Alun-Alun Jember Nusantara yang Rusak (Lagi) Nggak Melulu Salah Warga, Ada Persoalan Lebih Besar di Baliknya

Alun-Alun Jember Nusantara yang Rusak (Lagi) Nggak Melulu Salah Warga, Ada Persoalan Lebih Besar di Baliknya Mojok.co

Alun-Alun Jember Nusantara yang Rusak (Lagi) Nggak Melulu Salah Warga, Ada Persoalan Lebih Besar di Baliknya (www.jemberkab.go.id)

Alun-Alun Jember Nusantara rusak untuk kesekian kalinya. Belum genap setahun dibuka, fasilitas publik yang satu ini sudah berkali-kali diperbaiki. Salah satu yang paling parah adalah kerusakan fasilitas toilet.

Banyak pihak menyalahkan warga yang gagal menjaga fasilitas publik. Tidak sedikit yang kemudian berkomentar “SDM rendah” atau ungkapan lain yang memojokkan warlok Jember. Saya bisa memahami amarah itu, tapi menurut saya, persoalannya tidak melulu karena warlok.

Alun-Alun Jember Nusantara yang rusak lagi dan lagi itu semacam puncak gunung es. Ada permasalahan lebih besar di baliknya: minimnya ruang publik terjangkau dan layak di Jember. 

Aktivitas warga terkonsentrasi di satu titik

Minimnya kesadaran segelintir warga menjaga fasilitas publik memang jadi salah satu faktor. Namun, pernahkah kalian bertanya-tanya, kenapa warga begitu sulit menghargai fasilitas publik? Apakah benar karena SDM rendah? Kalau memang iya, siapa yang membiarkan kualitas SDM bisa serendah itu? Atau, mungkinkah warga tidak bisa menjaga tangan usilnya karena selama ini tidak terbiasa memiliki fasilitas publik yang layak? Mungkinkah mereka “gagap” ketika mendapati ada sebuah fasilitas berkualitas yang bisa dinikmati bersama. 

Asal tahu saja, Alun-Alun Jember Nusantar iyu bak magnet bagi warga lokal.  Mereka datang untuk mengais rezeki dengan jualan kaki lima, ada juga datang untuk berkomunitas, atau sekadar melepas penat. Animo masyarakat mengunjungi alun-alun semakin besar setelah tempat ini jadi bagus setelah renovasi. 

Belum lagi kalau ada acara yang digelar pemerintah di tempat ini. Pengunjung yang datang semakin membludak. Sekarang, anggap saja Alun-Alun Jember seharusnya menampung maksimal 3.000 orang, tetapi biasa dipakai 10.000 orang dalam event tertentu, maka beban melebihi kapasitas desain. Jadi tidak usah heran jika kursi, granit, ring basket, bahkan toilet cepat rusak. 

Dengan kata lain, konsentrasi aktivitas warga Jember hanya di satu titik.  Mungkin kalian akan bertanya-tanya, “Kenapa tidak menggelar acara di tempat lain?” atau “Kenapa orang-orang nggak melepas penat di tempat lain?” Saya beri tahu ya, kenyataannya, tidak ada ruang publik yang cukup representatif di Jember untuk itu semua. 

Ada ruang publik lain, tapi tidak semenarik Alun-Alun Jember Nusantara

Di tingkat kecamatan memang ada alun-alun seperti di Balung, Rambipuji, Tanggul, hingga Ambulu. Tempat-tempat itu memang jadi pusat kegiatan warlok kecil-kecilan. Misal, pasar malam, hajatan, desa, hingga olahraga. Titik-titik lain seperti Universitas Jember (UNEJ) dan Perumahan The Argopuro  juga jadi tempat warlok berkegiatan, biasanya olahraga lari. 

Akan tetapi, harus diakui, titik-titik aktivitas warga itu tidak ada yang semenarik dan selengkap Alun-Alun Jember. Itu mengapa, untuk acara-acara skala untuk kabupaten, provinsi, bahkan nasional tetap terpusat di kota.

Bahkan, GOR PKPSO, Stadion Notohadinegoro, sampai Jember Sport Garden (JSG) yang megahnya minta ampun itu juga kurang dilirik oleh warga. Warga melihatnya sekadar fasilitas olahraga, tidak untuk mencari rezeki, healing, berkomunitas, atau berkegiatan lain. 

Intinya warga merasa kurang cocoklah melakukan aktivitas-aktivitas yang bisa digelar di Alun-Alun Jember Nusantara di titik-titik di atas. 

Titik potensial

Jember Sport Garden (JSG) sebenarnya sangat potensial jadi opsi memecah konsentrasi tinggi di Alun-Alun Jember Nusantara. Meskipun, letaknya memang agak ke pinggir. Namun, apabila digarap dengan serius, JSG bisa menjawab tantangan ini. Tarik saja banyak PKL ke sana, tata dengan baik, kemudian sediakan berbagai fasilitas tak hanya yang berkaitan dengan olahraga. Pemkab Jember juga sudah berencana menjadikan JSG sebagai tempat wisata! 

Atau, kalau mau nekat, bangun ruang publik baru yang representatif layaknya Alun-alun Jember Nusantara. Bisa berupa taman atau pusat wahana permainan. Tapi, kan membangun baru berarti mengundang kemarahan rakyat. Pasti banyak cibiran. Kondisi Jember sekarang lagi butuh banyak uang untuk hal lain, salah satunya renovasi sekolah-sekolah rusak.

Penulis: Hilmi Baskoro
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Jembatan Brawijaya Kediri Terlihat Murahan untuk Proyek Bernilai Rp3,3 Miliar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version