Baru-baru ini sudah ada dua kali hajatan di depan rumah. Bukan karena tuan hajatnya nikah dua kali atau punya banyak anak, tapi karena kebetulan di depan rumah merupakan lahan kosong yang belum dibangun, sehingga warga setempat mengalokasikan lahan tersebut sebagai tempat untuk kegiatan warga. Mulai dari nikahan, sunatan, hingga 17-an semuanya dilaksanakan di depan rumah.
Sebenarnya tidak ada yang salah dari acara yang dilaksanakan. Sama seperti hajatan pada umumnya tak lengkap rasanya jika sebuah hajatan tidak diiringi sebuah musik. Tapi, sama seperti hajatan pada umumnya pulalah, musik hajatan diputar dengan volume maksimum dengan bass yang menggetarkan jiwa raga.
Memasuki pukul setengah enam pagi suara sound system sudah mengudara di depan rumah, menyambut hari yang berbahagia bagi tuan pemilik hajat yang belum ada di tempat. Dimulai dengan suara cek sound yang khas “tes tes satu dua tes tes”, dilanjut dengan pemutaran instrumen dangdut sembari menunggu acara dimulai yang menodongku untuk tidak berleha-leha lebih lama, tidak peduli meski baru tidur satu jam setelah semalaman nugas akhir.
Sembari melakukan aktivitas di dalam rumah yang diiringi alunan musik hajatan dengan bass yang mengetuk-ngetuk kaca jendela aku jadi berpikir, kenapa hampir di setiap hajatan tuan penyelenggara hajat pasti menyetel lagu dengan volume tinggi? Apakah mereka tidak memikirkan tetangga-tetangga yang mungkin terganggu? Atau barangkali di salah satu rumah terdapat seorang lansia yang sudah tidak kuat mendengar musik bervolume tinggi.
Berdasarkan hasil prediksi, saya menyimpulkan beberapa alasan mengapa dalam sebuah hajatan identik dengan memutar musik bervolume tinggi, yaitu:
Kode membangunkan tetangga
Musik hajatan yang diputar sedari pagi mungkin tidak serta merta tanpa alasan. Bisa saja itu merupakan kode bahwa tuan hajat membutuhkan bantuan tenagamu dalam mempersiapkan acara yang akan dimulai. Tidur pagimu sengaja dibuat tidak tenang agar kamu bergegas mandi, membuka jendela, dan tukang dekor atau tukang angkat bangku yang belum siap akan menyapamu, mengajakmu mengobrol dan sedikit basa-basi tentang bangku-bangku yang belum siap. Nah, kalo gitu semoga kita peka dan lekas bantu tukangnya ya! Jangan malah kembali tidur, hahaha.
Berbagi kebahagiaan
Tidak dapat dimungkiri sebuah hajatan pastilah menjadi hari yang membahagiakan bagi tuan hajatnya, dan musik merupakan media membahagiakan orang-orang karena di zaman sekarang siapa yang tidak suka musik? Apa lagi kalau lagunya dangdut, jempol mana yang akan tinggal diam? Lagu dangdut pun dijamin tidak akan membuat kamu mellow, karena seberat apa pun masalah dan seberapa merananya lirik dangdut tersebut, akan sulit membuatmu bersedih. Sedih belum dimulai jempol sudah bergoyang. Oleh karena itu, tidak heran tuan hajat akan memutar musik hajatan dengan volume maksimal dalam rangka menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk dibahagiakan.
Menghindari penumpukan tamu
Selain ajang silaturahmi keluarga tuan hajat, tidak jarang kitapun akan bertemu teman lama, kolega, atau saudara kita. Setelah lama tidak bertemu pastilah kita ingin sedikitnya bertukar kabar. Namun apa daya, musik yang diputar dengan volume maksimal kerap kali membuat kita mengurungkan niatan kita untuk mengobrol, karena pasti tidaklah enak mengobrol dengan cara berteriak melawan kerasnya musik yang diputar. Akhirnya kita pun tidak jadi mengobrol dan pulang lebih cepat. Tentu hal itu sangat efektif dalam rangka menghindari kerumunan di masa pandemi ini. Selain hajatan dapat tetap berlangsung, acarapun tetap aman terkendali dan melaksanakan protokoler.
Itulah beberapa alasan musik hajatan selalu distel dengan volume tinggi, pun bass yang menggelegar. Lain kali kalau denger musik hajatan dan terganggu, sebisa mungkin dimaklumin aja. Toh, hal itu tidak terjadi setiap hari. Tapi, kalau beneran mengganggu, banyak jalan menuju Roma.
Gunting kabel sound, misal.
BACA JUGA Patehan, Pembuat Teh yang Punya Peran Penting dalam Hajatan Manten