Angkringan telah menjadi destinasi kuliner yang sangat digandrungi wisatawan. Di Jogja sendiri, popularitas angkringan sudah layak disandingkan gudeg dan bakpia. Nggak sah rasanya kalau berkunjung ke Jogja tapi nggak menyempatkan diri mampir ke angkringan yang terkenal dengan makanan dan minumannya yang murah itu.
Angkringan sudah seperti interior kota yang keberadaannya hampir ada di setiap sudut. Secara nggak langsung, angkringan adalah wajah dari Jogja itu sendiri.
Perkembangan zaman mengubah konsep angkringan Jogja
Seiring berkembangnya zaman, angkringan telah mengalami banyak perubahan konsep, baik perubahan dari segi tempat maupun menunya. Sekarang nggak sedikit angkringan yang berubah konsep ala-ala kafe dengan fasilitas seperti WiFi, pembayaran melalui QRIS, dan juga kursi meja tambahan. Bahkan sekarang ada juga angkringan yang menyajikan live music. Nah, apakah konsep angkringan seperti itu masih bisa disebut angkringan yang sebenarnya?
Nyatanya, banyak angkringan di zaman sekarang yang telah kehilangan identitasnya. Dalam perjalanan saya mampir di berbagai angkringan di Kota Jogja, hanya sedikit sekali angkringan yang benar-benar asli.
“Lho, memangnya ada angkringan palsu?”
Tentu saja ada. Mari kita lihat perbedaan antara angkringan asli dan palsu, baik dari segi tempat, bentuk gerobak, maupun menu makanan.
Baca halaman selanjutnya: Perbedaan dari segi tempat…