Korea Selatan sudah menjelma menjadi Hollywood dari Asia. Hampir semua hiburan yang ditawarkan oleh negeri ginseng itu sangat diminati sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebut saja drakor, K-Pop ataupun film-film besutan tetangga Korea Utara ini begitu disukai dan digandrungi oleh masyarakat Indonesia.
Tidak hanya dunia hiburannya saja yang begitu disukai penduduk kita, bahkan makanan yang biasa dimakan orang Korea pun sangat digemari di Indonesia. Sebut saja seperti kimchi, jjajangmyeon, ramyeon, bibimbap, dan masih banyak masakan Korea lainnya yang menjamur di Indonesia dan memiliki peminat yang sangat banyak.
Meski banyak orang Indonesia sangat menyukai masakan Korea, entah mengapa saya sama sekali tidak doyan dengan masakan dari negeri gingseng ini. Tentu ada alasan yang membuat saya tidak doyan dengan masakan dari negeri asal personel BTS ini.
#1 Rasa
Faktor inilah yang membuat saya tidak suka dengan masakan Korea. Sebagai warga asli Indonesia yang sudah terbiasa dengan masakan penuh bumbu rempah-rempah, memakan masakan Korea menjadi sangat aneh karena tidak ada rasa bumbu yang sanggup menggoyang lidah. Bahkan nasi putih saja masih ada rasa nonjok di lidah saya ketimbang masakan dari Korea.
Jika saja masakan Korea memiliki rasa yang sama dengan masakan Indonesia, yaitu kaya akan bumbu rempah-rempah, pasti rasanya akan jauh lebih enak. Sebut saja seperti sambal bawang dari ayam geprek. Walau hanya sekadar sambal bawang, kandungan rempah-rempahnya kaya. Rasa asin, pedas dan gurih bercampur menjadi satu membuat sambal menjadi terasa sangat nikmat.
Meskipun menurut lidah saya rasa dari masakan Korea itu hambar, tidak menyurutkan minat orang Indonesia untuk menikmati semua hidangan dari negeri ginseng tersebut. Hal ini membuat bisnis masakan Korea di Indonesia akan sangat menguntungkan dalam jangka waktu yang sangat lama.
#2 Kondisi saat makan
Hal selanjutnya memang agak sepele, namun menurut saya kondisi saat kita makan memengaruhi mood kita saat makan. Misalnya, saat kita makan makanan yang sangat pedas, maka kita akan merasakan sensasi pedas hingga berkeringat dan itu tentu akan terasa lebih nikmat saat makan. Sama juga seperti saat makanan itu terasa gurih atau sedikit asin. Pasti akan menimbulkan sensasi yang nikmat saat makan.
Berbeda dengan masakan Korea yang pernah saya makan yang rata rata terasa hambar. Tidak ada sensasi rasa yang heboh seperti masakan lokal yang membuat sensasi makan hidangan Korea menjadi biasa saja. Meskipun masih banyak masakan Korea yang belum saya makan, namun dengan sampel yang pernah saya makan “mungkin” sudah mewakili semuanya.
#3 Harga
Poin yang terakhir menjadi poin mengapa saya tidak terlalu berminat dengan masakan Korea. Masakan Korea rata-rata memiliki harga yang lumayan untuk kantung mahasiswa, yah walau bagi beberapa orang mungkin tidak terlalu mahak-mahal amat, sih. Pengalaman saya saat makan hidangan dari Korea saat masih kuliah, harganya berkisar Rp10 ribu hingga Rp50 ribu sekali makan.
Meski harganya mungkin tidak terlalu mahal, kalau diadu dengan makanan lokal yang memiliki harga sama, tentu makanan lokal lebih worth it menurut saya. Misalnya, dengan uang Rp10 ribu kita bisa dapat seporsi nasi goreng atau ayam geprek dengan porsi yang cukup banyak dan rasa yang tentu saja mampu menggoyang lidah lokal ini.
Kalau Rp10 ribu saja sudah bisa dapat menu makanan nikmat seperti itu, bisa dibayangkan kalau memiliki uang Rp20 ribu atau Rp50 ribu, kan? Bisa beli berapa bungkus nasi goreng, ayam geprek, atau nasi Padang dengan menu yang lengkap dan tentu saja dengan rasa yang sangat nikmat.
Meski komparasi dari segi harga dan rasa tidak imbang menurut saya, yang namanya sudah telanjur suka maka berapa pun harganya tidak jadi masalah. Asal keinginan para pencinta masakan Korea sudah berhasil terpuaskan dengan menikmati kimchi dan sebangsanya yang ada di restoran Korea.
BACA JUGA Resep Ayam Ala-ala Drakor untuk Menu Buka Puasa/Sahur: Korean Honey Butter Chicken dan tulisan Yongky Choirudin lainnya.