Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Artikel Balasan: Vaksinasi Berdasarkan Domisili KTP Itu karena Nakes Terbatas, bukan Dipersulit, Bro!

Suzan Lesmana oleh Suzan Lesmana
26 Juni 2021
A A
Artikel Balasan_ Vaksinasi Berdasarkan Domisili KTP Itu karena Nakes Terbatas, bukan Dipersulit, Bro! terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Sodara, kita semua sepakat bahwa hidup di dunia ini sementara, semua pasti mati. Namun, kita juga berusaha agar nggak menantang kematian. Nah, salah satu usaha supaya nggak cepat mati adalah menjaga kesehatan. Dan kita juga sepakat bahwa kesehatan adalah salah satu kenikmatan termahal yang kita miliki. Bentuk syukur nikmat kesehatan dapat diwujudkan dengan menjaga kesehatan diri kita sendiri dan sesama. Banyak cara praktis yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya, salah satunya di masa pagebluk sekarang adalah menjaga prokes 5M dan vaksinasi.

Kita bersyukur anggota masyarakat mengerti bahwa vaksinasi adalah ikhtiar pemerintah menjaga kesehatan rakyatnya hingga akhirnya terbentuk herd immunity yang akan mengurangi laju pandemi. Dan salah satu orang yang mengerti hal ini adalah Sodara Raden Muhammad Wisnu, yang menulis artikel soal ini beberapa hari lalu.

Pada tulisan tersebut, Kang Wisnu menyebut vaksinasi di Kota Bandung yang harus memenuhi syarat administrasi memiliki KTP Kota Bandung atau surat domisili Kota Bandung ora mashok blas. “Kok birokratis sekali,” celotehnya. Namun di sisi lain, blio paham juga alasan di balik itu. “Saya tahu, program vaksinasi massal yang mengharuskan pesertanya untuk memiliki KTP atau surat domisili itu bertujuan agar stok vaksin yang terbatas bisa dikontrol oleh pemerintah setempat melalui Disdukcapil setempat. Jadi nanti Disdukcapil memiliki data orang yang sudah vaksin atau belum vaksin,” ungkapnya. Oke, lebih enak jelasinnya kalau gitu.

Begini. Saya nggak diendorse Satgas Covid-19 Nasional seperti dokter Raisa Broto Asmoro. Saya hanya orang yang ditugasi Pak RW membuat notifikasi paparan Covid-19 warga di perumahan saya—yang menyaksikan langsung proses vaksinasi warga oleh para tenaga kesehatan (nakes) yang jumlahnya terbatas. Ini perlu saya terangkan supaya nggak selalu menyalahkan birokrasi. Yah, namanya juga birokrasi, Kang, ada rantai komando dalam organisasi dengan bentuk piramida—banyak pelaksana teknisnya—atau kalau dalam strukturasi banyak orang yang berada di tingkat bawah daripada tingkat atas. Dan ini biasa dalam instansi yang bersifat administratif maupun militer yang bertujuan untuk keteraturan.

Tapi bukan itu yang saya mau tekankan. Poinnya adalah N-A-K-E-S yang (((terbatas))). Jadi, alasan mengapa yang divaksinasi harus disesuaikan dengan domisili lantaran keterbatasan jumlah nakes. Asal Kang Wisnu tahu, ya, jumlah nakes gugur saat ini menurut Kompas.com bertambah banyak. Per 22 Juni 2021 tercatat nakes yang wafat berjumlah 974 orang, yang terdiri dari dokter 374 orang, perawat 311 orang, bidan 155 orang, dan beragam profesi nakes lainnya.

Jadi, memang sekarang jumlah nakes tambah terbatas, bukan dipersulit, Bro! Kita tahu mereka memang garda terdepan penanggulan pandemi ini sejak Maret 2020 lalu. Makanya, dengan pembagian vaksinasi per domisili penduduk, memudahkan pembagian nakes yang bertugas. Gimana jadinya kalau orang yang divaksin nggak dibatasi? Bebas gitu siapa saja yang mau? Sudah pasti akan terjadi penumpukan dan kerumunan mendadak. Setiap orang akan minta divaksin. Sementara nakes yang bertugas terbatas. Jadinya malah runyam. Potensi paparan malah meningkat. Mau muncul klaster baru bernama klaster vaksinasi? Na’udzubillah. Jangan sampai!

Itulah makanya diatur sedemikian rupa sesuai KTP dan domisili dan dibagi waktu vaksinasinya. Kalau Kang Wisnu bilang repot mengurus surat keterangan domisili, menurut saya nggak sampai sehari juga, sih. Setengah hari beres asal semua aparaturnya ada di tempat. Dan sebenarnya, nggak harus sampai kelurahan juga, cukup surat domisili dari RT atau RW setempat. Ada kok itu. Coba tanya lagi ke Pak RT atau Pak RW, apalagi lagi pandemi gini, disediakan, kok. Kan darurat. Kalau semua ngurus ke kelurahan malah jadi kerumunan, masalah lagi. Yah, sekali-kali silaturahmi lah ke penguasa wilayah di mana kita merantau. Jangan bergaul sama circle pertemanan seusia saja.

Lalu, lebih jauh Kang Wisnu bilang temannya yang sedang kuliah di Inggris sana cukup daftar online dan bawa paspor ketika akan vaksinasi. Ya, di sana kan yang mau vaksin nggak sebanyak di Indonesia—yang ditargetkan sebanyak 181,5 juta penduduk yang harus divaksinasi hingga akhir tahun 2021. Sekarang saja menurut Kemenkes baru 5% penduduk Indonesia yang mendapatkan vaksin Covid-19, berarti baru 13,6 juta (8,8 juta sudah divaksin lengkap). Kebayang, kan, penanganannya repot mana di luar negeri dan di dalam negeri? Gitu ya, Bro? Paham, ya? Kecuali situ mau jadi relawan bantuin para nakes? Mau?

Baca Juga:

Sisi Positif dari Rencana Menteri Kesehatan Mendatangkan Dokter Asing yang Menjadi Kontroversi dan Menuai Penolakan

Nasib Perekam Medis: Dianaktirikan dan Tak Dianggap padahal Jantungnya Rumah Sakit

BACA JUGA Vaksin Nusantara Harus Kita Dukung, Bodo Amat sama BPOM dan tulisan Suzan Lesmana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2021 oleh

Tags: Pojok Tubir Terminaltenaga kesehatanvaksin covid-19vaksinasi
Suzan Lesmana

Suzan Lesmana

Seorang MC yang suka menulis sejak pandemi

ArtikelTerkait

membandingkan statistik kematian itu goblok mojok

Membandingkan Statistik Kematian Akibat Pandemi Adalah Perbuatan Biadab

23 Juli 2021
gimmick sidak blusukan presiden jokowi mojok

Sidak, Blusukan, dan Gimik Insignifikan Pejabat

30 Juli 2021
Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19 terminal mojok.co sopir jenazah mobil jenazah

Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19

17 Juli 2021

McD x BTS Adalah Tamparan bagi Kampanye Pemerintah yang Hobi Nampang di Baliho dan UMKM

10 Juni 2021

Cantumkan Syarat Zodiak Tertentu dalam Info Lowongan Kerja: Serius atau Bercanda, sih?

19 Juni 2021
31 negara mencekal pelancong dari indonesia mojok

Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali, Terus Kenapa 31 Negara Mencekal Pelancong dari Indonesia?

14 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.