Alasan Orang Bondowoso seperti Saya Malas Berwisata ke Kawah Ijen

Alasan Orang Bondowoso seperti Saya Malas Berwisata ke Kawah Ijen Mojok.co

Alasan Orang Bondowoso seperti Saya Malas Berwisata ke Kawah Ijen (unsplash.com)

Kawah Ijen masih menjadi destinasi wisata favorit di Bondowoso, Jawa Timur. Tidak hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan asing juga berbondong-bondong ke sana demi menyaksikan blue fire. Sebab, katanya, hanya ada dua di dunia yakni di Kawah Ijen dan di Gunung Es Hekla Islandia.

Sebagai orang Bondowoso, jelas saya bangga dengan kekayaan alam yang berada di kampung halaman saya. Selain itu, saking terkenalnya saya nggak perlu lagi repot-repot menjelaskan ketika menjelaskan tempat tinggal saya. Ketika mengatakan “Kecamatan Ijen” kebanyakan pastu sudah paham. Asal tahu saja, rumah saya hanya berjarak kurang lebih 12 km dari Kawah ijen. 

Walau begitu dekat dengan kawasan wisata Ijen, saya malah sangat jarang ke sana. Bahkan, ketika diajak beberapa teman yang berasal dari luar Bondowoso untuk mendaki beberapa waktu lalu, saya memilih untuk membantu mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan mendaki saja. Ada beberapa alasan yang membuat saya sebagai orang Bondowoso, khususnya Kecamatan Ijen, malas berwisata ke sana. 

#1 Kenaikan harga tiket masuk yang nggak ramah di kantong saya

Saya tidak mau bilang kalau harga tiket masuk Kawasan Ije itu mahal. Menurut saya, Rp20.000 untuk hari-hari biasa dan Rp30.000 di hari libur itu sangat wajar. Apalagi, untuk menyaksikan fenomena alam yang hanya ada dua di dunia. 

Akan tetapi, sebagai warga lokal, mau tidak mau saya mengetahui dengan pasti harga tiket masuk kawasan wisata itu dari tahun ke tahun. Dan, menurut saya, kenaikan harganya benar-benar nggak masuk akal untuk kantong saya, apalagi selama dua tahun terakhir. Asal tahu saja, harga tiket  Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Ijen sempat mencapai Rp5.000 di hari-hari biasa dan Rp7.500 di hari-hari libur. Belum lagi, ditambah biaya parkir kendaraan dan tempat berkemah. Kenaikan harga itu membuat saya agak malas untuk berlibur ke sana.

Baca halaman selanjutnya: Harga makanan bisa naik berkali-kali lipat…

#2 Harga makanan bisa naik berkali-kali lipat

Sudah menjadi rahasia umum kalau di tempat wisata harga makanan bisa lebih mahal daripada di tempat lain. Ini juga terjadi di Kawah Ijen. Harga air mineral ukuran besar, yang biasanya dijual Rp5.000, di Kawah Ijen bisa dijual hingga sampai dua kali lipatnya.

Inilah alasan kenapa saya sering menyarankan teman-teman yang hendak mengunjungi Kawah Ijen supaya membawa bekal sendiri. Untungnya di sekitar rumah saya ada begitu banyak toko-toko serba ada yang memang disediakan untuk para wisatawan. Masalah harga tentu saja lebih terjangkau. Sehingga, mereka bisa singgah sebentar untuk mempersiapkan perbekalan.

#3 Menyaksikan blue fire Kawah Ijen perlu usaha ekstra 

Banyak pengunjung mengira, mereka cukup mendaki sebentar sata untuk mencapai Kawah Ijen dan menyaksikan blue fire. Kenyataannya tidak demikian, selain bersusah payah mendaki, kalian perlu bangun pagi-pagi buta, pukul 02.00 WIB. Tidak hanya sampai di situ, kalian juga perlu antre panjang untuk melakukan pembayaran. Walau pembayaran bisa juga dilakukan secara online, pengunjung tetap perlu menunjukkan bukti QRIS

Bukan sekedar mendaki, medan perjalanan ke Kawah Ijen bisa sangat menantang apalagi untuk kalian yang tidak pernah berkegiatan alam. Asal tahu saja, ketika turun ke kawah pengunjung perlu ekstra hati-hati karena terjal dan banyak bebatuan. Ditambah asap belerang yang tiba-tiba menyerang bisa membuat dada sesak. Saya pernah menuruni kawah tersebut saat siang hari dan hasilnya membuat saya kapok untuk mengulanginya lagi. Nggak kebayang kan kalau turun ke kawah saat hari masih gelap?

#4 Kawah Ijen yang ramai

Hal selanjutnya yang membuat saya malas berwisata ke Kawah Ijen adalah keramaiannya yang sering nggak masuk akal. Setiap hari Kawah Ijen selalu saja dipenuhi pelancong. Baik lokal atau wisatawan mancanegara.

Bagi warga sekitar seperti saya, berwisata ke sini bukan menjadi pilihan tepat untuk melepas penat. Yang ada malah makin pusing melihat lautan manusia. Saran saya, jika kalian nggak suka keramaian, kalian biasa ke tempat-tempat wisata di sekitar Kawah Ijen yang lebih cocok buat slow living.

Di atas beberapa alasan yang membuat saya orang Bondowoso malas berwisata ke Kawah Ijen. Ini bukan berarti saya menghasut agar kalian nggak mencintai wisata lokal loh ya. Tapi, supaya kalian nggak berekspektasi ketinggian saat memilih Kawah Ijen sebagai tempat wisata, siapkan berbagai skenario kurang menyenangkan karena hal itu mungkin saja terjadi. 

Penulis: Ahmad Dani Fauzan
Editor: Kenia  Intan 

BACA JUGA 4 Hal Sepele yang Bisa Bikin Warga Kampung Durian Runtuh “Upin Ipin” Geram

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version