Tulisan saya ini terinspirasi dari tulisan Mas Fatoni Rahman yang membayangkan “Profesi Pemeran ‘Friends’ Andai Mereka Hidup di Jogja”. Atas dasar tulisan tersebut, saya bermaksud membuat pengandaian serupa, tapi dari sitkom berbeda, yakni sebuah sitkom berjudul How I Met Your Mother yang bisa dikatakan sebagai versi yang lebih modern dari Friends yang booming pada 90-an. Dari 9 season dan 208 episode sitkom How I Met Your Mother, sitkom ini settingnya selalu di New York City, Amerika Serikat. Semua tokoh utama di sitkom How I Met Your Mother ini tinggal dan bekerja di New York City, termasuk bar tempat nongkrong mereka sehari-hari yang bernama MacLaren’s Pub.
Nah, sekarang kita bayangkan bagaimana jika Ted Mosby, Marshall Eriksen, Lily Aldrin, Barney Stinson dan Robin Scherbatsky ini dibuat dalam versi lokalnya dengan mengambil setting tempat di Jakarta?
#1 Ted Mosby bekerja di kantor arsitek Ibu kota
Ted Mosby sebagai tokoh utama sitkom ini adalah seorang arsitek yang bekerja di salah satu kantor arsitek di New York City. Sejak kecil, dia selalu menyukai gedung-gedung tua yang menurutnya adalah masterpiece dari para arsitek terkemuka.
Jika Ted Mosby dibuat dalam versi lokal, dia juga akan berkerja sebagai arsitek junior di salah satu kantor arsitek di Jakarta Selatan. Dia rajin menggambar desain gedung pencakar langit ataupun konsep cafe-cafe kekinian ala anak Jaksel meskipun tidak pernah direstui oleh atasannya.
Ted Mosby juga bakal ribet mengurus perizinan pembangunan bangunan dari para kliennya ke kantor pemerintahan DKI Jakarta. Bolak-balik urus Amdal dan segala dokumen perizinan lainnya, padahal bukan tugas dia. Tapi karena ia tinggal di Indonesia yang birokrasinya ribet, ya dia harus mengurus itu semua.
Setelah selesai bekerja, Ted Mosby bakalan nongkrong dengan teman-temannya di daerah Kemang atau Pondok Indah Mall sambil ngomongin atasannya yang nggak pernah merestui desainnya dan ngomongin ribetnya birokrasi Indonesia karena harus fotokopi ini itu sampai beres. Sambil ia curhat bahwa bercita-cita untuk segera menemui ibu dari anak-anaknya. Pasalnya, selama ini ia gagal melulu pas pacaran, malah sampai pernah ditinggalin tunangannya beberapa menit sebelum ijab kabul.
Ted Mosby juga bakalan sering kedapatan mengunjungi daerah Kota Tua atau Monas sendirian sambil mengagumi bangunan tersebut seperti pada versi aslinya.
#2 Marshall Eriksen kerja di kantor pengacara Ibu kota
Marshall Eriksen adalah seorang pengacara yang bekerja di salah satu kantor pengacara yang cukup besar di New York City. Sejak dulu, dia ingin sekali jadi pengacara yang memfokuskan dirinya pada pelestarian lingkungan hidup agar Bumi jadi planet yang hijau. Sayangnya, dia tidak pernah dapat kesempatan untuk bekerja di Firma Hukum yang fokusnya pada pelestarian lingkungan hidup. Dia malah kerja di firma hukum biasa, dan sempat bekerja di salah satu bank nasional swasta sebagai staf legal di sana.
Pada versi lokalnya, Marshall Eriksen ini adalah pengacara lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia atau Universitas Padjajaran yang idealis banget. Dia betul-betul ingin menghukum perusahaan tambang besar yang merusak lingkungan Indonesia. Dia selalu ingin menjadi staf legal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar bisa menghukum para perusak lingkungan dengan berat, atau kerja di LSM lingkungan hidup.
Sayangnya, dia selalu gagal ketika tes CPNS Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini dibuka. Selain itu, LSM lingkungan hidup yang dia ingin masuki sudah bertahun-tahun tidak membuka lowongan pekerjaan.
