Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Arsenal, Sebuah Tim dengan Kekuatan Spesial untuk Menyakiti Diri Sendiri

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
13 Juli 2020
A A
arsenal mikel arteta liga inggris MOJOK.CO

arsenal mikel arteta liga inggris MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika skor sama kuat 1-1, jeda babak pertama datang. Arsenal, terlihat sangat nyaman ketika masuk ke ruang ganti untuk istirahat. Dan benar saja, kira-kira 30 menit babak 2 berjalan, Arsenal sangat mendominasi. Papan penghitung penguasaan bola menunjukkan The Gunners mengumpulkan hingga 82 persen. Sangat dominan.

Ketika jeda babak 1, saya sempat mengungkapkan keresahan. Pasalnya, jika di sebuah laga Arsenal justru mendominasi, hasil akhir laga malah menjadi kabur. Tim ini, sejak zaman dulu, selalu punya satu hal spesial. Sebuah kelebihan yang menahun seperti penyakit, yaitu kekuatan spesial untuk menyakiti diri sendiri.

Bukan hanya ketika melawan tim papan atas. Melawan siapa saja, ketika mereka begitu dominan, hasil akhir malah tidak menguntungkan. Padahal, 30 menit, misalnya, bukan waktu yang singkat. Sebuah periode di mana Arsenal punya segala kesempatan untuk “membunuh laga” dengan gol kedua, atau bahkan ketiga.

Kekalahan dari dia yang full of shite ini adalah seharusnya menjadi kritikan paling gamblang untuk Mikel Arteta. Untuk kesekian kali, Arteta lemah di pergantian pemain. Padahal, hanya dengan satu penyesuaian, Arsenal mungkin bisa “mengakhiri laga” lebih cepat. Mengakhiri laga dengan rasa nyaman.

Gambarannta begini. Selama 30 menit babak 2 berjalan, lini tengah Arsenal mendominasi. Arus bola dari bawah sampai ke depan, terutama ke dua sisi lapangan, berjalan tanpa hambatan. Pressing gelombang pertama dari dia yang full of shite, sangat mudah untuk dilewati. Baik Granit Xhaka maupun Dani Ceballos mendapatkan banyak ruang dan waktu untuk mengalirkan bola dari sisi ke sisi.

Bagi saya, tanpa mengganti pemain pun seharusnya Arsenal paham apa yang perlu dilakukan untuk segera mencetak gol kedua. Namun, mereka yang ada di sisi lapangan, semakin tidak maksimal seiring waktu. Ketika mengusasi bola hingga 80 persen, kamu harus memanfaatkannya menjadi gol. Tidak bisa ditawar. Semakin diberi kesempatan, tim lawan akan mendapat cara untuk mencegahmu membuat gol lagi.

Ibarat kata Arteta tinggal menggeser tuas ke kiri untuk maju. Namun, dia memilih menahan tuas tetap di sebelah kanan. Akibatnya, Arsenal tidak punya kesempatan untuk “maju”. Setidaknya, memperbaiki inisiatif pemain yang mulai monoton. Untuk merespons hal ini, Arteta memasukkan Bukayo Saka menggantikan Nicolas Pepe.

Ini jenis pergantian pemain yang normatif. Ibarat kata A diganti A, tidak ada hal baru yang ditawarkan Arteta. Mereka, tim full of shite itu, sudah punya cara untuk mengatasi cara bermain seperti Pepe. Celakanya, Saka pun bermain dengan cara yang sama. Tidak ada kebaruan, monoton kembali menjangkiti Arsenal.

Baca Juga:

Persamaan Kontroversi Feodalisme Pondok Pesantren dan Liverpool yang Dibantu Wasit ketika Menjadi Juara Liga Inggris

Manchester United Adalah Lelucon Dimulai dari Internal, tapi Selalu Bodoh lalu Menyalahkan Pelatih dan Pemainnya

Arteta, misalnya, bisa mengganti Kolasinac dengan Saka. Kemudian, Kieran Tierney digeser sebagai bek tengah sebelah kiri. Saka, dengan keberanian melakukan penetrasi, cocok untuk head to head dengan Serge Aurier yang sudah mengantongi satu kartu kuning. Toh sepanjang pertandingan, Tierney sering kehilangan momentum untuk melepas umpan atau melakukan penetrasi.

Beberapa hal coba saya renungkan….

Pertama, Arteta berharap banyak kepada komposisi awal. Cara bermainnya pun, tidak bisa dikatakan “sangat buruk”. Di babak pertama, ketika menerima umpan sedikit ke tengah lapangan, performa Pepe cukupan. Dia bisa mengontrol dan mempertahankan bola, berbalik badan untuk menembak atau mengalirkan bola ke sisi yang berbeda.

