Anggapan Sesat Seputar Kampung Inggris Pare yang Beredar di Masyarakat. Kamu Masih Percaya Nomor Berapa?

Anggapan Sesat Seputar Kampung Inggris Pare yang Beredar di Masyarakat. Kamu Masih Percaya Nomor Berapa?

Anggapan Sesat Seputar Kampung Inggris Pare yang Beredar di Masyarakat. Kamu Masih Percaya Nomor Berapa? (unsplash.com)

Seperti tertulis di atribusi, saya dulu lulusan Kampung Inggris Pare jalur gap year, setahun sebelum lanjut kuliah di jurusan Sastra Inggris. Kebetulan setahun terakhir saya juga mengajar di sana. Kali ini saya mau menuliskan beberapa mitos yang berkembang di masyarakat seputar Kampung Inggris. Kalau kalian pernah mengisi waktu belajar di sini, entah karena gap year sekolah/kuliah, lagi persiapan study abroad, atau alasan lainnya, kalian akan relate dengan hal-hal yang saya tuliskan berikut ini.

#1 Cuma ada satu tempat belajar bahasa Inggris untuk semua orang yang datang ke Kampung Inggris Pare

Dari dulu sampai sekarang, banyak orang—umumnya para pendatang—yang mengira kalau di Kampung Inggris Pare kita akan belajar di satu tempat yang sama. Jangankan pendatang, saya yang warga asli Kediri saja kena prank. Saya baru menyadari kalau di Kampung Inggris Pare ada banyak tempat kursus yang bisa dipilih untuk belajar bahasa Inggris saat pertama kali datang 8 tahun lalu.

Nama Kampung Inggris Pare memang sudah sampai ke penjuru Indonesia. Banyak siswa yang datang dari luar Pulau Jawa. Mereka sampai rela jauh-jauh meninggalkan kampung halaman untuk belajar di sini. Bahkan banyak juga yang mulai belajar bahasa Inggris dari nol di sini.

Untungnya, sekarang sudah banyak lembaga kursus yang menerapkan online marketing misalnya di Instagram. Jadi, sebelum siswa atau member datang ke Pare Kediri, mereka sudah tahu mau belajar di mana sesuai target belajar mereka.

#2 Semua orang ngomong pakai bahasa Inggris

Masih ada lho orang yang beranggapan kalau orang-orang di Kampung Inggris Pare, mulai dari siswa, penjaga toko, sampai penjual pentol di sini cas cis cus ngomong bahasa Inggris. Saya pastikan ini keliru, ya. Lha wong siswanya saja nggak akan 24 jam ngomong bahasa Inggris, kok selain di area yang diwajibkan bicara pakai bahasa Inggris seperti di area kursus atau camp. Bahkan di kelas saja nggak semuanya bakal ngomong bahasa Inggris karena varian programnya memang banyak.

Misalnya, siswa yang ambil kelas TOEFL ya akan fokus mengasah skill structure, reading, sama listening. Terus speaking-nya gimana? Jelas nggak ada karena formatnya beda dengan kelas reguler atau kelas IELTS yang butuh mengasah skill speakin. (baca: TOEFL di sini maksudnya TOEFL ITP, ya, yang umumnnya buat daftar beasiswa dalam negeri. Kalau TOEFL IBT mirip IELTS, tapi kebanyakan kursusan cuma nawarin TOEFL ITP atau IELTS).

Itu tadi baru siswanya, lha kalau warga sampai pedagang keliling di Kampung Inggris Pare ngomongnya gimana? Pastinya pakai bahasa Jawa. Bahkan siswa pendatang saja jadi bisa berbahasa Jawa karena “terpaksa” belajar. Soalnya sehari-hari mereka ketemunya sama bapak-ibu dan mas-mbak Jawa. Walaupun memang ada beberapa pedagang atau warga yang cas cis cus ngomong bahasa Inggris, tapi ya bahasa Inggris yang asal buat komunikasi masih bisa dipahami.

#3 Diajarin bule atau tutor dengan latar belakang jurusan Bahasa Inggris

Anggapan ngawur pertama, ketemu sama tutor bule, jelas keliru. Ingat ya, kursusan di Kampung Inggris Pare pasarnya adalah masyarakat menengah ke bawah, jadi jangan harap bisa diajarin sama bule asli yang pastinya kursusan harus pasang harga mahal untuk meng-hire bule.

Namanya saja Kampung Inggris, belajarnya di tengah-tengah kawasan perkampungan. Jangan samakan dengan kursusan di luar sana yang siswanya dari kalangan berada yang bisa menghabiskan sekian juta rupiah untuk biaya kursus tiap bulan.

Di Indonesia, ada EF (English First) misalnya, tempat kursus buat yang mau belajar langsung sama native speaker. Walaupun ada cabangnya di Kota Kediri, di Kampung Inggris Pare belum ada. Karena sekali lagi, target pasarnya berbeda.

Lalu anggapan tutor-tutornya harus memiliki latar belakang jurusan Bahasa Inggris juga kurang tepat. Walaupun tentu banyak pengajar yang memang sebelumnya kuliah mengambil jurusan Pendidikan atau Sastra Inggris, dan kebetulan saya salah satunya.

Di Kampung Inggris Pare, sistem perekrutan tutor kebanyakan mengambil dari alumni yang pernah kursus di tempat tersebut. Jadi, kalau ada siswa yang sudah lulus jenjang teratas, kelas Advanced atau IELTS Preparation misalnya, kalau dirasa performanya di atas rata-rata bisa direkomendasikan menjadi tutor. Di sini, skill lebih jadi pertimbangan walaupun lulusan jurusan Bahasa Inggris jadi nilai lebih kalau ada perekrutan.

Itulah beberapa anggapan ngawur seputar Kampung Inggris Pare. Jadi, anggapan mana yang masih kalian percayai sampai sekarang?

Penulis: Muhammad Bintang Aldijana
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Nggak Semua Warga Kampung Inggris Kediri Bisa Bahasa Inggris, Jangan Berharap Ketinggian.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version