Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

ASN Rajin Adalah Tempat Sampah Buat Atasan: Ketika Kerja Keras Justru Mendapat Hadiah Kerja Lebih Banyak dan Menyiksa

Yulfani Akhmad Rizky oleh Yulfani Akhmad Rizky
29 Oktober 2025
A A
ASN Rajin Adalah Tempat Sampah Buat Atasan (Shutterstock)

ASN Rajin Adalah Tempat Sampah Buat Atasan (Shutterstock)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah “wejangan” sakral yang sering beredar di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Khususnya bagi kami angkatan baru. 

Wejangan ini mungkin terdengar seperti keluhan pribadi, tapi percayalah, ini adalah rangkuman dari curhatan banyak teman yang merasakan hal serupa. Bunyinya biasanya dibisikkan oleh senior dengan sedikit tertawa, kira-kira begini: “Bro, kalau kerja jangan rajin-rajin amat. Nanti kerjaan tambah banyak.”

Dulu saya pikir itu cuma mitos atau candaan. Tapi setelah beberapa tahun mengabdi, saya sadar, wejangan itu nyata. Semakin kamu terlihat bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, semakin kamu akan jadi “tempat sampah” tugas-tugas dadakan.

Sementara itu, rekan kerja sebelah, mari kita sebut saja “Si Santai”, yang mungkin kerjanya biasa-biasa saja atau sekadar memenuhi standar minimal, justru hidupnya tampak lebih damai sentosa. Meja kerjanya relatif bersih dari tumpukan tugas mendesak. Saat ASN lain pontang-panting menyelesaikan pekerjaan, dia mungkin lagi asyik scroll media sosial atau merencanakan weekend.

Setiap kali melihat pemandangan kontras ini, saya selalu bertanya-tanya. Katanya pemerintah lagi gencar-gencarnya menggaungkan sistem meritokrasi, di mana kinerja dan kompetensi adalah segalanya. Tapi kok di lapangan rasanya beda, ya? 

Kenapa justru ASN yang berusaha bekerja benar sering kena “hukuman” dengan lebih banyak pekerjaan, sementara yang kerjanya seadanya hidupnya lebih tenang? Dan kenapa penghargaan atau promosi seringkali terasa lebih condong ke “si paling yes man” atau “si paling dekat”, bukan ke “si paling kerja keras”?

Lingkaran setan ASN bernama “dianggap Bisa”

Fenomena ini sebenarnya sangat logis, tapi logisnya itu yang bikin kesal. Siklusnya berjalan mulus seperti lingkaran setan. 

Awalnya, ASN mengerjakan tugas sesuai arahan dan tepat waktu. Atasan melihatnya sebagai tanda “bisa diandalkan”. Karena dianggap bisa, lain kali ada tugas mendesak atau rumit, siapa yang paling logis untuk ditunjuk? Tentu saja kamu. Memberikannya pada “Si Santai”? Ah, nanti malah lama atau banyak salahnya, pikir atasan.

Baca Juga:

4 Alasan Pegawai P3K Baru Harus Pamer di Media Sosial

Tunjangan Kinerja buat ASN, Beban Kerja buat Honorer, di Mana Adabmu?

Akibatnya, beban kerjamu mulai bertambah. Tugas reguler jalan terus, ditambah tugas-tugas “khusus” yang mendarat manis di mejamu karena alasan klasik: “Kamu kan bisa.”

Sementara itu, Si ASN Santai semakin nyaman. Jarang mendapat tugas penting, dia jadi punya banyak waktu luang untuk… ya, bersantai. Dia tidak pernah benar-benar dipaksa untuk belajar lebih atau keluar dari zona nyamannya.

Karena Si Santai tidak berkembang, sementara kamu (terpaksa) semakin terasah menangani berbagai masalah, kesenjangan dalam penyelesaian tugas makin lebar. Ujung-ujungnya? Kamu semakin dianggap bisa diandalkan, semakin menjadi tumpuan segala urusan, dan siklus “dianggap bisa -> beban bertambah” ini terus berulang sampai kamu sumpek. 

Kemampuan menyelesaikan tugas yang seharusnya jadi nilai positif, malah jadi bumerang. Ironi dalam dunia ASN.

Di mana letak meritokrasi ASN yang katanya adil itu?

Jangan salah sangka. ASN bukannya tidak mau bekerja keras atau berkontribusi. Tapi sistem yang berjalan sering terasa kurang adil. 

Ketika beban kerja dibagi secara tidak proporsional hanya berdasarkan asumsi “dia pasti bisa”, tanpa ada kompensasi atau pengakuan yang sepadan, itu bukan lagi meritokrasi. Itu adalah eksploitasi terselubung terhadap ASN yang hanya berusaha bekerja dengan benar.

