Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Antiklimaks Film ‘Sobat Ambyar’, FTV yang Dibungkus Rasa Ambyar

Muhammad Arif N Hafidz oleh Muhammad Arif N Hafidz
27 Januari 2021
A A
Antiklimaks Film 'Sobat Ambyar', FTV yang Dibungkus Rasa Ambyar terminal mojok.co

Antiklimaks Film 'Sobat Ambyar', FTV yang Dibungkus Rasa Ambyar terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Film Sobat Ambyar sudah tayang. Namun, sejauh mana ia mengajak penontonnya untuk turut ambyar?

“Wis sakmestine, ati iki nelongso. Wong seng tak tresnani mblenjani janji.”

Potongan lirik di atas merupakan bagian dari lagu “Cidro” karya Didi Kempot. Salah satu lagu yang menjadi spotlight di antara lagu “cidro-nya” yang lain. Lantunan lagu patah hati yang tersampaikan dengan sopan melalui melodi khas the Godfather of Broken Heart.

Lewat berbagai lagunya, perasaan pendengar dibuat kalang kabut. Ambyar, kata yang pas untuk menggambarkan perasaan seseorang yang sedang nelangsa karena patah hati. Pun lewat lagu-lagunya muncul tradisi njogeti patah hati—tradisi untuk nggak berlarut dalam kesedihan. Begitu, kiranya cara merayakan patah hati sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya bagi sobat ambyar.

Di tengah rasa rindu untuk dapat bernyanyi, berjoget dan melepaskan semua rasa patah hati bersama blio di konsernya, kehadiran film Sobat Ambyar seolah menjadi penyeka dahaga setelah kepergian blio. Sutradara Charles Gozali dan Bagus Bramanti berusaha mewujudkan visualisasi “ambyar” dalam bentuk skenario film.

Sayang seribu sayang, ada tiga hal yang mengganggu saya dalam menikmati film ini, menjadikannya antiklimaks untuk dapat nilai sempurna.

#1 Trailer sobat ambyar terlalu meng-highlight isi filmnya

Ketika trailer film ini tayang pertama kali di channel YouTube Netflix Asia, tanpa pikir panjang saya segera menonton walau pada akhirnya berujung kecewa. Sebagai calon penonton, saya berharap akan dibuat semakin penasaran dari trailer ini, tapi yang saya dapat justru sebaliknya.

Trailer film ini begitu banyak meng-highlight isi filmnya. Diawali dengan scene Jatmiko (Bhisma Mulia) misuh, “Buajingaaaaan!” Scene yang mungkin terinspirasi dari acara ngobam milik Gofar Hilman ketika ada seorang pria yang misuh, bahkan lagu yang dinyanyikan pun sama. Dari sini, saya seolah sudah mengetahui ke mana arah film ini.

Baca Juga:

5 Tayangan Netflix yang Sebaiknya Jangan Ditonton Saat Makan, Bikin Mual!

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

Kemudian praduga saya diperkuat dengan kemunculan scene pertemuan pertama Jatmiko dengan Saras (Denira Wiraguna) di sebuah kedai kopi. Di satu momen, mereka lalu digambarkan sudah pacaran. Momen yang bagi saya sangat FTV banget karena serba kilat.

Selanjutnya, muncul scene di mana Abdul (Rezca Syam) hadir sebagai penanda awal konflik dalam film ini. Disusul dengan scene di mana Jatmiko menanyakan sosok Abdul kepada Saras diikuti dengan ucapan Jatmiko yang banyak di quote oleh netizen, “Kowe ki ngongkon aku jaga kesehatan, tapi kowe dewe sing ngelarani aku, Ras.” Semakin menegaskan bahwa film ini terlalu vulgar dalam spoiler penontonnya.

Di momen cidro itu, muncul sosok Pakde Didi dan Asri Welas sebagai anestesi rasa ambyar Jatmiko. Momen yang dari awal sudah sangat tertebak. Pun di akhir trailer, lagi-lagi Pakde Didi memperkuat semua plot twist dari awal hingga akhir dengan ajakan untuk njogeti patah hati. Ya… Begitulah.

Dari keseluruhan trailer yang tayang, terlalu banyak spoiler. Entah, ini memang strategi marketing atau bukan, tapi bagi saya terlalu mengecewakan. Maksud saya, nggak perlu terlalu over expose plot di trailernya. Toh, penonton juga akan melirik dengan “jualan” Pakde Didi karena persona sang maestro. Jadi, simpan saja plotnya.

