Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Penderitaan Apoteker yang Kerja di Jogja

Nabial Chiekal Gibran oleh Nabial Chiekal Gibran
4 Desember 2023
A A
Di Jogja, Apoteker Menderita Kalau Nggak Bisa Bahasa Inggris (Unsplash)

Di Jogja, Apoteker Menderita Kalau Nggak Bisa Bahasa Inggris (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Dunia ini mengenal Jogja sebagai destinasi wisata. Maka tidak heran apabila pelancong dari segala penjuru dunia datang ke sini. Dan, profesi saya, apoteker, menjadi salah satu yang “terdampak”. Berikut pengalaman saya melayani pelancong internasional yang sedang membeli obat dalam Bahasa Inggris.

Sebelumnya saya harus menegaskan kalau obat yang saya jual itu legal. Saya juga sudah memiliki kompetensi tentang obat-obatan. Saya apoteker yang bekerja di salah satu apotek di Jogja. Lokasi apotek tempat saya bekerja tidak jauh dari destinasi wisata para pelancong mancanegara. 

Pertemuan saya dengan pembeli ini membuat saya sadar diri kalau Bahasa Inggris yang saya pelajari dari SD hingga di bangku kuliah sama sekali tidak membantu. Rasanya kayak lagi sidang skripsi dadakan. Saya harus memutar otak, merangkai kata demi kata, dan menyiapkan mental setebal tembok Cina.

Pengalaman pertama melayani bule sebagai apoteker di Jogja

Kali pertama saya bertemu dengan pembeli bule yakni dengan rombongan satu keluarga. Asli, bule rambut pirang blonde tanpa disemir, dan anak-anaknya pun pirang dengan mata biru kayak di film-film. Kalau tidak salah ingat, si ibu mencari acetaminophen atau obat penurun demam (antipiretik). Hal yang saya lakukan pertama kali adalah memasang senyum selebar mungkin bak garis ekuator yang membentang melingkari dunia. Pikiran saya kosong.

Selain kendala Bahasa Inggris, ada masalah lain yang muncul karena, acetaminophen ini nama lain dari parasetamol. Dan yang tersedia di apotek adanya paracetamol. Muncul perbedaan istilah yang membuat saya bingung untuk menjelaskan. 

Sebagai apoteker, saya paham dan tahu acetaminophen merupakan nama lain dari paracetamol. Cuman mental mas-mas kabupaten saya muncul. 

Saya keluarkan paracetamol dan berucap “It’s same.” Terlihat dari wajahnya sih rada kurang puas. Cuman ya gimana. Saya yang kadung minder harus bertahan dan menjalankan kewajiban saya sebagai apoteker. Bahkan saya sempat salah ucap saat mereka mau membayar seharusnya “Two thousand rupiah” malah “Twenty thousand rupiah.” 

Duh Gusti, cobaan-Mu sungguh nikmat menyadarkan saya kudu belajar Bahasa Inggris lagi di usia segini.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Pengalaman kedua yang nggak kalah bikin minder

Pengalaman kedua terjadi di suatu sore, ketika ada pria bule memakai kaos polo mondar-mandir di depan apotek tempat saya bekerja. Dia terlihat kebingungan ketika melihat hapenya. Sepertinya dia sedang mencari jalan ke suatu tempat dan sedang menerka-nerka. Dan kemudian, tiba-tiba dia masuk ke apotek saya. 

Tentu saya kaget karena dia tiba-tiba muncul. Dan muncul rasa was-was lagi. Ini bule mau ngapain, ya? Satu kata yang keluar dari mulutnya: “Diarrhea”.

Ah, saya langsung paham. Saya langsung mengambil obat yang memiliki kandungan attapulgite dan menyodorkan padanya. Dia mengambil kotak yang berisikan obat tersebut sambil memeriksanya. Mata kami saling bertatapan beberapa detik dan penuh rasa kebingungan juga canggung. 

Dia bingung harus berkata apa, saya pun bingung harus berbicara apa. Situasi yang unik nan canggung muncul selama beberapa detik. 

Setelah bertatapan mata yang sangat canggung, dirinya mengeluarkan kata-kata “How much?” yang kemudian saya membalas “4.000 rupiah, Sir,” dengan menambah “drink two tablets per day.” 

Yup saya menjawab dengan Bahasa Inggris yang pas-pasan. Jika mengingat kejadian itu rasanya malu sekali. Rasa canggung yang membara serta kebingungan yang hakiki. Pengalaman kedua ini menyadarkan mental ngomong Bahasa Inggris juga salah satu kunci untuk menjalin komunikasi yang paripurna. 

