Alasan Penting Tetap Menyimpan Foto Mantan Walau Udah Nggak Pacaran

Alasan Penting Tetap Menyimpan Foto Mantan Walau Sudah Nggak Pacaran Terminal Mojok

Salah satu di antara kalian tentu pernah berpacaran, kan? Tindakan menjalani hidup dengan lawan jenis melalui sebuah komitmen yang dijalani atas kesepakatan bersama dalam sebuah ikatan asmara semacam ini memang selalu menjadi bumbu dalam kehidupan anak cucu Nabi Adam dan Siti Hawa. Sebagian besar manusia pra-nikah mendahului perkenalan atas orientasi mereka melalui “pacaran”, sebagian kecilnya mungkin lewat jalur perjodohan, atau bisa juga lewat taaruf, atau saling mengenal satu sama lain secara syar’i. Namun, gimana kalau komitmen yang telah direncanakan oleh kedua belah pihak pasangan itu kandas dan berubah jadi mantan? Padahal sudah sangat sering jalan barengan, ngobrolin soal hubungan ke depan, menghitung jumlah keturunan yang akan dihasilkan, bertukar martabak manis dengan orang tua masing-masing, menjelajahi rasa kudapan dari restoran ke restoran, pun yang paling nggak bisa dihindari oleh seseorang yang sedang berpacaran adalah seringnya mengambil foto bersama!

Lantas, hanya karena hubungan merenggang, retak, lalu patah, foto-foto yang niatnya ingin kalian simpan sampai hari tua itu akan dibuang atau dihapus begitu saja? Sebelum gegabah dengan pilihan ini dan terlalu terburu-buru melakukan hal itu, berikut akan saya paparkan beberapa alasan mengapa kalian wajib menyimpan foto berdua dengan mantan—kalau perlu kultuskan dan mandikan dengan air kembang setiap malam Jumat Kliwon tiba~

#1 Mengambil sebuah foto bersama mantan juga perlu banyak modal

Pernah nggak berpikir kalau foto-foto bareng mantan didapat dengan cara yang nggak mudah dan sembarangan? Kalian harus ingat jika sebuah swafoto bersama mantan nggak dipotret sembarang jepret! Misalnya, foto tersebut ber-setting di sebuah mal ternama, tempat rekreasi, atau bahkan restoran terkemuka. Sebelum melakukan kencan, tentu kalian janjian terlebih dulu untuk bertemu, menyiapkan uang saki, mental, dan menyisihkan waktu—sewaktu kalian telah sampai di tempat yang diinginkan, menghabiskan sisa hari dengan berduaan, di waktu yang tepat salah satu di antara kalian tiba-tiba saja berceletuk, “Tempatnya cantik nih, foto dulu, yuk?” Selepas itu kalian berdua mulai narsis di depan kamera.

Coba deh pikir ulang, saat kalian mengambil gambar tersebut tentu dibarengi momen yang tepat, yang tentu saja memerlukan banyak modal. Nggak mungkin kan kalian foto gitu saja tanpa memerhatikan latar suasana? Nggak aesthetic dong kalau dipajang di feed Instagram.

Makanya, sebuah foto dengan mantan juga butuh modal, hitung saja kalau nggak percaya. Misalnya, sebuah foto kalian berdua di pinggir sebuah pantai—mula-mula hitung berapa liter bensin yang kalian habiskan untuk pergi ke sana, kemudian perkirakan berapa besar energi yang terbuang dari sarapan demi menyuplai langkah kaki kalian berdua hingga mampu sampai ke sana, setelah itu hitung durasi sewaktu kalian bermanja-manja sambil berswafoto ria—kalau dihitung-hitung lagi dan diuangkan, mending modalnya dipakai buat membuka usaha es kelapa muda di pinggir pantai tersebut daripada jalan bersama seorang kekasih yang bakal jadi “mantan”. Dan kalau kalian buang foto-foto itu sekadar merasa tersakiti, maka bagi saya, kalian termasuk orang-orang yang merugi, rugi besar malah!

#2 Menghilangkan stigma simpan foto mantan pertanda masih sayang

Hal ini harus diubah dari mindset beberapa kaum yang menyatakan jika menyimpan foto mantan = masih sayang. Hal ini jelas benar-benar keliru dan nggak bisa dipertanggungjawabkan, sehingga beberapa orang ragu untuk tetap menyimpan foto mantan hanya karena alasan ini terus saja dihidupkan. Gimana bisa kalau memang betul masih sayang kerjaannya hanyalah menyimpan foto orang?

Menurut pendapat beberapa orang yang sedang kasmaran, ada ungkapan: Kalau masih sayang, kejar! Jadi, kalau ada orang stuck doang nggak ngapa-ngapain buat mendapatkan kembali hati sang mantan pujaan, orang itu nggak bisa disebut masih sayang hanya karena menyimpan potret wajah sang mantan—bisa saja kan blio menyimpan wajah mantan cuma buat mengamalkan alasan pertama pada artikel ini? Dan tentu, bukan karena masih sayang.