Cara ini bisa dibilang “cair”, artinya jadi beberpa peluang. Baik dari Pepe, maupun dari 2 pemain lainnya yang di depan. Artinya, para pemain Arsenal sendiri membuang kesempatan yang ada.

Bakal lain ceritanya ketika berbagai kesempatan itu menjadi gol. Persis seperti laga melawan Leicester City. Kalau menjadi gol dan Arsenal menang, narasi kita tentu akan berbeda. Misalnya seperti ini: “Mikel Arteta, masterclass!” Di sini kita melihat detail kecil pertandingan seperti menyelesaikan peluang, artinya begitu masif.

Kedua, pilihan pemain yang dimiliki Arsenal sangat terbatas. Dari 3 bek tengah, hingga 3 pemain di depan, tidak ada “solusi dari bangku cadangan”. Bisa dikata, yang siap untuk pertandingan intensitas tinggi cuma Saka dan Joe Willock saja. Hasilnya, selain terlambat mengganti pemain dan tidak ada variasi cara bermain, pemain yang ada sangat terbatas.

Ketiga, ketika bermain dengan sistem 3-4-3, sebuah tim harus punya 2 mesin di 2 gelandang sentral. Xhaka dan Ceballos bukan pemain jelek. Namun, keduanya tidak punya power untuk saling menutup dan berganti-gantian melakukan penetrasi ke depan. Tidak ada yang “mendobrak” untuk mendekati 3 pemain di depan.

Oleh sebab itu, ketika monoton terjadi, Xhaka dan Ceballos tidak bisa menawarkan banyak hal. Maka dari itu juga, Mikel Arteta pernah menegaskan kalau sistem yang diimpikannya adalah 4-3-3 dengan 2 advance #8 seperti Manchester City. Arsenal tidak punya komposisi pemain yang mendukung sistem tersebut.

Dari semua kelemahan itu, tambahkan kelemahan Arsenal lainnya, yaitu situasi bola mati yang (kayaknya) tidak pernah digarap. Baik sepak pojok dalam kondisi menyerang maupun bertahan, tidak ada urgensi di sana. Selain inkonsisten dan monoton, situasi bola mati juga menjadi penyakit menahun yang seperti tidak ada obatnya.

Mohon maaf sebelumnya, kalau ada yang berkata bahwa Arsenal adalah tim dungu atau bodoh, ledekan itu punya dasar yang kuat. Bagaimana bisa, sebuah tim yang begitu dominan dan diberi “kemudahan” oleh lawan, tidak bisa memaksimalkannya menjadi kemenangan. Kalau begitu, tidak ada faedahnya mengharapkan Arsenal lolos ke Eropa.

Mending Arsenal belajar sepak pojok lagi. Belajar caranya menendang bola tepat ke kepala teman. Atau, boleh, lho, kalau Arsenal belajar menerima kebodohannya sendiri. Keledai saja tidak jatuh 2 kali di lubang yang sama. Jangan-jangan Arsenal adalah sekumpulan keledai dungu yang menendang bola asal mengarah ke depan saja.

Sumber gambar: Wikimedia Commons.

BACA JUGA Milan Kalahkan Juventus, tapi Dapat Penalti, Milanisti Kecewa dan tulisan Yamadipati Seno lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Juli 2020 oleh

Tags: arsenalliga inggrismikel arteta
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Arsenal Mesut Ozil, Mohon Maaf, Sudah Waktunya Kamu Pergi MOJOK.CO

Mesut Ozil vs Willian: Mahalnya Sebuah Gesture dan Zaman yang Terus Bergerak

19 Agustus 2020
Liverpool

Bocoran Keputusan Liga Inggris: Liverpool kembali Puasa Gelar Liga Inggris

7 Mei 2020
Gabriel Magalhaes, Drama dan Ekspektasi yang Bergeser Selalu Mengiringi MOJOK.CO

Gabriel Magalhaes, Drama dan Ekspektasi yang Bergeser Selalu Mengiringi

23 Agustus 2020
Liverpool dan Sebuah Persembahan Terbaik untuk Almarhum Ayah Saya MOJOK.CO

Liverpool dan Sebuah Persembahan Terbaik untuk Almarhum Ayah Saya

23 Juli 2020
Kedewasaan Arsenal Mengalahkan Tingkah Kampungan Klub Bernama Tott (Unsplash)

Kedewasaan Arsenal Mengalahkan Tim Kampungan Bernama Tott

16 Januari 2023
mola tv

Kontroversi Mola TV dan Budaya Gratisan Fans di Indonesia

4 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.