Tidak bisa mengandalkan Google Translate sepenuhnya

Iya, betul, kamu tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Google Translate. Apotek tempat saya bekerja itu hampir selalu ramai. Jadi, para apoteker harus bergerak cepat.

Perihal Bahasa Inggris memang menjadi PR bagi saya yang perantauan. Belum beradaptasi dengan Bahasa Jawa di Jogja, sekarang harus paham bahasanya King Charles. 

Sebetulnya, Bahasa Inggris saya tidak jelek-jelek amat. Saya sanggup menyimak seminar berbahasa Inggris tanpa bantuan penerjemah. Selain itu, saya sanggup menonton film berbahasa Inggris tanpa terjemahan juga. 

Cuma, saya perlu waktu panjang untuk menyusun kata-kata untuk percakapan. Keribetan ini menjadi beban tersendiri tentunya rasanya pengin tak bilangin sama mas-mas atau mba-mba bule “This is Indonesia you know bukan USA, bukan England.” Ya tapi sebagai nakes saya tetap perlu memberikan pelayanan yang optimal. 

Harus jadi dukun bahasa

Ya namanya apotek pasti menjual obat, selain obat tentu terjadi pelayanan kefarmasian. Perbedaan budaya, juga bahasa, menjadi jurang yang memisahkan saya sebagai apoteker jika ada pembeli atau pasien bule. 

Saya dituntut menjadi dukun plus ahli bahasa. Ya tidak semua pembeli bule ini datang dan tahu obat apa yang dibeli. Mereka ingin berdiskusi terkait keluhan. Dan, problematika bahasa ini rasanya bukan saya seorang yang mengalami.

Saya sendiri sadar harus menyiapkan diri. Hal pertama yang harus saya benahi adalah mental sebagai apoteker di Jogja, bukan Bahasa Inggris. Mental pemuda kabupaten ini yang harus ditempa. 

Kan tidak mungkin saya memasang papan “Pribumi Only” di depan apotek untuk menghindari mas atau mba bule.

Penulis: Nabial Chiekal Gibran

Editor: Yamadipati Seno 

BACA JUGA Apoteker: Dituntut Sat-Set dan Multitalenta, tapi Minim Apresiasi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2023 oleh

Tags: apotekapotek di jogjaapotekerBahasa InggrisJogjawistaa jogja
Nabial Chiekal Gibran

Nabial Chiekal Gibran

Penjual obat yang legal| Penikmat film semua genre kecuali horor| Hanya menyediakan jasa tanya-tanya obat-obatan sisanya tanyakan saja pada rumput yang bergoyang

ArtikelTerkait

Perbedaan Rumah Makan Padang Jogja vs Medan yang Bikin Kaget: Rasanya Manis dan Penyajiannya Prasmanan, kek Mana Ini? warung padang murah, warung makan padang

Perbedaan Rumah Makan Padang Jogja vs Medan yang Bikin Kaget: Rasanya Manis dan Penyajiannya Prasmanan, kek Mana Ini?

6 Agustus 2024
Kidzooona Pakuwon Mall, Playground Terbaik di Jogja

Kidzooona Pakuwon Mall, Playground Terbaik di Jogja

22 Juni 2023
Krisis Etika di KRL Jogja Solo Relasi Stasiun Palur (Unsplash)

Krisis Etika di KRL Jogja Solo Relasi Stasiun Palur: Ketika Gen Z Tidak Paham Kursi Prioritas dan Berani “Melawan” Petugas

23 Januari 2024
Anak Madura Mudah Dapat Jodoh di Jogja ketimbang Jakarta

Alasan Mengapa Anak Madura yang Kuliah di Jakarta Lebih Sulit Menemukan Pasangan ketimbang yang Kuliah di Jogja

3 Agustus 2025
Honda Scoopy Kuat Disiksa Jalanan Jogja dan Surabaya (Unsplash)

Pengalaman Menyiksa Honda Scoopy di Jalanan Jogja dan Surabaya yang Selalu Sukses Bikin Pengendara Tersiksa

25 Maret 2024
Hujan di Jogja Memang Romantis, kecuali bagi Penduduk Bantaran Kali Gajahwong Jogja yang Berkawan (Kelewat) Akrab dengan Banjir

Kali Gajah Wong: Bakal Ambrol di Beberapa Titik, Penyelamat Kota Jogja dari Ancaman Bencana Banjir Ini Kondisinya Semakin Merana

10 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.