Sudah, mari kita akui dan sepakat saja kalau administrasi di Indonesia ini memang jeleknya bukan main. Mulai dari yang katanya semua proses bisa dilakukan secara daring, tetapi masih memerlukan fotokopi berkas pengantar yang wujudnya fisik. Ada pula yang masih harus antre panjang, tetapi kalah dengan yang punya amplop ke petugas.
Permasalahan tentang administrasi yang begitu-begitu saja sebenarnya membosankan untuk dibicarakan. Tapi, mau gimana lagi, lha wong hampir tiap hari orang mengalami, dan sampe sekarang nggak ada perubahan. Zaman udah maju, tapi cara pandang masih zaman batu.
Contohnya yang saya alami baru-baru ini. Beberapa waktu yang lalu, saya mengunggah sejumlah data guna keperluan saya berangkat pengabdian masyarakat di kampus. Kelengkapan lain bisa saya sediakan dan lancar, hingga saya menjumpai administrasi yang harus mengunggah data dengan format gambar, tetapi memiliki ukuran maksimal 200 KB. Saya langsung merengut. Ini saya beneran bertanya, yang diinginkan oleh petugasnya, tuh data yang seperti apa?
Administrasi zaman batu
Iya, saya paham kalau banyak data yang harus diproses oleh universitas, dan itu perlu ruang penyimpanan yang memadai. Makanya ukuran yang diminta kepada tiap-tiap mahasiswanya diperkecil. Tapi, upaya memperkecil data semacam ini bukan berarti kemudian memudahkan kami untuk mengunggahnya, lho.
Duh, rasional saja, ya, kini ponsel semakin canggih dan menawarkan foto dengan hasil jernih. Bahkan, ada pula yang mengusung kamera mikroskopis, apa nggak keren, nih? Nah, kalau memotret dengan kamera yang jernih, jelas kapasitas yang dimiliki hasil foto tersebut jadi lebih besar, dong. Masa, iya, sih administrasi masih mau mematok kapasitas “KB” dan bukannya “MB” untuk minimalnya?
Ya, kalau memotretnya masih pakai Esia Hidayah saya masih yakin dan percaya, sih kalau gambar tersebut bisa diunggah sesuai aturan (atau mungkin keinginan petugasnya). Tapi kan sekarang kebanyakan sudah android dan iOs, Bos!
Faktanya, nih setelah saya perhatikan lagi beberapa foto yang saya ambil, minimal banget, lho ini, memakan ukuran 1 Mb hingga 2 Mb. Dengan ukuran foto segitu saja, sebenarnya kalau di-zoom juga sudah buram. Duh, aturan administrasi bagian minimal dan maksimal kapasitas data semacam ini, tuh benar-benar harus diperbarui, deh, serius!
Memang, sih kini sudah banyak website yang dapat saya katakan sangat membantu untuk mengurangi kualitas foto semula. Foto-foto tersebut akan dikompres menjadi jauh lebih kecil, bahkan prosesnya bisa memotong sampai setengah kualitas semula dan implikasinya ukuran gambarnya jadi jauh lebih kecil.
Server yang sama buruknya
Walaupun sudah mencoba cara tersebut, saya masih saja mengalami kendala untuk mengunggahnya. Yah, jadi kini permasalahannya bertambah: administrasi buruk, server pun sama buruknya.
Kronologi frustrasinya adalah data yang saya unggah dengan format yang sudah benar masih saja diinfokan gagal berkali-kali, duh! Padahal kapasitas sudah di bawah 200 Kb. Bahkan saya sendiri sangsi apakah petugasnya bisa membaca itu secara jelas atau tidak, eh malah server berkata gagal mengunggahnya. Kenapa, sih ini? Apakah maksud kampus sebenarnya adalah memberikan tantangan uji kesabaran alih-alih proses verifikasi data?
Saya nggak menampik, kok kalau administrasi itu perkara serius. Salah sedikit, dampaknya meluas. Namun, kalau proses mengunggah data saja, yang notabenenya itu sangat krusial, kita masih dipersulit, terus solusinya apa?
Melalui masalah ini tadi, saya jadi bertanya, sih seberapa jauh sebenarnya kesiapan Indonesia untuk masuk ke dunia yang serba digital. Menurut saya, tetap sia-sia saja kalau semua hal mulai dialihkan ke era digital atau daring. Seperti misalnya siaran televisi hingga pendidikan yang kini tengah kita jalani, tetapi itu nggak ditunjang dengan proses administrasi yang baik. Administrasi, itu yang nomor satu, Bos!
Eh, tapi saya rakyat biasa, sih, mana mengantongi KTP Jogja pula, nrimo ing pandum saja, deh kalau begini.
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Administrasi Ribet di Indonesia Itu Sebuah Keharusan. No Fotocopy No Party