Asrama mahasiswa UGM adalah penyelamat bagi maba perantauan yang buta Jogja seperti saya.
Bukan hal mudah bagi orang tua melepas anak di perantauan. Apalagi, kalau tidak ada sanak saudara maupun kenalan di tempat baru yang akan dituju. Kurang lebih begitulah perasaan orang tua saya ketika saya memutuskan kuliah di Jogja.
Perkara mencari kos-kosan menjadi hal yang paling memusingkan. Saya dan kedua orangtua benar-benar buta dengan kondisi Jogja. Untung saja, UGM menyediakan asrama mahasiswa alias UGM Residence untuk para calon mahasiswa yang kebingungan seperti saya. Sejak kali pertama survei, saya dan ayah saya langsung cocok. Tanpa ragu kami langsung membayar uang sewa.
Sebagai alumni salah satu asrama mahasiswa UGM, saya akan membagikan pengalaman selama tinggal di sana. Tentu tidak semua pengalaman menyenangkan, ada juga yang kurang baik. Namun, overall tinggal di UGM Residence nggak buruk-buruk amat kok.
Daftar Isi
- #1 Asrama mahasiswa menawarkan kepastian untuk perantau pemula
- #2 Asrama mahasiswa UGM punya fasilitas lengkap
- #3 Lokasinya strategis
- #4 Memungkinkan untuk mencari uang saku tambahan
- #5 Bisa menambah masa tinggal di asrama
- #1 Masalah perizinan dan jam malam
- #2 Tinggal di asrama mahasiswa kurang privasi
- #3 Bertemu macam-macam orang
#1 Asrama mahasiswa menawarkan kepastian untuk perantau pemula
Keberadaan asrama mahasiswa adalah penyelamat. Apalagi untuk perantau pemula yang masih buta dengan kondisi daerah perantauan dan nggak punya kenalan sama sekali. Mahasiswa dan orang tua nggak perlu pusing berkeliling mencari kos-kosan. Jadi lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga deh.
Di sisi lain, orang tua menjadi lebih tenang, setidaknya itulah yang dirasakan kedua orang tua saya. Kekhawatiran hilang ketika kedua orang tua saya melihat lingkungan asrama yang aman. Petugas keamanan berjaga 24 jam dan seluruh staff sangat baik dan ramah saat dimintai bantuan. Bahkan, mereka bisa menjadi teman ngobrol yang asyik. Salah satu yang penting, banyak teman sebaya sehingga mahasiswa yang baru merantau tidak merasa kesepian dan bisa menambah jejaring pertemanan.
#2 Asrama mahasiswa UGM punya fasilitas lengkap
Fasilitas yang disediakan asrama mahasiswa UGM terbilang lengkap. Kondisi kamar dan perabotannya terawat dengan baik. Tiap asrama memiliki layout kamar yang berbeda. Kebanyakan 1 kamar dihuni bersama oleh 2 orang, namun terdapat beberapa asrama yang menyediakan kamar untuk 3 orang maupun 1 orang. Detailnya bisa dicek di website resmi UGM Residence.
Selain itu terdapat pantry bersama di setiap lantai. Terkadang kami masak-masak bersama di sana kalau punya waktu luang. Tempat parkirnya sangat luas, nggak perlu berebut lahan. Lobby asrama juga sangat memadai untuk belajar kelompok karena dapat menampung banyak orang. Tersedia pula kantin dan toko untuk membeli makanan serta kebutuhan sehari-hari.
Menariknya lagi ada fasilitas Toyagama, pengisian air minum gratis milik UGM di setiap asrama. Temperatur airnya bisa disesuaikan mau yang normal, panas, atau dingin. Sangat membantu untuk menghemat biaya belanja air minum.
Menurut saya, tinggal di asrama UGM terbilang sangat hemat. Dengan harga sekitar Rp500.000-Rp700.000 per bulan pada waktu itu, saya sudah mendapat fasilitas lengkap. Saya tidak perlu membayar listrik, wifi, dan air. Kamarnya memang nggak AC karena saya memilih tipe reguler, tapi kamar itu sudah dilengkapi kamar mandi dalam.
#3 Lokasinya strategis
Lokasi asrama mahasiswa UGM terbilang sangat strategis. Akses ke berbagai tempat terasa mudah. Bahkan, jarak dari asrama ke kampus saya di Fakultas Teknik UGM terbilang cukup dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Toko, fotokopi, tempat makan, sudah banyak tersedia. Bahkan, bisa diakses dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda kampus. Untuk mahasiswa baru yang rata-rata belum memiliki kendaraan pribadi, entah terkendala proses pengiriman atau lain sebagainya, aksesibilitas asrama mahasiswa UGM yang mudah sangat berarti.
#4 Memungkinkan untuk mencari uang saku tambahan
Tinggal di asrama rupanya bisa mendatangkan peluang usaha. Banyak kawan-kawan seasrama saya dulu yang mencoba peruntungan dengan menjual berbagai makanan, masker, pulsa, jasa ngeprint, dan lain sebagainya. Grup asrama menjadi media yang ampuh untuk beriklan.
Kegiatan jual beli semacam ini menguntungkan banyak pihak. Di satu sisi para mahasiswa pebisnis bisa mendapatkan uang saku tambahan tanpa menyusahkan orang tua. Sedangkan teman-temannya yang lain bisa memenuhi kebutuhannya dengan mudah tanpa perlu keluar asrama.
