Membiarkan Diskriminasi terhadap Mahasiswa Fakultas Peternakan Menjadi Salah Satu Aib Unsoed

Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Terdiskriminasi karena Dianggap Nggak Punya Masa Depan dan Bau  Mojok.co

Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed Terdiskriminasi karena Dianggap Nggak Punya Masa Depan dan Bau  (unsplash.com)

Kuliah di Fakultas Peternakan (Fapet) Unsoed penuh cerita pahit. Mahasiswa kerap menerima pertanyaan-pertanyaan menjengkelkan karena kalah populer dibanding fakultas primadona seperti Kedokteran, Ilmu Komunikasi, Hukum, Manajemen. Padahal, kalau mau diadu dari segi mental, saya yakin mahasiswa Fapet nggak kalah dari mahasiswa di fakultas-fakultas primadona itu.

Bagaimana tidak, setiap hari kami harus berhadapan dengan praktikum yang nggak kenal waktu. Bahkan, nggak jarang kami baru berangkat praktikum pukul 12 malam. Saya yakin anak Fapet lebih paham soal jam praktikum yang agak lain ini. 

Sayangnya mahasiswa fakultas lain dan orang awam tidak banyak yang tahu betapa susah kami kuliah. Mereka hanya tahu yang ada di permukaan sehingga berbagai kesalahpahaman pun muncul. Kesalahpahaman yang berujung berbagai tindakan diskriminasi yang kerap membuat mahasiswa Fakultas Peternakan jengkel. 

Kena diskriminasi di kampus sendiri

Seperti mahasiswa lain yang berada di jurusan saintek, praktikum menjadi makanan sehari-hari mahasiswa Peternakan Unsoed. Selain praktikum di laboratorium, anak Fapet juga ada praktikum kandang yang berisi berbagai hewan ternak atau experimental farm. Lokasi praktikum ini di luar fakultas atau lebih tepatnya di area ujung paling belakang Fakultas Biologi. 

Nah, tempat experimental farm ini memiliki aula yang salah satunya berada tepat di belakang gedung IAB (Integrated Academic Building). IAB adalah salah satu tempat penunjang praktikum bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan fakultas ilmu kesehatan lain. Di IAB juga ada ruang-ruang kelas untuk beberapa jurusan yang kekurangan ruangan di fakultasnya.

Saat jam praktikum di siang hari, seperti biasa mahasiswa Fapet datang dan memarkirkan kendaraan motor di tempat parkir belakang gedung IAB. Di saat itu, ada salah satu satpam yang tiba-tiba mencegah mereka untuk tidak parkir di sana. Awalnya, mahasiswa Fakultas Peternakan mengira parkiran sudah penuh dan hendak mencari tempat parkir lain. Namun, pada siang hari itu terlihat jelas mahasiswa fakultas lain (FIB) diperbolehkan parkir di sana. Apa maksudnya ini semua? 

Berawal dari larangan parkir merambah ke UKT hingga sentimen bau

Salah satu mahasiswa yang ditolak parkir itu pun kesal dan menulis uneg-unegnya di menfess Unsoed yang ada di media sosial X. Ternyata ada akun yang membalas cuitan itu dengan pernyataan setuju kalau anak Fapet tidak boleh parkir di belakang gedung IAB. Alasannya, gedung IAB adalah tempat khusus anak FK dan Fikes praktikum. Lebih parahnya lagi,  akun itu malah menyinggung soal UKT.

Mahasiswa yang masuk FK dan Fikes dianggap memberi kontribusi lebih banyak daripada Fapet karena UKT-nya lebih tinggi. Itu mengapa mereka (mahasiswa FK dan Fikes) berhak mendapat fasilitas di sana. Lebih disayangkan lagi, ada juga yang menanggapi, menganggap anak Fapet bau karena sehari-hari berurusan dengan hewan dan kotorannya. Itu mengapa mereka menganggap wajar mahasiswa Fapet tidak boleh parkir di sana. 

Kami tidak habis pikir dengan balasan-balasan di menfess Unsoed itu. Fasilitas gedung IAB adalah milik bersama bukan fasilitas pribadi salah satu fakultas saja. Bahkan, kalau mau ditelusuri, gedung IAB dibangun di atas tanah yang dulunya sebagai lahan HPT (Hijauan Pakan Ternak) dan Experimental Farm yang akhirnya dipindah ke paling belakang. Kalau mau diukur siapa yang lebih diutamakan menggunakan gedung IAB, seharusnya mahasiswa Fapet yang paling berhak. 

Mahasiswa Fakultas Peternakan Unsoed dikira cuma cari rumput dan angon sapi 

Menyambung soal komentar bau tadi, itu mencerminkan betapa mahasiswa fakultas lain nggak mengenal Fakultas Peternakan Unsoed. Mereka tidak pernah benar-benar mengerti yang mahasiswa Fapet pelajari sehingga dianggap sehari-hari hanya mengurus hewan ternak lengkap dengan kotorannya. Selain bau, kesalahpahaman yang melekat pada mahasiswa Fapet adalah dididik jadi tukang angon sapi dan cari rumput. Itu mengapa mahasiswa fakultas ini kerap dipandang sebelah mata orang mahasiswa lain dan orang asing. 

Padahal, apa yang dipelajari mahasiswa Fapet lebih dari itu. Tidak melulu soal hewan ternaknya, kami juga mempelajari produk-produk dari peternakan seperti yoghurt, keju, steak, kue, es krim, sosis. Iya, produk yang sehari-hari kalian konsumsi itu kami juga mempelajarinya. Dengan kata lain, ilmu yang kami pelajari benar-benar berhubungan langsung dengan kehidupan banyak orang. Fakultas dengan ilmu yang signifikan ini kok ya masih dipandang sebelah mata dan menerima banyak diskriminasi. Heran. 

Penulis: Nova Karimatun Nabilah
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA 5 Pertanyaan yang Dibenci Mahasiswa Unsoed Purwokerto

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version