Beberapa hari ini pembicaran tentang Ikea date di dunia maya cukup heboh dibicarakan. Istilah ini untuk menjelaskan sebuah ide kencan bagi orang yang lagi kasmaran buat jalan-jalan di Ikea. Agendanya, untuk melihat berbagai macam furniture yang dijual di sana, sambil berkhayal kelak nanti ketika naik ke pelaminan dan jadi suami istri. Semoga saja Ikea date-nya nggak gagal kayak Tom Hansen dan Summer di film 500 Days of Summer, ya.
Namun, serius, bagi saya warga Kota Bandung, Ikea date itu nggak relate sama sekali, sih. Di Bandung belum ada Ikea. Ia masih dalam proses pembangunan di Kota Baru Parahyangan yang ternyata bukan di Kota Bandung sama sekali. Masuknya di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Kalau pakai motor bisa lebih dari dua jam, harus lewat Kota Cimahi dulu baru deh sampai di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Kalau pakai mobil bisa satu jam, lah karena bisa lewat Tol Pasteur.
Bukannya Ikea, masyarakat Jawa Barat, khususnya Kota Bandung kayak saya lebih familiar dengan Borma. Borma merupakan sebuah swalayan swasta yang setahu saya cuma ada di Jawa Barat. Kepopuleran Borma ini tentu ada alasannya.
#1 Harga lebih murah
Borma adalah swalayan sama seperti Carrefour, Yogya, Griya, Transmart, Superindo, dan sejenisnya. Namun, harga yang disajikan di Borma ini jauh lebih murah dari keseluruhan swalayan yang saya sebutkan tadi. Memang sih bedanya hanya beberapa ribu atau beberapa ratus rupiah, tapi itu sangatlah berarti. Bahkan teman saya yang sudah memiliki bayi bilang perbedaan pampers di Borma dan swalayan besar lainnya sampai Rp13.000. Bedanya jauh banget! Itulah kenapa Borma lebih disukai oleh warga Kota Bandung dan masyarakat Jawa Barat dibanding swalayan besar lainnya.
#2 Barangnya lengkap
Umumnya, memang swalayan seperti Carrefour, Transmart, Superindo, dan sejenisnya menjual segala macam barang dari kebutuhan rumah tangga seperti sabun cuci, sampo, sabun, sampai barang elektronik seperti kulkas dan televisi. Namun, ada begitu banyak barang yang hanya bisa ditemukan di Borma.
Contohnya, ketika saya dan teman-teman berniat pesta Pro Evolution Soccer di kampus, Borma menyediakan stik playstation USB ataupun converter USB stik. Atau ketika saya kesulitan mencari baut motor Astrea Supra 2001 milik saya, Borma menyediakannya. Bahkan, bengkel resmi Honda aja nggak jual sama sekali!
Banyak juga barang nyeleneh lain yang dijual di Borma. Alat-alat pertukangan seperti linggis, sekrup, terminal listrik, sampai menjual arang buat bebakaran dan tusuk satenya. Semua itu, dijual di sini. Ada juga sejumlah kosmetik wanita yang dijual dengan lengkap. Ada pula sejumlah alat olahraga seperti bola basket, papan catur, sampai barbel segala. Borma ini ibarat penggabungan Alfamart, Yogya, dan Ace Hardware karena banyak banget barang aneh di dalamnya.
#3 Plastik kuning yang jadi ciri khasnya
Jika kalian berbelanja di Borma, konsumen bakalan dikasih plastik kuning polos sebagai pembungkus belanjaan. Memang branding Borma itu serba kuning mulai dari catnya hingga logonya sekalipun, tapi plastik kuning yang dikasih itu benar-benar polos. Swalayan lain biasanya ada logo perusahaannya, ini mah nggak ada sama sekali. Inilah ciri khas Borma yang tidak dimiliki oleh swalayan lainnya. Plastik kuning polos ini menumpuk di rumah saya. Pasalnya, selain saya sering berbelanja di Borma, kerabat saya yang mengirimkan makanan atau barang ke rumah juga pakai plastik kuning tersebut.
Saya pikir, itulah kenapa Borma lebih familiar bagi saya dan masyarakat Bandung dibandingkan Ikea. Oleh karena itu, Ikea date jadi nggak relate sama sekali karena muda-mudi di sini lebih sering Borma date. Meski saya terakhir Borma date sudah sepuluh tahun yang lalu, sih.
BACA JUGA 20 Tahun Setelah Petualangan Sherina, Lembang Benar-benar Berubah dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.