#5 Bisa menambah masa tinggal di asrama
Asrama mahasiswa UGM memang diutamakan untuk mahasiswa baru alias maba tahun pertama. Sehingga para maba ini punya waktu satu tahun untuk tinggal di asrama. Waktu yang sangat cukup untuk beradaptasi dengan kehidupan Jogja sekaligus mencari referensi tempat kost selanjutnya.
Akan tetapi, bagi mahasiswa yang masih ingin tinggal di sana pada tahun ke-2 masih memungkinkan kok. Ada dua jalur yang dapat digunakan yaitu mendaftar sebagai waiting list dan Mahasiswa Beasiswa (MB). Keduanya sama-sama akan diseleksi dulu. Bedanya, MB bisa tinggal di asrama tanpa dipungut biaya, tapi punya kewajiban untuk aktif dalam kegiatan asrama dan menjadi kakak asuh untuk adik-adik maba di asrama tersebut. Sedangkan mahasiswa yang lolos waiting list akan dikenakan biaya normal serta tidak dibebani kewajiban menjadi kakak asuh.
Perpanjangan masa tinggal baik melalui jalur waiting list maupun beasiswa hanya berlaku untuk satu tahun. Jika masih ingin memperpanjang, maka harus mendaftar lagi dari awal.
Di atas beberapa hal yang membuat saya nyaman tinggal di asrama mahasiswa UGM. Namun, selama tinggal di sana, saya juga merasa beberapa hal yang kurang cocok. Sebenarnya bukan hal besar sih, tapi kalau hal-hal ini tidak ada, tinggal di asrama benar-benar sempurna.
#1 Masalah perizinan dan jam malam
Sebenarnya aturan jam malam bukanlah hal yang buruk dan cukup wajar. Seingat saya jam malam di asrama yang pernah saya tempati berlaku mulai jam 21.00 WIB. Boleh diperpanjang dengan izin terlebih dahulu ke pihak keamanan. Sayangnya, sebagai mahasiswa terkadang ada saja acara-acara yang mengharuskan kami pulang larut malam. Di saat itulah jam malam terasa sedikit merepotkan.
Asal tahu saja, kalau terlambat pulang ada sanksi menyanyi di pos satpam. Kebetulan saya dan teman sejurusan yang tinggal di asrama itu termasuk langganan kena setrap. Saking seringnya, sanksi menyanyi sampai pernah diganti dengan hafalan surat-surat pendek.
Selain menaati jam malam, asrama juga mewajibkan penghuninya mengikuti pelatihan soft skill minimal 2 kali per semester. Kegiatannya santai, bonus dapat konsumsi yang enak. Sangat ringan bukan? Tapi prakteknya tidak semudah itu. Bagi mahasiswa yang kegiatannya banyak dan mobilitasnya tinggi, tinggal di asrama akan menghambat fleksibilitas.
Kebetulan tahun pertama perkuliahan saya adalah masa-masa yang sibuk. Sejak semester pertama ada 5 praktikum dalam seminggu yang otomatis membuat tugas selalu menumpuk, termasuk yang tipenya kerja kelompok. Di akhir pekan hampir selalu harus ke lapangan untuk pemetaan maupun field trip dengan dosen. Itu mengapa saya sulit sekali mencari waktu yang tepat untuk mengikuti kegiatan wajib asrama. Ketika kami sudah punya waktu kosong, giliran kuota pendaftarannya yang sudah penuh.
Pada akhirnya, di penghujung semester, penghuni asrama yang gagal memenuhi kuota kehadiran soft skill mendapat sanksi. Saya dan beberapa teman bersih-bersih Lembah UGM. Itu semua dilakukan tanpa ada kesan seram atau terhukum kok, lebih mirip kerja bakti saja.
#2 Tinggal di asrama mahasiswa kurang privasi
Lantaran kamar asrama ditempati 2 orang, privasi menjadi taruhan utamanya. Kesempatan untuk curhat dengan orang tua, berantem dengan pacar, atau lagi sedih-sedihan di telepon menjadi kurang leluasa.
Teman sekamar ini akan ditentukan dengan acak jika kalian tidak mengusulkan kandidat sejak awal. Kalau kalian bisa klop dengan teman sekamar ya alhamdulillah, tapi temen sekamar yang nyebelinnya naudzubillah juga pasti ada.
#3 Bertemu macam-macam orang
Asrama UGM dihuni oleh ratusan mahasiswa. Tentu saja karakternya beragam, ada yang baik dan asyik, nggak sedikit yang ngeselin. Beberapa hal yang ngeselin seperti parkir seenaknya dan dikunci stang, nggak menjaga fasilitas bersama, hingga berisik saat malam hari. Penghuni asrama macam ini benar-benar mengunci kesabaran.
Selama tinggal di asrama mahasiswa UGM, saya rasa hal-hal itu saja yang cukup merepotkan. Terlepas dari beberapa kekurangan di atas, menurut saya tinggal di asrama adalah opsi yang paling aman dan menyenangkan bagi perantau pemula. Terutama jika kalian tidak memiliki kenalan sama sekali di kota tujuan. Tempatnya aman, nyaman, staff-staffnya bersahabat, banyak teman. Pokoknya seru deh!
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jurusan Filsafat di Mata Mahasiswa Sosiologi: Bikin Iri dan Ingin Pindah Jurusan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.