Alasan Anak Muda Wonosobo Lebih Memilih Merantau daripada Menetap di Daerahnya 

Alasan Anak Muda Wonosobo Lebih Memilih Merantau daripada Menetap di Daerahnya  Mojok.co

Alasan Anak Muda Wonosobo Lebih Memilih Merantau daripada Menetap di Daerahnya (wikipedia.org)

Merantau adalah pilihan. Namun, bagi anak muda Wonosobo, merantau sudah jadi semacam jalan hidup. Setidaknya sekali seumur hidup anak muda di Kota di Atas Awan pasti pernah tinggal di tanah perantauan. 

Sebagai orang yang lahir dan besar di Wonosobo, saya memahami kenapa anak muda di daerah ini banyak yang merantau. Mereka haus akan pengalaman baru yang sulit didapat di Kota di Tas Awan ini. Wonosobo terlalu begitu-begitu saja untuk anak muda yang ingin eksplore. 

#1 Wonosobo cuma punya satu universitas

Di Wonosobo ada universitas, namanya Universitas Sains Al-Quran (UNSIQ). Namun, mahasiswa dan lulusan kampus ini masih sering dipandang sebelah mata oleh warganya.  “Ah kuliah di UNSIQ mau jadi apa?” “lulus dari UNSIQ susah bersaing sama universitas lainnya”, pertanyaan-pertanyaan itu selalu menghantui. Nggak heran kalau kemudian banyak anak muda Wonosobo tetap memilih merantau untuk melanjutkan pendidikan tinggi. 

Mereka yang merantau untuk kuliah biasanya kebablasan hingga kerja. Sebab, muda-mudi yang merantau ini sebenarnya menanggung ekspektasi sosial yang besar: suskes di tanah perantauan. “Udah jauh jauh kuliah cuma jadi kaya gini?” “Udah jauh jauh kerja tapi kok gitu-gitu aja?” pertanyaan-pertanyaan itu akan selalu membayangi. 

#2 Lapangan pekerjaan sempit dan kurang beragam

Saya asli Wonosobo dan pernah merantau. Satu hal yang paling saya sadari ketika berada di perantauan adalah ongkos hidup di Wonosobo ternyata sangat irit. Jujur saya, biaya hidup yang nggak mahal itu membuat saya berkali-kali mempertimbangkan untuk pulang. 

Akan tetapi, ada harga yang harus dibayar atas biaya hidup yang murah tadi. Salah satunya, lapangan pekerjaan di Wonosobo kurang beragam. Pekerjaan di Wonosobo biasanya, PNS, guru,  pegawai bank. Belum banyak pekerjaan-pekerjaan di bidang kreatif seperti konten kreator, script writer, social media specialist, videografer, content writer, ataupun production house. Padahal bidang-bidang kreatif tadi begitu dekat dengan anak muda. 

Sebenarnya pekerjaan kreatif di atas bisa dijalani dengan menjadi pekerja remote natau freelancer remote. Dengan satu syarat, kalain betah dihujani pertanyaan-pertanyaan dari orang tua, saudara, dan tetangga. Jenis pekerja kantoran yang aktivitas sehari-hari bisa dilihat aja kena nyinyiran. Apalagi mereka yang kerja remote yang ehari-hari cuma di rumah dengan pakaian sembarangan. Apa tidak dikira pengangguran? 

#3 Buka usaha di Wonosobo perlu kesabaran ekstra

Selain kurang lapangan kerja, buka usaha di Wonosobo perlu kesabaran ekstra. Kuliner yang berhasil di kota-kota besar belum tentu sukses di Kota di Atas Awan ini. Saya sudah berkali-kali menyaksikan kafe yang awalnya ramai lama-kelamaan sepi dan terbengkalai. Bisnis risol mayo yang digemari orang-orang di luar kota, belum tentu laris manis di Wonosobo.Saya pernah menuliskan betapa sulitnya merintis usaha dalam tulisan berjudul Suka Duka Merintis Usaha Kuliner di Kota Kecil Wonosobo.

Keterbatasan-keterbatasan pilihan hidup membuat anak muda Wonosobo berpikir dua kali untuk tetap menetap di kota kelahiran. Mereka lebih memilih merantau dan menjajal berbagai pengalaman hidup yang ada.Syukur-syukur bisa sukses dan pulang ke kampung halaman dengan bangga. 

Penulis: Lathifa Lisa
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 4 Hal yang Wajar di Wonosobo, tapi Nggak Lumrah di Jogja

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version