Beberapa waktu lalu saya diminta menjemput kerabat yang datang dari Jakarta ke Kendal melalui Stasiun Weleri. Dia naik KA Kertajaya relasi Pasar Senen Jakarta ke Pasar Turi Surabaya. Sebenarnya, ada dua pertimbangan, menjemputnya di Stasiun Weleri atau menjemputnya di Stasiun Poncol Semarang. Dari daerah saya di Brangsong, dua stasiun itu sebenarnya sama-sama jauh lebih dari 20 km. Saya jelas memilih menjemputnya di Stasiun Weleri saja, saya enggan menghadapi kemacetan di Semarang.
Di Kendal sebenarnya ada beberapa stasiun yang kondisinya baik. Namun, Grafik Perjalanan Kereta Api hanya memilih Stasiun Weleri sebagai tempat pemberhentian kereta api satu-satunya di kabupaten ini. Dengan kata lain, warga Kendal terlebih orang Weleri sangat mengandalkan stasiun ini.
Saya nggak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau Stasiun Weleri tidak pernah ada atau lenyap. Saya yakin warga bakal kerepotan. Tidak menutup kemungkinan Kendal jadi daerah yang medioker dan begitu-begitu saja, bahkan terasingkan, karena salah satu akses pentingnya tidak ada.
Kendal menjadi daerah medioker selamanya kalau stasiun Weleri lenyap
Salah satu tulisan Terminal Mojok berjudul Dear Kendal, Sampai Kapan Mau Jadi Daerah Medioker? terasa sangat relate untuk warganya. Daerah dengan julukan Kota Santri itu rasa-rasanya tidak pernah bisa berdiri sendiri, selalu perlu embel-embel yang mengikuti ketika menjelaskan daerah yang satu ini. Misal, Kendal yang ada di dekat Semarang atau Kendal Pantura dan masih banyak lagi.
Ada banyak faktor yang membuat Kendal jadi daerah yang begitu-begitu saja dan tidak terkenal alias medioker. Salah satunya, akses yang terbatas. Asal tahu saja, fasilitas umum transportasi yang bisa diandalkan hanyalah Stasiun Weleri. Di sana sebenarnya ada Terminal Bahurekso, tapi kehadirannya tidak begitu signifikan bagi warga. Begitu pula dengan Pelabuhan Kendal yang hidup segan mati tak mau. Bandara? Itu hanya sebatas wacana yang tidak ada kelanjutannya.
Bayangkan saja kalau Stasiun Weleri lenyap, pilihan transportasi untuk keluar-masuk Kendal akan semakin terbatas. Orang-orang semakin enggan untuk berkunjung, apalagi tidak ada hal yang benar-benar menarik dari daerah ini. Terlebih untuk Kecamatan Weleri, tidak dapat dimungkiri, stasiun satu-satunya daya tarik Weleri. Banyak kegiatan ekonomi berputar karena kehadiran stasiun.
Itu mengapa, apabila Stasiun Weleri lenyap, bukan tidak mungkin Kendal akan terus menjadi daerah medioker atau bahkan lebih buruk dari itu, terasingkan.
Warga semakin menderita, khususnya para perantau
Banyak orang Kendal yang merantau demi penghidupan yang lebih baik. Untuk pulang kampung, tidak sedikit yang mengandalkan kereta api sebagai moda transportasi. Apabila Stasiun Weleri lenyap, tidak bisa saya bayangkan betapa repotnya para perantau.
Seperti yang saya singgung sebelumnya, hanya Stasiun Weleri yang melayani perjalanan kereta api di Kendal. Apabila stasiun ini tidak ada, berarti mau tidak mau para perantau naik/turun di stasiun yang ada di Semarang. Stasiun yang paling dekat adalah Stasiun Poncol Semarang.
Persoalannya, perjalanan ke Stasiun Poncol tidaklah mudah. Selain kemacetan sepanjang jalur Kendal menuju Semarang, wilayah Semarang Utara sering terkena banjir rob. Warga Kendal perlu benar-benar ekstra sabar dan energi. Apalagi di momen Ramadan seperti saat ini, Jalur Pantura saat arus mudik lebaran biasanya akan padat. Sehingga moda transportasi sering menjadi pilihan untuk kembali ke kampung halaman.
Di atas hal-hal yang mungkin akan terjadi kalau Stasiun Weleri Kendal lenyap. Selain membatasi Kendal semakin berkembang lebih pesat, warga bakal sangat repot apabila hendak ke luar kota. Dengan kata lain, fasilitas umum ini sangat dibutuhkan, semoga peningkatan fasilitas terus dilakukan.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Stasiun Weleri, Satu-satunya Fasilitas Publik yang Bisa Dibanggakan dari Kabupaten Kendal
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