#3 Jangan takut dengan pasangan kalian yang baru jika ketahuan masih menyimpan foto mantan

Alasan religius kalian untuk melakukan tindakan nomor 3 ini ialah “Takutlah hanya kepada Tuhan.” Selain itu jika tiba-tiba rahasia kalian terbongkar sewaktu pacar menggeledah isi galeri handphone dan mendapati foto mantan masih ada di sana, jangan menunjukkan wajah panik. Sebelum itu, dengan mengambil pilihan untuk tetap menyimpan foto mantan, kalian juga harus menerima konsekuensi yang menyertainya.

Kalau pacar kalian tiba-tiba marah, ngambek, dan nggak bisa menerima semua keadaan ini, jelaskan saja jika semua foto yang kalian simpan itu sebenarnya biasa-biasa saja, dan yang membuatnya berbeda adalah persepsi kita terhadapnya. Atau kalau kalian coba ingin sedikit berbohong, bilang saja jika foto itu adalah gambar saudaramu yang sekarang sudah sulit untuk diajak bertemu (tapi memang benar kan saudara? Se-Adam, seiman, ataupun setanah air, kecuali kalau kalian punya mantan beda alam—itu lain cerita lagi), atau kalau memang punya nyali, bilang saja sejujurnya dengan menyertakan argumen nomor 2 pada artikel ini sedetail-detailnya, saya rasa pasangan kalian akan memberi sedikit pengertian, terlebih jika kalian sertakan rayuan gombal yang kalian olah dari nukilan sampul buku Dilan bagian 2: “Kalau aku putus darinya karena memang berpisah, kalau kamu dan aku nanti akan putus dengan alasan menikah.” Pasti pasangan kalian akan tersenyum manggut-manggut, dan mulai melupakan kejadian pada hari itu.

Akan tetapi memang dalam suatu kondisi ekstrem, jangan tampil terlalu berani mengenai sebuah objek yang sedikit sentimen ini. Saran saya, lebih baik rahasiakan foto-foto tersebut seperti sebuah dokumen negara yang dijaga ketat keamanannya, daripada kalian harus menanggung akibat dengan bertambahnya populasi wajah mantan dalam layar genggam.

#4 Percaya pada suatu realitas takdir yang kadang absurd dan di luar dugaan awal

Pernah kepikiran bakal ketemu lagi suatu hari nanti di suatu tempat dengan mantan pacar kalian terdahulu dan mulai menjalani hubungan baru nggak? Pertanyaan ini memang agak dramatis sih, tapi “Apa sih yang nggak mungkin?”

Segala sesuatu yang sedang berjalan di muka bumi ini sangat memungkinkan untuk terjadi, dan percayalah jika mengenai takdir pada hari esok tidak ada satu pun manusia yang dapat meramalkannya. Pun halnya mengenai jodoh, siapa tahu kita masih punya ikatan batin yang kuat dengan pasangan terdahulu, yang bahkan telah lama tidak berkontak sosial dengan diri kita itu yang akan bersumpah sehidup dan semati—siapa tahu saja, kan?

Jadi, untuk berjaga-jaga dan “sedia payung sebelum hujan”, ada baiknya tetap menyimpan foto-foto mantan untuk menanggulangi masalah yang sedemikian, kalau kelak kalian kembali balikan, lalu timbul pertanyaan, “Kau ke manakan foto-foto lama kita yang dulu-dulu itu?” Lalu, kalau kalian nggak bisa memberikan salinan gambarnya, tentu hal ini lebih membahayakan, kan?

Segi baik maupun buruknya memang selalu saja ada, dan hak setiap orang mengenai menyimpan atau tidaknya foto-foto dengan mantan. Hemat saya, foto-foto dengan mantan tersebut bisa digunakan sebagai medium untuk intropeksi diri atas semua yang telah terjadi.

Coba pejamkan mata, tarik napas dalam-dalam, dan renungi semuanya—suatu tindakan yang benar, atau salah kah dengan tetap menyimpan foto mantan? Nggak perlu menjadikan ihwal ini bahan perdebatan, yang jelas hal ini memerlukan kebijaksanaan seorang pembaca saja untuk mengambil sisi positif mengenai apa yang telah saya tuliskan di atas. Dan juga bayangkan jika kita nggak sedang benar-benar membicarakan masa lalu ataupun “mantan”, namun sedang berkelakar dalam sebuah meja angkringan, melahap nasi kucing dengan lauk tempe mendoan dan juga sate usus, sambil bertanya-tanya, “Serius juga, ya?”

BACA JUGA Tutorial Balikan dengan Mantan buat Kalian yang Gagal Move On.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version