AS Roma: Transfer Tepat, Trofi Siap Didapat

AS Roma: Transfer Tepat, Trofi Siap Didapat

AS Roma (Shutterstock.com)

Kompetisi sepak bola di Eropa sudah mulai kembali berjalan. Semua tim siap berlaga dengan skuat baru yang telah mereka kumpulkan selama jendela transfer musim panas resmi dibuka. Dari sekian banyak tim yang aktif berbelanja di bursa transfer, ada tiga klub yang bagi saya layak diperhatikan: FC Barcelona, Bayern Munich, dan AS Roma.

Untuk dua tim pertama, saya rasa tidak diperlukan penjelasan yang panjang lebar. Baik Barca dan Die Roten sudah berhasil mengamankan tanda tangan banyak pemain bintang yang pasti akan meningkatkan kualitas tim ke depannya. Sementara itu, untuk AS Roma, saya pikir kontestan Serie A itu pantas dinobatkan sebagai tim dengan pergerakan di bursa transfer yang paling underrated. Mengapa saya bisa berpikiran seperti itu?

Di musim lalu, AS Roma sejatinya telah sukses meraih hasil positif: menjuarai UEFA Conference League dan finish di peringkat lima besar. Namun, di jendela transfer musim panas kali ini, AS Roma harus ditinggal beberapa pemainnya, seperti Cengiz Under, Pau Lopez, Alessandro Florenzi, Henrikh Mkhitaryan, dan nama-nama lain yang memang nggak penting-penting amat.

Sebagai gantinya, klub yang dilatih oleh Jose Mourinho itu sejauh ini telah berhasil mendatangkan beberapa pemain, yakni Nemanja Matic, Georginio Wijnaldum, Mile Svilar, Zeki Celik, dan sang bintang asal Argentina, Paulo Dybala.

Dari kelima nama tersebut, bagi saya ada tiga pemain yang akan memberikan dampak paling siginifikan untuk AS Roma dan menarik untuk dibahas lebih lanjut.

Awal mula Dybala

Dybala mungkin mengalami musim yang tak menyenangkan. Performanya tak konsisten, hasil tim buruk, dan diterpa cedera. Selain itu, negosiasi kontrak bersama La Vecchia Signora tak berjalan mulus. Akhirnya, Dybala hengkang.

Banyak yang tak menyangka kalau Dybala berlabuh ke AS Roma. Selain Roma “di bawah” Juventus, gaji yang ia terima pun tak sebesar ketika di Juventus. Entah apa yang di pikirannya, kita tak tahu dan sebaiknya memang tak perlu tahu.

Kehadiran Dybala akan memberikan pengaruh yang masif di dalam dan luar lapangan. Begitu ia pertama kali dipresentasikan saja, banyak sekali penggemar Roma yang menyambutnya dengan teramat meriah dan penuh suka cita. Dan untuk Mourinho, kedatangan Dybala bikin dia punya banyak opsi dan menambah daya gedor skuatnya.

Matic (akan) makin apik (?)

Tak dapat dimungkiri, kini Nemanja Matic sudah tak berusia muda lagi. Saat ini umurnya sudah mencapai angka 34 tahun, yang mana sudah cukup uzur bagi seorang atlet sepak bola. Itulah mengapa, di musim lalu ia tidak mendapatkan banyak menit bermain bersama Manchester United. Namun, kini ia sudah tidak lagi berada di Old Trafford; sudah terbebas dari segala ke-toxic-an yang ada di kubu MU musim lalu.

Ia sekarang telah menjadi bagian dari skuat AS Roma, tim berisi banyak talenta muda yang penuh ambisi untuk meraih yang terbaik. Oleh karena itu, sama seperti Dybala, Mourinho tentu berharap agar Matic dapat kembali menjadi dirinya yang lama: seorang pemain jangkar yang sangat bisa diandalkan untuk menjaga tempo permainan tim.

Saya percaya Nemanja Matic dapat melakukan itu. Bagi saya pribadi, lini tengah merupakan salah satu kelemahan terbesar Roma di musim lalu. Tidak ada pemain yang benar-benar reliable selain Lorenzo Pellegrini, sang kapten tim. Kedatangan Matic, dengan segudang pengalamannya berlaga di level tertinggi, tentu diharapkan mampu menjadi solusi dari masalah tersebut. Bila problema tersebut sudah teratasi, maka bukan tak mungkin AS Roma dapat meraih banyak piala di musim ini.

Ultimatum Wijnaldum

Selama berseragam Liverpool, Georginio Wijnaldum tak diragukan lagi merupakan salah satu pemain yang paling dipercaya oleh Jurgen Klopp, sang juru taktik The Reds. Gaya bermainnya yang enerjik dan insting mencetak golnya yang cukup tinggi menjadi dua alasan mengapa pelatih asal Jerman itu jarang sekali mencadangkan Gini dari tim kesebelasannya.

Tak percaya? Coba kalian tanya saja kepada fans Barcelona tentang betapa piawainya sang mantan pemain Newcastle United itu dalam menciptakan gol-gol penting. Alhasil, ketika Gini Wijnaldum memutuskan untuk hengkang ke Paris Saint-Germain, tak sedikit penggemar Liverpool yang menyayangkan keputusannya itu.

Dan memang, saya pikir bahkan Wijnaldum sendiri sangat menyesal karena telah bergabung dengan PSG. Maklum, selama bermain di sana, dirinya sama sekali tak menjadi figur penting dan harus lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Saya sendiri tak begitu paham penyebab pastinya, tetapi dengan skuat yang penuh bintang, barang tentu Wijnaldum harus bersaing dengan nama-nama lainnya untuk mendapatkan tempat di tim utama Les Parisiens. Hingga musim berakhir, situasinya sama sekali tak berubah. Oleh karena itu, di musim baru ini, Georginio Wijnaldum memilih untuk dipinjamkan ke AS Roma demi mendapatkan waktu bermain yang lebih melimpah.

Kedatangannya ke AS Roma, harusnya, jadi semacam “ultimatum” untuk Wijnaldum. Di usianya yang sudah tak muda, mungkin ini kesempatan terakhirnya untuk menunjukkan kualitasnya. Roma, tentu saja tempat yang tepat. Pelatih yang percaya, skuat yang tak berego besar, dan tekanan yang masih masuk akal, bakal bikin Gigi bisa mengeluarkan potensinya. Terkadang, justru, potensi muncul ketika seseorang diberi ruang yang lebih lega.

Transfer yang dilakukan AS Roma kali ini memang menarik. Mourinho masih jadi magnet untuk pemain bertalenta. Dan menarik untuk kita lihat, apakah transfer ini bakal berhasil?

Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mourinho Pantas Berbahagia Membawa AS Roma ke Final Conference League

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version