Kalau kalian ke Solo dan bingung mau nongkrong di mana yang gratis tapi tetep keliatan keren di Instagram, jawabannya cuma satu, yaitu alun-alun. Tapi tunggu dulu, Solo punya dua alun-alun yang ngapit Keraton Kasunanan Surakarta. Ada Alun-alun Kidul (Selatan) dan Alun-alun Lor (Utara). Meski sama-sama lapang dan sama-sama punya dua pohon beringin kembar, keduanya ternyata beda banget dari suasana sampai filosofi.
Nah, biar nggak salah pilih destinasi nongkrong, yuk kita bedah perbedaannya. Biar nanti pas ditanya, “Kemarin ke alun-alun yang mana?”, kalian bisa jawab sambil angkat dagu, “Oh, saya ke Alkid. Lebih happening.” Atau, “Saya ke Alun-alun Lor. Lebih tenang, lebih sacred.” Pokoknya kedengeran tahu diri lah.
Lokasi dan aksesibilitas: yang satu ramai, yang satu kalem
Alun-alun Kidul terletak di sebelah selatan Keraton Surakarta, tepatnya di Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon. Gerbang masuknya yang ikonik namanya Gapura Gading, dibangun tahun 1932 dan baru resmi dibuka 1938. Arsitekturnya unik banget, ada perpaduan art deco dengan sentuhan Jawa klasik. Ada mahkota di puncak lengkungannya, gardu dengan gaya Romawi di kiri-kanan, dan arca bergaya Hindu-Buddha. Instagramable level maksimal!
Sementara Alun-alun Lor berada di sebelah utara Keraton, di Kelurahan Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon. Ini bagian paling depan dari kawasan keraton. Gerbangnya namanya Gapura Gladag, dibangun lebih dulu tahun 1913. Gerbang ini jadi persembahan khusus dari komunitas Eropa untuk Pakubuwono X. Keren sih, tapi nggak seheboh Gapura Gading.
Alun-alun Kidul tampak lebih tertutup karena dikelilingi pemukiman dan jalan utamanya tidak selebar Alun-alun Lor. Makanya suasananya lebih intim, lebih rame, lebih happening. Sedangkan Alun-alun Lor dikelilingi langsung oleh jalan utama yang menghubungkan pusat perekonomian dan pemerintahan Kota Surakarta dari berbagai arah. Jadi lebih terbuka, lebih formal, dan lebih serius gitu vibesnya.
Fasilitas Alkid Juara, Alun-alun Lor Seadanya
Kalau bicara fasilitas, Alun-alun Kidul baru aja dibuka lagi setelah revitalisasi hampir setahun pada Maret 2025. Wajah barunya kece banget! Ada shelter pedagang kuliner permanen di sisi barat kawasan, pedagang kaki lima di sisi timur yang berjualan dari sore hingga malam dengan tenda tidak permanen, toilet, kursi di area pedestrian, dan jogging track. Lengkap pokoknya!
Kandang Kebo Bule di bagian selatan Alkid juga diperluas dan dilengkapi fasilitas tambahan seperti kolam berendam. Jadi kebo-kebo itu sekarang hidupnya lebih mewah dari kita. Ironisnya, mereka nggak bayar sewa.
Sedangkan di Alun-alun Lor, kalian memang tidak akan menjumpai fasilitas serupa dengan Alkid. Namun akan menemukan fasilitas umum dari berbagai spot di sekitarnya, seperti masjid, pasar, dan pusat kuliner yang tidak kalah ramai. Jadi ya… fasilitasnya ada, tapi terpisah-pisah gitu. Nggak se-convenient Alkid.
Aktivitas Alkid Serba Ada, Alun-alun Lor Lebih Khusyuk
Alun-alun Kidul menawarkan lebih banyak aktivitas seru untuk masyarakat umum. Di sini kalian bisa ngapain aja, seperti jogging pagi, main sepeda, jajan kuliner malam-malam, kasih makan kebo bule dengan kangkung seharga Rp3.000, naik andong keliling kompleks keraton, atau ikutan tradisi masangin jalan kaki melewati dua pohon beringin kembar dengan mata ditutup. Katanya kalau berhasil, permintaan kamu bakal dikabulkan. Percaya nggak percaya sih terserah, yang penting kontennya dapat.
Alun-alun Kidul juga sering mengadakan acara pasar rakyat dengan wahana permainan pasar malam seperti bianglala, kora-kora, komidi putar. Tapi ini nggak setiap hari ya, cuma pas ada event khusus kayak pasar rakyat UMKM Solo Raya yang biasanya berlangsung sebulan. Waktu itu kamu bisa puas-puasin main wahana dari yang biasa sampai yang ekstrem.
