Belajar dari Alun-Alun Wonosobo
Ketika PKL berbondong-bondong berjualan di alun-alun kota, maka pasti akan terlihat sangat ramai. Namun, kebersihan kemudian menjadi masalah tersendiri. Belum lagi masalah jatah lahan yang terkadang harus berebut untuk mendapatkan kesempatan berjualan. Ini kerap digunakan oleh sebagian oknum untuk mendapatkan uang lebih dari pungutan liar.
Masalah kemudian merembet dan membesar. Parkir liar tumbuh secara subur tanpa ada komando dari pemerintah. Kemacetan jalan kemudian terjadi dan dianggap lumrah.
Sederet masalah tersebut kemudian tidak dapat diatasi oleh pemerintah daerah saja. Penggunaan lahan di ruang hijau untuk perdagangan saja sudah menyalahi kodrat dari ruang hijau itu sendiri. Saya rasa, Alun-Alun Wonosobo berhasil melewati tantangan ini.
Tentu ketika prosedur diawal saja bermasalah, pemerintah tidak akan berani mengambil sikap selanjutnya. Apalagi aktivitas itu jelas ilegal dan mengandalkan sisi kemanusiaan dari satu perspektif semata.
Jalin komunikasi, bukan kepentingan
Alun-Alun Wonosobo dapat dikatakan lebih baik dalam problem penempatan PKL dibandingkan kota lainnya. Proses komunikasi yang lebih intens antara para pedagang dan pemerintah dilakukan secara terus-menerus.
Akhirnya, Pemerintah Wonosobo menyediakan tempat yang lebih layak bagi para PKL. Dan, pemerintah juga melakukan promosi lewat media sosial pemerintah untuk mempopulerkan tempat tersebut sebagai tempat wisata kuliner andalan daerah.
Seandainya masing-masing pihak hanya sekadar mendorong kepentingan pribadi maka niscaya tidak akan ada solusi yang ditemukan. Masalah ini bukan masalah pemerintah saja, tapi juga problem sosial yang pelakunya adalah warga daerah itu sendiri.
Seandainya Pemerintah Wonosobo menggusur para pedagang tanpa solusi, maka yang terjadi adalah aksi kekecewaan. Padahal, sejak awal, alun-Alun itu bukan tempat yang diperuntukkan bagi PKL. Kalau pemerintah saja tidak taat dengan peraturan yang dibuat maka bagaimana dengan warganya?
Sekarang, di Alun-Alun Wonosobo, para pelaku PKL yang tadinya berjualan di alun-alun kota mulai terbiasa dengan tempat yang baru. Selain lebih sejuk, juga ternyata lebih dekat dengan sekolah dan aktivitas keagamaan.
Alih-alih akan mendapatkan perlawanan yang sengit dari para PKL, pemerintah setempat justru mendapatkan apresiasi. Mereka dianggap mampu memindahkan PKL ke tempat yang lebih layak bahkan melakukan promosi via media sosial pemerintah.
Proses komunikasi menjadi penting. Hanya dengan komunikasi yang baik, potensi konflik dapat diredam sekaligus solusi yang lebih baik dapat ditemukan.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Alun-Alun Wonosobo Dianggap Sepi, Bukti Pendatang Gagal Paham dengan Kehidupan Warga Setempat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.