#2 Berharap Pakde Didi sebagai spotlight, ternyata hanya cameo

Awalnya, saya berharap Pakde Didi akan menjadi spotlight dalam film ini. Saya sudah berimajinasi sebegitu liarnya, ternyata harapan saya lagi-lagi kandas. Blio hanya muncul di awal dan penghujung akhir scene saja dalam film ini. Seolah hanya sebagai bahan “jualan” demi menarik penonton.

Saya kira, Pakde Didi akan diberi banyak peran, minimal seperti Indro Warkop di film Warkop DKI Reborn. Walau saya juga tahu betul ini bukan film biopik, tetapi rasanya terlalu kurang ruang peran bagi Pakde Didi. Sebab, film ini “menjual” Pakde Didi dengan persona dan namanya. Maka, nggak salah dong, saya berharap blio menjadi spotlight bukan sebagai cameo.

Padahal, andai lebih banyak melibatkan blio, film ini bisa menjadi penghormatan terbaik atau cara mengapresiasi seluruh hasil karyanya selepas kepergian blio.

#3 Plot cerita yang FTV banget

Terlalu bisa ditebak. Jika dirangkum plotnya pun terlalu sederhana, rasanya FTV banget. Bagi saya, Prisia Nasution lebih cocok menjadi pemeran Saras di film ini. Sebab, Mbak Prisia ini sudah sangat fasih memerankan peran Mbak-mbak yang FTV banget. Apalagi lokasi syuting FTV dengan latar “jawa” juga sering di Jogja. Ya, anggap saja Jogja-Solo masih sama. lah. Kan pernah satu wilayah juga.

Lanjut, lanjut.

Dari proses perkenalan yang datar-datar saja, kemudian mereka bertemu di kedai kopi lalu berpacaran dan berujung cidro itu hal yang terlalu mainstream. Terlalu sederhana untuk diangkat menjadi sebuah film. Plot seperti ini justru sering kali saya jumpai di kolom komentar media sosial yang menyajikan kegalauan sebagai dagangannya. Bahkan, di antaranya jauh lebih pedih.

Sekali lagi saya bertanya-tanya, ini memang sengaja dibuat sederhana agar maksa relate atau yang penting ada kata “ambyar” dan sosok Didi Kempot-nya? Ya, kalau memang hanya seperti itu, ya, sudah. Bagi saya seperti makan kerupuk, renyah doang tapi nggak ada gizinya. Beneran seperti hanya pelengkap di antara hidangan utamanya.

Terlepas dari itu semua, film Sobat Ambyar tetap layak diminati dan diapresiasi. Titipan karya terakhir sang maestro kepada sobat ambyar. Kepergian blio, sama halnya dengan “Cidro” lain yang datang, nggak perlu terlarut dalam patah hati. Cara terbaik untuk mengingatnya dengan memberi “Dalan Anyar” penyanyi lagu Jawa melalui jalannya masing-masing.

BACA JUGA Ketika Sobat Ambyar Semakin Banyak dan Menyebalkan dan tulisan Muhammad Arif N Hafidz lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Januari 2021 oleh

Tags: didi kempotFilmsobat ambyar
Muhammad Arif N Hafidz

Muhammad Arif N Hafidz

Pria yang lahir di tanah Kasunanan Surakarta dan tumbuh di bumi Kasultanan Yogyakarta. Pernah menjajaki beberapa lapangan di Bantul bersama skuad Persiba Bantul era Ezequiel Gonzales.

ArtikelTerkait

Membandingkan Drama Korea vs Telenovela: Mana yang Lebih Baik?

8 Mei 2021
Credit Scene, Senjata Ampuh Film-film Marvel dalam Raih Kesuksesan Terminal Mojok.co

Credit Scene, Senjata Ampuh Film-film Marvel dalam Raih Kesuksesan

11 Mei 2022
Memboikot Film yang Diperankan Si Problematik Itu Nggak Adil

Memboikot Film yang Diperankan Si Problematik Itu Nggak Adil

15 Juni 2023
Menonton Film Adaptasi Novel yang Pernah Dibaca di Mana Menariknya? terminal mojok.co

Rating Sebuah Film Nggak Perlu Dipercaya Sampai Kita Nonton Filmnya Sendiri

12 Oktober 2020

Membandingkan XXI dan CGV, Penguasa Bioskop di Indonesia, Mana yang Lebih Unggul?

17 April 2022
Jokowi Cinematic Universe yang Saya Cintai dan Dinanti Kelanjutannya terminal mojok.co

Jokowi Cinematic Universe yang Saya Cintai dan Nantikan Kelanjutannya

31 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.