Yang paling hits, wisata kulinernya. Bisa dibilang kawasan ini merupakan pusat kuliner di Kota Solo dengan deretan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan di sepanjang pinggir jalan. Harganya juga terjangkau banget, nggak bakal nguras dompet mahasiswa yang lagi bokek.
Sementara Alun-alun Lor lebih kalem. Secara umum fungsi Alun-alun Kidul maupun Utara sama yakni sebagai pusat kegiatan masyarakat, tapi lebih spesifik lagi, jenis kegiatannya berbeda, terutama jika sudah menyangkut acara yang digelar oleh keluarga keraton. Alun-alun Lor lebih sering dipakai untuk upacara resmi keraton, ritual keagamaan, atau acara kenegaraan. Jadi ya… lebih sakral, lebih formal, nggak bisa sembarangan buat nongkrong sambil makan gorengan.
Filosofi dan Sejarah: Ada Cerita di Balik Lapangan
Kedua alun-alun ini dibangun bersamaan waktu Pakubuwana II memindahkan Keraton Mataram Islam dari Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745. Tapi fungsinya beda sejak awal.
Di zaman dulu, Alun-alun Lor merupakan kawasan paling depan dari wilayah utara Keraton Solo dengan beberapa bangunan penting. Ada pakapalan di sebelah barat untuk menambatkan kuda para abdi dalem, bangsal patalon di tenggara sebagai tempat gamelan yang mengiringi latihan prajurit keraton. Sebelah barat ada Masjid Agung yang dijadikan pusat agama Islam. Jadi ya, Alun-alun Lor itu lebih ke arah pemerintahan, militer, dan keagamaan.
Sedangkan Alun-alun Kidul lebih bersifat internal bagi lingkungan keraton. Di masa lalu, alun-alun ini digunakan sebagai tempat untuk latihan perang. Setelah Indonesia merdeka, alun-alun ini semakin terbuka untuk masyarakat umum dan sekarang jadi tempat nongkrong favorit warga Solo Raya.
Yang bikin keduanya sama-sama mistis yaitu ada dua pohon beringin kembar yang dipindahkan dari Kartasura dan ditanam saat perpindahan keraton. Pohon-pohon ini punya nama khusus, seperti Kiai Dewandaru di sisi barat yang bermakna “cahaya kedewaan”, dan Kiai Jayandaru di sisi timur yang berarti “cahaya kemenangan”. Masyarakat menyebutnya ringin sangkeran atau ringin kurung karena dikelilingi pagar besi.
Kebo Bule: Si Bintang yang Cuma Ada di Alkid
Salah satu daya tarik utama Alun-alun Kidul adalah keberadaan kebo bule, hewan keramat milik Keraton Surakarta. Di sisi utara alun-alun tersedia kandang kebo bule yang juga dilengkapi kolam berendam. Kebo-kebo ini keturunan Kiai Slamet yang biasa ikut kirab pusaka saat acara Grebeg Satu Suro.
Masyarakat percaya bahwa kerbau bule merupakan jelmaan orang suci dan bahkan kotorannya dianggap bisa membawa keberkahan dalam hidup. Makanya setiap 1 Suro, kerbau ini dimandikan pakai air khusus terus diarak keliling keraton. Kebayang nggak sih, kerbau saja lebih terkenal dari kita?
Di Alun-alun Lor? Nggak ada kebo bule. Kosong. Nggak ada yang bisa dikasih makan kangkung. Sad banget nggak sih?
Jam buka dan harga tiket: gratis semua, tapi…
Kabar baiknya, Alun-alun Kidul bisa dikunjungi siapa pun secara gratis. Pihak pengelola tidak membebankan tiket masuk kepada para pengunjung. Kawasan ini selalu buka setiap hari dan tidak pernah tutup. Jadi kalau kalian lagi bokek tapi tetep pengen jalan-jalan, ini solusinya.
Alun-alun Lor juga gratis dan buka setiap hari. Cuma ya itu, lebih sepi aktivitasnya. Kecuali pas ada acara keraton, baru ramai. Tapi tetap nggak seramai Alkid yang tiap malam ramai kayak pasar malam.
Jadi kesimpulannya? Kalau mau nongkrong santai, jajan kuliner, kasih makan kebo, main wahana, dan dapet konten Instagram yang happening, ya ke Alun-alun Kidul. Kalau mau yang lebih tenang, lebih sakral, lebih khusyuk buat kontemplasi atau sekadar lewat sambil liat-liat Keraton dari jauh, ke Alun-alun Lor aja.
Yang penting kan, udah pernah ke Solo. Mau ke alun-alun yang mana, tetep bisa pamer di story. Tinggal pilih caption yang cocok aja, “Menikmati sejarah di tengah modernitas ” atau “Finding peace in sacred places “. Bebas!
Yang penting gratisan, kan?
Penulis: Alifia Putri Nur Rochmah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 7 Destinasi Wisata di Solo yang Sebaiknya Nggak Dikunjungi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
