sekolah masih pakai kapur buat menulis di papan tulis hitam. Ya Lord, telapak tangan bisa putih-putih kayak kena bedak. Mana panas lagi. Nyiksa banget, deh.

Baca Juga:

Deretan Nama Guru yang Selalu Ada di Sekolah-sekolah Indonesia

Dingdong: Pendidikan Karakter Tahun 90-an

Meski sekarang sebagian besar sekolah sudah tak lagi menggunakan kapur, bukan berarti sekretaris kelas terhindar dari tangan kotor. Justru penggunaan spidol ini nggak kalah bahayanya. Pernah kejadian salah seorang murid saya tangannya belepotan tinta gara-gara spidol yang dia pakai entah gimana mbleber. Kasihan, kan?

Kelima, jadi sekretaris itu harus siap susah. Kadang, kalau pas lagi capek nulis, menurut kita wajar ketika kita minta tolong teman lain buat menggantikan menulis di papan tulis. Sayangnya, nggak semua orang mau gantian. Mereka lebih sering menolak dengan alasan, “Kan kamu sekretarisnya!” Ujung-ujungnya saling lempar-lemparan yang endingnya kite lagi, kite lagi yang nulis. Duh, beneran deh jadi sekretaris itu memang harus siap rekasa alias susah.

Kalian gimana? Pernah jadi apa dulu pas zaman sekolah?

BACA JUGA Kaleidoskop Iklan 2020: Dari yang Inspiratif Sampai yang Pekok atau artikel Dyan Arfiana Ayu Puspita lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Desember 2020 oleh

Tags: kenangan masa sekolahsekretaris
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Alumnus Universitas Terbuka yang bekerja sebagai guru SMK di Tegal. Menulis, teater, dan public speaking adalah dunianya.

ArtikelTerkait

Deretan Nama Guru yang Selalu Ada di Sekolah-sekolah Indonesia terminal mojok

Deretan Nama Guru yang Selalu Ada di Sekolah-sekolah Indonesia

21 Juli 2021
reuni

Mengulas Sisi Baik Reuni, Memang Ada?

16 Juli 2019
dingdong

Dingdong: Pendidikan Karakter Tahun 90-an

23 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.