Memberi nama kucing tidak sesederhana dulu. Banyak nama-nama unik, out of the box, sampai yang ndakik-ndakik. Mengadopsi nama wayang hingga nama pemain sepak bola pun ada. Tak jarang juga, di daerah tertentu, nama-nama untuk hewan peliharaan seakan memiliki pakem-pakem tersendiri. Misalkan di Jepang lekat dengan nama seperti Shiro atau Kuro.
Di daerah tempat tinggal saya, nama kucing yang dipilih tak kalah unik dengan Jepang. Biasanya, konsep ini dipakai oleh pakdhe, budhe, atau simbah. Bukannya norak, nama-nama yang diusung oleh mereka malah menghadirkan sisi unik. Nggak percaya? Sini saya kasih tahu. Siapa tahu bisa juga jadi rekomendasi nama kucing di rumah.
Pertama, Cemeng. Nama kucing satu ini sudah jamak ditemui untuk daerah Jogja secara khusus, dan Jawa secara umum. Cemeng merupakan nama dari anak kucing sebagaimana anak cicak namanya sawiyah, anak garangan namanya rase, anak kadal namanya tobil, dan anak kancil namanya kenthi. Nama cemeng berindikasi jika kucing itu sudah diadopsi ketika masih bayi, ketimbang pusing-pusing manggil apa, yasudah cemeng saja.
Nama cemeng nggak mungkin diberi semisal kucing itu diadopsi ketika sudah besar. Atau diberikan ketika ada kucing liar liwat pekarangan, kemungkinan dipanggil, “Mdene, Meng,” nggak ada yang seperti itu. Nama kucing ini mutlak dipergunakan ketika kucing itu masih bayi. Cemeng bukan sembarang cemeng, kalau lagi males manggil panjang-panjang, biasanya mereka bakal nyebut seperti ini; “meng, meng, meng” dan si cemeng bakal moro.
Kedua, Telon. Nama kucing ini dipakai ketika si pus punya tiga warna. Nggak mungkin kucing hitam, oranye, atau putih seluruhnya dipanggil telon. Nama ini dipakai masyarakat Bantul bermula dari istilah kembang telon yang artinya memiliki tiga warna. Kucing seperti ini banyak sekali di daerah saya. Kalau banyak itu mbok ya bikin aliansi belajar gitu, biar gerakan mereka terorganisasi dengan baik untuk memerangi hama tikus. Syukur-syukur hama wereng.
Telon digunakan untuk kucing berwarna putih yang ada corak hitam dan oranye. Katanya, kucing ini mbois sekali. Kebanyakan betina dan suka melucu walau bukan pelawak. Mungkin, lucu itu bakat lahir batin seekor kucing. Oh iya, kata simbok saya, jangan manggil telon sebagaimana memanggil cemeng dengan diulang-ulang. Lha kalau cemeng enak, dipanggil berulang jadi meng, meng, meng. Sedangkan telon, dipanggil berulang jadi…asudahlah.
Ketiga, Ireng/Iteng. Ini terjadi ketika kucing yang dimiliki dominan hitam. Item atau ireng dalam Bahasa Jawa memiliki arti warna hitam, sebagaimana kuro dalam Jepang. Saya nggak tahu di sini mitos kucing hitam pembawa sial eksis atau tidak, biasanya, kebanyakan anak-anak lebih suka kucing yang berwarna hitam sebagai pilihan mereka.
Kalau di luar sana ya kucing hitam palingan dipanggil Nightly, Kuro, pol mentok ya Night Furry. Kalau di sini, biasanya nama kucing yang warnanya hitam menggunakan formula yang bikin kemekelen. Formula pertama, bubuhan “su” + Ireng/Iteng, jadinya Suteng atau Sureng. Formula kedua, bubuhan “si” + Ireng/Iteng, jadinya dipanggil Sireng atau Sureng. Kondisionil saja, pokoknya upayakan kucing andalanmu itu namanya jadi sembois mungkin.
Keempat, Oren. Sebelum ada stigma kalau kuchenk oren itu bar-bar, di Bantul penggunaan nama kucing ini sudah mewabah bak jamur teletong. Pating tletek di mana-mana karena populasi kucing oren di sini, menurut sumber yang nggak bisa dipercaya, jumlahnya sama dengan masyarakat Kabupaten Bantul itu sendiri. Berbekal kasih sayang yang tulus dan bingung kasih nama kucing lantaran saking banyaknya, ya sudah kasih nama oren saja.
Di sini kucing oren tidak bar-bar, tapi pekerja keras. Pagi hingga malam mereka bergerilya mencari tongkol sisa di pasar-pasar sepanjang Bantul. Atau cari curah di rumah-rumah para pecinta kucing. Gerakan mereka lebih terorganisir ketimbang telon. Kalau nggak salah, mereka punya grup WhatsApp bernama “Oren SUKSES 2K20 AAMIIN!!”.
Rapat tahunan mereka biasanya diadakan di Pasar Bantul, dekat blok penjual kembang-kembang sisih wetan. Halah itu lho, lapak brambang Yu Sumi, nah jalan dikit ke wetan, nanti ada lapak penjual kembang pakai mobil. Biasanya oren melakukan pergerakan di situ.
Kelima, Jangkrik. Nama kucing ini dipakai ketika kucingmu atau kucing liar, masuk rumah dan nggondol makanan di meja makan, biasanya pemilik rumah bakal berteriak, “Wooo, jiangkrik!”
BACA JUGA Menghitung Penghasilan Sandy Cheeks, Tupai Jenius di Bikini Bottom dan tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.