Pemerintah sudah berusaha membangun sistem penilaian kinerja yang objektif. Ada SKP, ada berbagai Key Performance Indicator (KPI). Tapi di lapangan, implementasinya seringnya masih bias. 

Kedekatan personal atau kemampuan menyenangkan atasan (yes man) terkadang masih punya bobot lebih besar daripada hasil kerja nyata. Orang yang bekerja benar tapi mungkin sedikit kaku atau kritis bisa saja kalah pamor dengan yang kerjanya biasa saja tapi pintar membawa diri.

Akibatnya? Motivasi si pekerja benar pelan-pelan terkikis. Mereka mulai bertanya-tanya, “Buat apa kerja benar kalau hasilnya sama saja, atau malah lebih banyak susahnya?” Sementara itu, Si ASN Santai semakin nyaman di zonanya, karena sistem seolah memvalidasi bahwa bekerja seadanya saja sudah cukup untuk bertahan.

Meritokrasi sejati ASN butuh lebih dari sekadar sistem

Sistem meritokrasi yang digaungkan itu tujuannya mulia. Tapi sistem hanyalah alat. Kuncinya ada pada penerapan yang konsisten dan budaya kerja yang mendukung.

Perlu ada keberanian untuk mendistribusikan beban kerja secara lebih adil, memberikan kesempatan pengembangan bagi semua ASN (bukan hanya yang terlihat bisa), dan yang paling penting, menjadikan kinerja benar-benar sebagai satu-satunya dasar penilaian, bukan kedekatan atau kepatuhan buta.

Harus diakui, sudah mulai terlihat beberapa perbaikan. Proses rekrutmen CPNS kini jauh lebih transparan, sistem penilaian kinerja terus disempurnakan. Ini adalah langkah positif yang patut diapresiasi. Harapan kami, tentu saja, semoga perbaikan ini terus berlanjut dan merasuk ke dalam budaya kerja sehari-hari. Semoga saja kesenjangan antara jargon meritokrasi dan realita di lapangan semakin menipis.

Tanpa itu, meritokrasi hanya akan menjadi jargon indah di atas kertas. Dan wejangan senior “jangan terlalu rajin” akan terus menjadi nasihat paling relevan bagi ASN baru yang ingin selamat di rimba birokrasi.

Penulis: Yulfani Akhmad Rizky

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA ASN Deadwood Memang Sebaiknya Dipecat Saja!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 29 Oktober 2025 oleh

Tags: Aparatur Sipil Negaraasncpnskerja ASNmeritokrasitugas ASN
Yulfani Akhmad Rizky

Yulfani Akhmad Rizky

Pelayan rakyat sekaligus mahasiswa bujangan, lebih hafal jadwal flash sale panci mini daripada jadwal dinas luar kota.

ArtikelTerkait

Perdebatan ASN vs Non-ASN, Perdebatan Paling Tidak Bermutu, padahal Semuanya Bisa Jadi Korban Efisiensi Anggaran!

Perdebatan ASN vs Non-ASN, Perdebatan Paling Tidak Bermutu, padahal Semuanya Bisa Jadi Korban Efisiensi Anggaran!

13 Februari 2025
Bersama Universitas Terbuka, Semua Mimpi Bisa Terwujud, lho!

Bersama Universitas Terbuka, Semua Mimpi Bisa Terwujud, lho!

31 Agustus 2023
5 Panduan untuk CPNS yang Ditempatkan di Pelosok Daerah terminal mojok.co

5 Panduan untuk CPNS yang Ditempatkan di Pelosok Daerah

23 Januari 2022
Menerka Alasan CPNS Mundur setelah Lulus Seleksi cpns 2023

Menerka Alasan CPNS Mundur setelah Lulus Seleksi

28 Mei 2022
Wahai BKN dan Panitia CPNS, Percuma Ada Masa Sanggah CPNS kalau Tidak Transparan! soal TWK daftar cpns pppk pns

Pesan buat PPPK, Stop Merengek untuk Dijadikan PNS, Permintaan Kalian Itu Absurd dan Nggak Masuk Akal

24 Oktober 2025
Skill yang Wajib Disembunyikan jika Kamu Lolos CPNS terminal mojok (1)

3 Skill yang Wajib Kamu Sembunyikan jika Lolos CPNS

6 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Angka Pengangguran di Karawang Tinggi dan Menjadi ironi Industri (Unsplash) Malang

Ketika Malang Sudah Menghadirkan TransJatim, Karawang Masih Santai-santai Saja, padahal Transum Adalah Hak Warga!

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Saya Setuju Jika Tidak Boleh Menolak Pembayaran Uang Tunai, tapi Pembeli juga Harus Memperhatikan Hal Ini!

Saya Setuju Jika Tidak Boleh Menolak Pembayaran Uang Tunai, tapi Pembeli juga Harus Memperhatikan Hal Ini!

28 November 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih
  • Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.