#3 Lily Aldrin jadi guru TK
Lily Aldrin dalam sitkom ini adalah lulusan Fakultas Seni Rupa yang terjebak dalam pekerjaannya sebagai guru TK. Sejak dulu, dia ingin jadi seniman, sayangnya, suratan takdir berkata lain dan dia terpaksa jadi guru TK karena belum berhasil untuk menjual karya-karyanya selama ini.
Dalam versi lokalnya, Lily Aldrin adalah lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung yang terpaksa bekerja sebagai guru TK di salah satu taman kanak-kanak elite di Jakarta Selatan. Meskipun dia bisa mengajarkan seni lukis, seni memahat, dan pelajaran musik pada anak-anak seperti keahlian yang dimilikinya, tapi sejak awal dia bercita-cita untuk jadi seniman seperti pelukis legendaris Indonesia, Mendiang Affandi Koesoema atau seniman pemahat patung seperti Nyoman Nuarta. Setelah selesai bekerja, dia bakal ikut nongkrong bareng Ted Mosby dan teman-temannya untuk mengeluhkan susahnya jadi guru TK karena bayarannya yang kecil, beban kerja yang berat, dan impiannya sebagai seniman yang kerap kali tidak tercapai.
#4 Barney Stinson jadi bankir profesional
Pekerjaan Barney Stinson di sitkom How I Met Your Mother ini masih jadi misteri. Bahkan seluruh sahabatnya tidak tahu apa pekerjaan yang dilakukan Barney selama ini selain fakta bahwa Barney bekerja di salah satu bank nasional di sana.
Namun yang pasti, Barney memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan tersebut dan selalu mengklaim bahwa dirinya tidak akan dipecat karena dia tahu banyak tentang rahasia kotor perusahaan tempatnya bekerja. Dia juga playboy yang kerap kali melakukan cinta satu malam dengan banyak wanita tanpa status pacaran sama sekali.
Dalam versi lokalnya, Barney Stinson adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang kerja di salah satu bank swasta terbesar Indonesia dan menduduki posisi yang sangat penting dalam perusahaan meskipun usianya yang masih sangat muda. Setiap hari dia akan pakai jas untuk menghadiri rapat pemegang saham dan kerap kali nongkrong makan siang di Grand Indonesia untuk melepas penat sebelum malam harinya nongkrong bareng Ted dan sahabat-sahabatnya yang lain di salah satu bar yang terletak di daerah Jakarta Selatan sambil mencari cewek Jaksel yang bisa dia ajak cinta satu malam. Benar-benar fakboy Jaksel si Barney!
#5 Robin Scherbatsky jadi wartawan Tribun
Di sitkom How I Met Your Mother ini, Robin Scherbatsky bekerja sebagai wartawan. Dia kerap kali melaporkan sebuah peristiwa tidak penting seperti liputan tentang tukang delman di Central Park Kota New York yang sudah puluhan tahun bekerja di sana. Berita-berita yang ia liput kerap kali tidak penting. Tidak hanya itu, dia juga hanya jadi wartawan di salah satu stasiun televisi kecil.
Dalam versi lokalnya, Robin Scherbatsky bekerja sebagai wartawan Tribun yang beritanya selalu click bait. Berita dan tulisan yang ia liput selalu berita-berita tidak penting sama sekali. Padahal, ia lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran yang cita-citanya jadi wartawan handal seperti Najwa Shihab. Setiap selesai liputan dia bakal ikut nongkrong bareng Ted dan sahabat-sahabatnya yang lainnya sambil ngomongin medianya yang click bait banget dan tidak sesuai dengan harapannya ketika kuliah jurnalistik dulu.
Sebagai penutup, ini hanya pengandaian saja seandainya sitkom How I Met Your Mother ini dibuat dalam versi lokalnya. Dan saya pikir Jakarta sama kerasnya dengan New York City di mana orang-orangnya serba buru-buru dan individualis biar tidak kalah dalam persaingan hidup.
Sumber Gambar: YouTube CBS
BACA JUGA Sitkom ‘Friends’ Adalah Sitkom Era 90-an Paling Ikonik Sepanjang Masa dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.