Anak Ketinggalan di GoCar: Kok Bisa Sih?

gocar

gocar

Berbicara masalah ketinggalan suatu barang di angkutan umum, tentu bukan sebuah cerita asing bagi kita semua. Sebagai manusia biasa yang memiliki sifat lupa ataupun kurang teliti bin teledor, mungkin kita sering mengalami kejadian ini baik di kereta, bus, atau pun angkot. Alasannya pun beraneka ragam. Ada yang karena ketiduran sehingga saat bangun, langsung pergi begitu saja tanpa mengecek barang yang dibawa atau ada juga yang asyik bermain handphone ataupun mengobrol dengan teman sampingnya, sehingga saat sampai di tempat tujuan, dia tidak sempat mengecek barang bawaannya.

Cerita tentang barang yang suka tertinggal ini juga sering terjadi di GoCar. Saya sudah beberapa kali  mendengar cerita sopir GoCar yang sering mendapat telepon keluhan dari penumpangnya perihal ketinggalan barang di mobilnya. Ada yang ketinggalan dompet, tas, hingga handphone di kursi penumpang belakang. Si sopir mengaku tak tahu menahu tentang barang tersebut, karena setelah menurunkan penumpang, dia fokus mencari penumpang lain sehingga tidak memperhatikan kursi belakang. Bisa jadi yang mengambil barang si penumpang pertama ini mungkin penumpang selanjutnya.

Meski rasanya nyesek saat kehilangan barang kayak gitu, namun bisa dibilang hal itu masih bisa dimaklumi, toh nanti kalau ada rezeki bisa beli lagi. Tapi apa jadinya kalau yang ketinggalan di mobil GoCar itu seorang anak kecil? Ini sungguh benar-benar terjadi loh dan tak ada rekayasa sama sekali dengan kejadian ini. Maksudnya si orangtua anak ini, memang tak ada niat buat meninggalkan si anak di mobil GoCar tersebut. Ini memang murni kelalaian orangtua sehingga anaknya ketinggalan di GoCar.

Kejadian ini dialami oleh tetangga saya sendiri. Sebut saja nama orangtuanya itu  Mbak Mawar (38 tahun) dan Mas Elang (50 tahun). Keduanya berniat pulang ke rumah orangtua Mbak Mawar, karena ibu Mbak mawar ini meninggal dunia. Berhubung mereka buru-buru dan punya dua anak, jadi nggak mungkin mereka naik bus ataupun naik sepeda motor, karena jarak rumah mereka dengan rumah orangtua Mbak Mawar itu lumayan jauh. Akhirnya teman Mas Elang ini menawarkan diri untuk memesankan Go-Car lewat Handphonenya, karena Mbak Mawar ataupun Mas Elang kurang paham dengan aplikasi ini.

Menurut cerita Mbak Mawar dan Mas Elang, posisi duduk mereka itu, Mas Elang di kursi penumpang depan dekat pak sopir, sedangkan Mbak Mawar duduk di kursi tengah bersama dua anaknya. Mbak Mawar duduk dekat jendela, lalu anak perempuannya (14 tahun) di tengah, dan dipojokan ada si bungsu cowok umur 4 tahun.

Sepanjang perjalanan Mbak Mawar merasa sedih dan terus-terusan menangis, Mas Elang sendiri tengah sibuk mengobrol dengan sopir, anak perempuannya diam saja, dan si bungsu tidur begitu pulas Karena Ac mobilnya begitu dingin.

Sesampainya di rumah orangtuanya, Mbak Mawar turun sambil menggandeng anaknya yang besar, mungkin ia mencari sandaran kali yah. Secara, mendengar kabar orangtua meninggal itu kan sungguh perkara yang menyedihkan dan bikin tubuh rasanya lemas semuakan ya. Sehingga si bungsu yang tidur itu dipasrahkan pada bapaknya agar digendong. Si bapak yang jalan belakangan, karena membayar ongkos Gocar tersebut nggak ngeh kalau anaknya masih ada di mobil. Si bapak  mikirnya pasti sudah sama ibunya.

Selama hampir dua jam semua baik-baik saja dan baik Mbak Mawar ataupun Mas Elang belum sadar akan anaknya, hingga ada seorang tetangga yang nyeletuk ke Mbak Mawar.

“Kok kamu cuma ngajak anakmu yang besar to. Yang kecil kok nggak diajak?”

“Diajak kok. Tadi ada.”

“Kok nggak kelihatan dari kamu ke sini tadi.”

Gara-gara ke-kepo-an tetangga itulah, makanya hebohlah semua orang. Setelah mencari ke mana-mana dan tak menemukan si anak. Barulah mereka sadar bahwa si anak itu tertinggal di mobil. Mbak Mawar yang tadinya menangis karena ditinggal mati ibunya, kini semakin menangis meraung-raung karena anaknya ketinggalan di  GoCar. Tak hanya mereka berdua, semua warga desa yang tadinya datang takziah, ikut-ikutan berkumpul dan menenangkan keduanya yang beradu mulut saling menyalahkan.

Bagaimana pun juga, kalau jadi Mbak Mawar tentu pikirannya sudah membayangkan yang tidak-tidak. Secara mereka berdua tak memilki nomor telepon si sopir dan apesnya lagi nomor telepon milik teman Mas Elang yang tadi memesankan GoCar, juga tak bisa dihubungi. Paniklah semua orang di tempat lelayu tersebut.

Satu jam kemudian si sopir itu kembali datang ke rumah orangtua Mbak Mawar. Awalnya si sopir ini tak tahu menahu, kalau ada anak kecil yang tidur di jok belakang. Dia sudah mengemudi cukup jauh, lalu ketika ia akan menaikan penumpang, si penumpang ini kaget saat melihat ada anak kecil yang tertidur pulas di kursi belakang. Si sopir pun juga kaget. Lalu si sopir ini ingat, bahwa anak itu merupakan anak dari penumpang sebelumnya. Sang sopir minta maaf ke penumpang tersebut karena tidak bisa mengantarkan mereka dan berniat untuk mengembalikan si anak pada orangtuanya.

Begitulah akhirnya, si anak kembali lagi kedekapan Mbak Mawar dan Mas Elang dengan selamat. Anehnya lagi, selama tiga jam tersebut, si anak ini tidak bangun. Sehingga si anak ini nggak sadar kalau dia sudah hilang dan membuat panik orang satu kampung. Baik Mbak Mawar ataupun Mas Elang sangat berterima kasih pada sang sopir baik hati tersebut.

Semoga kisah Mbak Mawar dan Mas Elang ini bisa menjadi pelajaran bagi para orangtua di luar sana untuk senantiasa menjaga buah hatinya saat  berada di kendaraan umum. Beruntung kali ini Mbak Mawar bertemu dengan sopir yang baik dan tidak punya niat buruk terhadap anaknya. Tetap teliti dan waspada dengan anak, barang bawaan, serta hati,  jangan sampai ketinggalan di angkutan umum ya. Bisa berabe soalnya! (*)

BACA JUGA Diet Plastik Memang Baik, Tapi Godaan Promo GoFood dan GrabFood Susah Dilawan! atau tulisan Reni Soengkunie lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version