Daftar Isi
Pemandian air panas Guci ramai, terutama saat akhir pekan dan liburan tiba
Guci nggak pernah sepi pengunjung. Mungkin hanya saat pandemi kemarin tempat wisata ini sepi. Di luar itu, pengunjung selalu datang, terutama saat akhir pekan dan musim liburan tiba. Guci seolah menjelma menjadi lautan manusia di saat-saat seperti itu.
Pengunjung berjubelan di jalan, di pemandian, di toko oleh-oleh, dan di spot-spot tempat duduk dan foto. Coba bayangkan, kolam pemandian air panas saja sampai pada titik di mana orang nggak bisa merentangkan kedua tangan. Orang-orang mandi berhimpitan di sini.
Selain itu saat akhir pekan dan liburan, jalan menuju Guci Tegal sangat macet. Hal ini karena jalan menuju ke sana terlampau sempit padahal pengunjung membludak. Di musim liburan, kemacetan bisa mengular hampir 4 kilometer. Ditambah lagi lahan parkir yang disediakan kurang luas. Banyak bus besar yang masuk tanpa memperhatikan ketersediaan lahan parkir. Ingat kasus bus masuk jurang di Guci? Salah satu penyebab tak langsung adalah pengelolaan parkir yang buruk di sini.
Sampah di mana-mana
Saya mengamati ketersediaan tempat sampah di pemandian air panas Guci Tegal cukup minim. Hal ini ditandai dengan banyak ditemukannya sampah di pinggiran sungai sekitar pemandian air panas. Banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan di sungai. Sampah-sampah ini juga acap kali ditemui di sekitar pipa-pipa saluran air warga.
Selain itu, tempat pemandian yang seharusnya digunakan untuk umum, masih banyak kita jumpai orang-orang yang menggunakan sabun dan sampo di kolam. Busanya sangat mengganggu pengunjung lain. Terlebih, bungkusnya juga sering kali dijumpai mengambang di permukaan kolam. Pengelola perlu menertibkan aturan bagi pengunjung yang berendam di dalam kolam.
Fasilitas minim di pemandian air panas Guci Tegal
Di Pancuran 13, untuk tiket seharga Rp20 ribu hanya ada pancuran dan main di kali. Untuk tempat wisata yang banyak didatangi pengunjung, tempat istirahat yang disediakan pengelola pemandian air panas sangatlah minim. Saking minimnya, orang-orang perlu menyewa tikar sebagai tempat menaruh barang-barang bawaan. Loker sangat terbatas. Kalau hujan malah nggak ada tempat berlindung sama sekali.
Itulah beberapa hal yang membuat saya enggan berwisata ke pemandian air panas Guci Tegal. Saya rasa kebanyakan orang Tegal juga akan sepakat dan memilih berwisata ke tempat lain. Berendam di air panas di bawah kaki Gunung Slamet memang menyenangkan, tapi pengelolaan yang buruk membuat kebanyakan orang berpikir dua kali untuk berkunjung ke Guci lagi dan lagi.
Penulis: Abdul Manan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jangan Lakukan 5 Hal Ini Saat Pergi ke Pemandaian Air Panas Guci Kabupaten Tegal.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.