ATM Drive Thru: Diciptakan untuk Memudahkan, tapi Malah Jadi Merepotkan

ATM Drive Thru Diciptakan untuk Memudahkan, tapi Malah Jadi Merepotkan

ATM Drive Thru Diciptakan untuk Memudahkan, tapi Malah Jadi Merepotkan (Unsplash.com)

Kalau punya badan semampai, kayaknya susah ya bertransaksi menggunakan ATM drive thru?

Beberapa waktu lalu ada bule dari Amerika yang memuji layanan ATM di Indonesia bagus lantaran memiliki berbagai fitur yang lengkap dan memudahkan nasabahnya. Ada berbagai macam fitur yang ditawarkan perbankan di Indonesia mulai dari transfer antarbank, layanan pembayaran tagihan PLN, hingga bayar cicilan rumah.

Selain memiliki fitur yang cukup lengkap, bank-bank di Indonesia juga memudahkan nasabah yang memiliki sifat mageran, malas turun dari mobil dan motor dengan memberikan fasilitas ATM drive thru. Sebenarnya fungsi ATM drive thru sendiri sama dengan ATM pada umumnya, bedanya cuma satu, yaitu kita nggak perlu turun dari kendaraan dan terbebas dari bayar parkir.

Seiring makin banyaknya pengendara mobil dan motor, fasilitas ATM drive thru ini juga makin mudah ditemukan. Jika 10 tahun lalu ATM drive thru hanya ada di kota-kota besar seperti Surabaya atau Jakarta, hari ini kita bisa lebih mudah menemukan layanan ini di kota kecil sekalipun.

Meskipun dibuat untuk memudahkan kehidupan kita dalam melakukan transaksi perbankan dan mendukung kemajuan zaman, nyatanya ATM drive thru tak selamanya memudahkan. Dalam beberapa hal, layanan ATM satu ini justru membuat kita ribet.

#1 Tangan nggak sampai ke mesin ATM

Drive thru jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah lantatur, akronim dari layanan tanpa turun. Nah, dalam praktiknya, nggak semua pengguna ATM drive thru bisa melakukan transaksi di mesin ATM tanpa turun dari mobil.

Bagi orang yang posturnya mini seperti saya, ketika mau melakukan transaksi dari mobil, tangan kami nggak bisa menyentuh mesin ATM, Bos. Apalagi kalau mobil yang digunakan jenis city car. Aduh, makin nggak sampai tuh tangan ke mesin ATM-nya. Tak jarang saya sampai harus jinjit dan mencondongkan badan keluar kaca mobil.

Beda halnya ketika tangan saya nggak sampai ke mesin e-Toll. Kalau melakukan transaksi di mesin e-Toll otomatis kan saya dibantu dengan alat panjang yang bentuknya kayak sutil itu. Lha, kalau di ATM drive thru ya nggak bisa gitu. Saya tetap harus menyentuh mesin ATM minimal untuk mengetik PIN jika ingin menggunakannya.

Jadi, kalau suatu saat kalian melihat ada pengendara mobil yang turun dari mobil ketika sedang melakukan transaksi di ATM drive thru jangan langsung suuzan, ygy. Barangkali memang sebenarnya bukan karena dia ndeso, melainkan karena tangannya nggak sampai saja ke mesin ATM.

#2 Masih banyak pengendara mobil yang nggak mahir nyetir

Di negeri ini, memiliki SIM dengan cara memakai jasa calo sudah bukan rahasia lagi. Mungkin itu menjadi salah satu penyebab banyaknya pengendara jalan yang sebenarnya belum mahir berkendara tapi sudah berani wira-wiri di jalan raya. Nah, pengendara mobil yang belum mahir berkendara ini kalau masuk ATM drive thru bisa membuat pengendara lainnya emosi, lho.

Suatu hari saya pernah mau ambil uang di ATM drive thru dan posisi mobil di depan saya itu maju mundur beberapa kali. Ternyata hal tersebut dilakukan si pengendara dalam rangka ngepasin posisi mobil dan mesin ATM. Hadeeeh, kalau begitu kan mending sekalian saja menggunakan ATM konvensional biar nggak ribet sendiri.

Kalau posisi ATM-nya sedang nggak ramai sih nggak apa-apa. Mau maju mundur sampai tiga kali pun bebas saja, tapi kalau dalam kondisi ramai justru bisa menimbulkan kemacetan, lho. Apalagi umumnya ATM drive thru dibangun di jalan utama yang strategis dan ramai.

#3 Memecah konsentrasi

ATM drive thru pada umumnya dibangun di area terbuka. Hal tersebut tak jarang justru membuat konsentrasi kita terpecah lantaran ada banyak objek yang bisa mengganggu konsentrasi. Belum lagi kalau ATM yang kita datangi ramai sekali dan orang di belakang kita nggak sabaran. Dikit-dikit mencet klakson, bikin konsentrasi kita makin ambyar dan buru-buru.

Bayangkan, ambil uang di ATM biasa saja kalau ada orang banyak yang antre di belakang sudah bikin kita merasa diteror. Lha, apalagi kalau posisinya di atas motor dan diklaksonin orang di belakang. Haduh, makin horor, Rek!

Jika konsentrasi kita sudah terpecah, risiko membuat kesalahan bertransaksi tinggi sekali. Bisa salah transfer lah, lupa mengambil kartu lah, atau bahkan hal-hal buruk lainnya. Percaya atau nggak, meskipun terlihat konyol dan agak kurang masuk akal, saya pernah lho hanya mengambil kartu yang keluar dari mesin tanpa uangnya saat sedang bertransaksi di ATM drive thru. Waktu itu kebetulan saya sedang nggak fokus dan gobloknya kok bisa-bisanya malah kelupaan mengambil uangnya juga.

Sejak saat itu saya menggunakan ATM drive thru ketika sedang kepepet saja. Untuk transaksi sehari-hari saya memilih menggunakan ATM konvensional. Sementara kalau ingin praktis, saya lebih memilih menggunakan m-banking. Namun jika keperluannya setor uang tunai, mending saya ke bank sekalian timbang risiko, Rek!

Pada akhirnya, fasilitas yang dibangun untuk kemudahan masyarakat tak selalu bisa kita jadikan pilihan utama. Contohnya ya ATM drive thru ini. Kalau kalian punya pengalaman apa dengan ATM satu ini?

Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA ATM Setor Tunai dan m-Banking Sialan Adalah Bahaya Laten Keuangan Saya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version