Tak kalah dengan Katon Bagaskara, gaya penulisan seperti ini mendominasi karya-karya Ahmad Dhani. Salah satunya hits sepanjang masanya “Kangen”, “Biar Menjadi Kenangan” yang dinyanyikan Reza Artamevia, “Munajat Cinta” disusul “Aku Milikmu” yang menurut saya adalah lirik cinta yang tak ada tandingannya.
Sekejap cinta yang terjalin
Namun, jadi sebuah cerita
Yang tak mungkin terlupa
Terukir di hati
Dan tak mau pergi
Mungkinkah kumiliki
Cinta seperti ini lagi?
Jangan biarkan aku
Kehilangan dirimu
Coba dengarkanlah sumpahku
(Janji suci) dari hati
Aku cinta kamu
Jangan dengar kata mereka
Yang tak ingin kita satu
Yakinkan aku milikmu
Aku milikmu
Lirik tegas dan lugas
Ahmad Dhani sangat piawai meracik lirik cinta yang manis dan puitis. Selain itu, musisi berusia 50 tahun ini juga sangat cerdas mengambil intisari dari fenomena sosial yang ada. Kejeniusannya terlihat di lagu “Cukup Siti Nurbaya”. Lagu ini sukses sukses memotret tragisnya cinta tanpa restu orang tua karena harta dan takhta.
Katakan pada mama
Cinta bukan hanya harta dan tahta
Pastikan pada semua
Hanya cinta yang sejukkan dunia
Bukan itu mama bukan itu papa
Bukan itu mama bukan itu papa
Nilai Ketuhanan yang Mendalam
Ahmad Dhani adalah penulis yang pandai memasukkan nuansa sufi ke dalam lagunya. Nilai ketuhanan sangat terasa di setiap album yang lahir. Salah satu lagu yang begitu dalam berbicara soal kepasrahan kepada Tuhan adalah “Kuldesak”.
Aku bagai buih di laut biru
Tersapu ombak terhempas badai
Aku bagai debu di padang pasir
Terseret angin terbakar panas
Tolonglah Tuhan
Beri petunjuk-Mu
Jalan yang benar
Menuju jalan-Mu
Agar tak tersesat
Di persimpang jalan
Begitulah magis Ahmad Dhani. Sosok yang sangat kompleks. Perpaduan kepercayaan diri yang mendekati arogansi, tapi bisa sangat puitis, bahkan terasa sangat dekat kepada Ilahi. Bagi saya, dia adalah the one and only, Ahmad Dhani.
Penulis: Bisyrul Hafi
Editor: Yamadipati Seno