Terminal Mojok menerbitkan tulisan mengenai angkringan beberapa waktu lalu, berjudul Angkringan Palsu di Jogja Meresahkan: Dikonsep Ala Kafe, Jualnya Minuman Sachet dan Tempura Sosis. Angkringan seperti itu memang mulai menjamur di Jogja dan cukup meresahkan. Bukan tidak mungkin angkringan orisinil lama-lama tergeser dengan kehadiran “angkringan palsu” ini.Â
Sebelum resah terhadap keberadaan “angkringan palsu” itu, pelanggan sepertinya perlu lebih resah terhadap keberadaan angkringan pada umumnya. Sebab, angkringan yang banyak kita lihat di pinggir-pinggir jalan itu sebenarnya menyimpan sisi gelap yang belum banyak diketahui banyak orang.Â
Selama ini angkringan banyak digemari karena pilihan menu yang beragam dan harga yang ramah di kantong. Tidak heran kalau tempat ini kerap dijadikan persinggahan oleh banyak orang mulai dari karyawan kantoran sepulang kerja, driver ojol, hingga mahasiswa. Tidak sekadar makan, mereka yang datang kerap kali memang ingin bercengkrama dengan pelanggan lain. Â
Saya adalah salah satu dari orang itu. Saya sering ke angkringan untuk sekedar nongkrong bersama teman-teman. Saking seringnya, ada puluhan puluhan tempat yang sudah pernah saya kunjungi. Nah, dari pengalaman mengunjungi banyak tempat, saya jadi tahu sisi gelap angkringan. Memang temuan saya ini memang tidak bisa dipukul rata untuk semua penjual. Namun, tidak ada salahnya kita sebagai pelanggan untuk lebih berhati-hati
Daftar Isi
Angkringan jorok tidak mencuci sendok dan gelas
Angkringan yang berjualan dengan gerobak di pinggir jalan terkadang jauh dari sumber air mengalir. Para penjual mengandalkan air-air yang mereka bawa menggunakan ember. Biasanya mereka membawa tiga ember khusus untuk mencuci peralatan makan. Ember pertama berisi air yang dicampur dengan sabun, ember kedua adalah ember berisikan air untuk membilas. Sementara ember ketiga berisikan air untuk bilasan terakhir, memastikan nggak ada sabun yang tertinggal.
Cara mencuci seperti itu memang terdengar bersih, tapi ingat, air-air itu digunakan secara berkali-kali dan jarang diganti. Itu mengapa peralatan makan tidak bisa benar-benar bersih. Biasanya masih ada noda atau aroma yang menempel.Â
Saya pernah memesan es teh di sebuah angkringan, tapi saat saya minum, ada aroma kopinya. Begitu juga dengan sendok dan piring yang saya pakai untuk makan, kadang saya masih menemukan nasi yang menempel. itu membuktikan cara mencuci dengan 3 ember masih kurang bersih.Â
Menggunakan es balok yang dipertanyakan kualitasnya
Seperti yang sudah saja jelaskan sebelumnya, selain menjual makanan, angkringan juga menjual minuman. Penjual biasanya menawarkan minuman disajikan panas atau dingin. Untuk minuman yang dingin, mereka akan menambahkan es batu. Nah, es yang ditambahkan itu biasanya berasal dari es balok yang sudah dipecahkan.Â
Asal tahu saja, Es balok memang nggak disarankan untuk dikonsumsi karena mengandung banyak bakteri. Selain es balok, terkadang penjual menggunakan es yang dibungkus plastik lalu dihancurkan. Es yang seperti ini biasanya mereka bawa dari rumah atau bisa juga mereka beli dari orang lain. Kadang saya bertanya-tanya dalam hati, apakah es dalam plastik itu menggunakan air matang atau air mentah ya?
Penjual jarang cuci tangan
Terlalu sering ke angkringan membuat saya menyadari sesuatu, bahwa tangan penjual jarang dicuci dan sering memegang dagangannya sendiri. Coba kalian pikir-pikir, memangnya kalian pernah melihat penjual yang cuci tangan setelah menerima uang dari kalian atau memberikan uang kembalian?
Ada kejadian kurang mengenakkan yang saya lihat dengan mata kepala sendiri. Suatu kali, penjual tempat saya makan memegang uang, tembok, sampai menggaruk kakinya dengan santai. Setelah itu penjualnya dengan santainya memegang dagangannya untuk ditata. Semua rangkaian kejadian itu tanpa proses cuci tangan sama sekali.Â
Makanan angkringan tidak fresh
Di sore hari, sekitar pukul 5 sore, saya pernah makan di salah satu angkringan. Saat makan saya terkejut karena dagangan yang tersedia tidak fresh. Padahal jam 5 sore tergolong masih pagi untuk tempat yang biasanya beroperasi mulai sore hingga dini hari.Â
Waktu itu saya memakan sundukan berupa usus yang rasanya terlalu asin dan baunya kurang enak. Saya jadi khawatir kalau itu sundukan kemarin yang nggak terjual habis, lalu dijual lagi esok harinya.
Itulah hal-hal yang patut diwaspadai pelanggan terhadap angkringan pinggir jalan. Angkringan memang terkenal murah dan enak, tapi bukan berarti kita harus mengabaikan kebersihannya. Itu semua demi kesehatan kita.Â
Penulis: Imanuel Joseph Phanata
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Angkringan Memang Murah, tapi Bukan Pilihan Terbaik Buat yang Makannya Banyak Kayak Saya