Dahulu Atlantis Land Surabaya merupakan salah satu destinasi wisata favorit yang ada di Surabaya. Tempat wisata ini bahkan pernah digadang-gadang mampu bersaing dengan Universal Studio di Singapura. Keren banget, kan?
Sesuai namanya, Atlantis Land Surabaya mengusung tema legenda Atlantis. Lengkap dengan patung-patung, bangunan yang mirip kastil Disneyland dan berbagai jenis wahana. Namun, kejayaan tempat ini ternyata nggak bertahan lama. Tempat yang dulunya dipadati pengunjung, kini mulai meredup dan dilupakan keberadaannya.
Atlantis Land Surabaya sudah jatuh tertimpa tangga
Atlantis Land Surabaya pertama kali dibuka sekitar akhir 2017. Dibukanya tempat ini langsung menarik perhatian banyak masyarakat Surabaya, termasuk saya yang saat itu masih SMA. Dan benar saja, pengalaman pertama saya ke sini memang menyenangkan. Terlebih, saya dibuat takjub dengan area wisata yang super luas. Jadi, nggak terasa sumpek meskipun pengunjungnya ramai banget.
Selain itu, wisata ini juga menyediakan beberapa wahana yang menarik untuk dicoba, seperti dino land, water land, misteri atlantis, istana es, dan lain-lain. Itulah sebabnya Atlantis Land sering menjadi pilihan utama bagi keluarga dan muda-mudi untuk menghabiskan akhir pekan atau libur panjang di masa itu.
Akan tetapi, popularitas wisata ini perlahan mulai merosot. Setelah sekitar 7 tahun beroperasi, Atlantis Land sekarang benar-benar kehilangan peminatnya. Saya nggak ngerti apa penyebab pastinya. Tapi, kalau boleh menebak, pandemi yang terjadi beberapa tahun lalu sepertinya menjadi biang kerok sepinya tempat ini.
Beruntungnya, Atlantis Land bisa melewati masa sulit pandemi dan perlahan-lahan bangkit. Pengunjung mulai berdatangan, menjajal berbagai wahana untuk menghibur diri setelah sekian lama terkurung di rumah.
Akan tetapi, hal buruk kembali menimpa Atlantis Land. Sekitar bulan Mei 2022, terjadi insiden perosotan ambruk di area water land yang menyebabkan puluhan korban mengalami trauma dan cedera. Sejak kejadian tersebut, tempat ini kembali ditutup untuk kepentingan investigasi dan semacamnya.
Insiden tersebut menyebabkan banyak orang trust issue dengan keamanan wahana di tempat ini. Tak hanya itu, beberapa orang bahkan menganggap tempat ini punya aura mistis yang bisa membuat siapa saja merinding. Tempat yang awalnya lekat dengan kesenangan dan keceriaan, kini berubah menjadi tempat yang suram.
Mencoba untuk bangkit
Beberapa waktu lalu, saya memutuskan untuk mengunjungi tempat ini karena penasaran dengan kondisinya. Untuk tiket masuk, saya perlu membayar Rp100.000, termasuk biaya masuk Kenjeran Park Surabaya. Satu hal yang langsung saya sadari begitu menginjakkan kaki di Atlantis Land Surabaya adalah nggak ada pengunjung lain. Benar-benar cuma saya dan beberapa petugas wahana. Awalnya saya kira karena saya datang di hari kerja, tapi menurut cerita beberapa petugas, ternyata memang tempat ini sepi setiap hari.
Saya juga berkeliling untuk melihat kondisi wahana yang ada. Beberapa wahana masih beroperasi, tapi ada juga yang mangkrak. Selain itu, yang lebih menjadi sorotan saya adalah banyak area di tempat ini yang kotornya kebangetan, termasuk di kolam renangnya. Praktis, pengalaman ini membuat saya menyesal karena mengeluarkan biaya mahal untuk sesuatu yang nggak sebanding dengan harganya.
Meski demikian, saya melihat beberapa upaya terus dilakukan agar Atlantis Land Surabaya kembali hidup. Misalnya, aktif promosi di TikTok dan Instagram. Bukan cuma itu, tempat ini juga sempat digunakan sebagai venue konser pada 24–25 Mei 2024 lalu. Sayangnya, upaya tersebut belum memberikan hasil yang signifikan.
Kunjungan beberapa waktu lalu memang lebih banyak kecewa daripada senangnya. Namun, saya tetap berharap Atlantis Land Surabaya bisa kembali hidup suatu hari nanti. Sebab, tempat ini punya potensi yang cukup menjanjikan, hanya saja memang perlu banyak pembenahan di berbagai sisi. Lagi pula, membiarkan bangunan sebesar ini mangkrak juga bukan ide yang bagus.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.