Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Adu Dapur Antar Wanita

Sabila Rahmawati oleh Sabila Rahmawati
3 Mei 2019
A A
dapur wanita

adu dapur antar wanita

Share on FacebookShare on Twitter

“… kalo aku masak sopnya pake SOP sih”. Hadeehh. Jaman sekarang wanita memang tidak wajib mengurusi masalah dapur, jika dibandingkan tuntutan jaman dulu. Kiprah wanita semakin banyak, mulai dari kebas-kebas kasur untuk nduselan sampai pekerjaan ngebor kayu. Bukan tidak mungkin mereka tidak menyempatkan untuk belajar masak atau memprioritaskan skill tersebut. ditambah jika skill masak harus diasah agar semakin mendekati rasa sempurna untuk lidah manusia (ya iyalah masak lidah Komodo), maka perlu meluangkan waktu secara konsisten, beli bahan-bahan dapur, alat masak, kotak penyimpanan, kompor, panci, kain lap, matahari cerah (sunlight) yang jelas membutuhkan biaya dan tenaga. Terlebih jika ini terjadi pada wanita karir (ciee) yang kerjanya bagai kuda lumping. Berangkat pagi pulang malam, pagi lagi, malam lagi.

Oleh karena wanita tidak wajib mengurusi atau menguasai wilayah dapur inilah kadang menyebabkan adanya perbedaan skill memasak antar wanita. Jeng jeng jeng. Alhasil apabila mereka dipaksa satu dapur untuk bersama akan nampak tersirat “perang batin”. Hadehh dimana-mana perang aja. Dasar Homo sapiens.

Narasi di atas nyata terjadi ketika saya sedang menjalani KKN di luar Pulau Jawa, di sebuah daerah pedalaman yang minim akses ke pasar tradisional apalagi ke-ef-ci, mekdi. Karena saya dan tim tinggal satu rumah maka alangkah indah dan iritnya (maklum uangnya disimpan untuk beli oleh-oleh selesai KKN) jika diadakan masak bersama untuk satu tim. Singkat cerita, dalam tim KKN saya dibagi menjadi beberapa kelompok masak yang bertanggung jawab untuk menyediakan konsumsi dalam satu hari. Satu kelompok masak diketuai satu manusia (kalau banyak ya kabinet namanya) yang dianggap lihai di urusan dapur umami.

Di suatu siang ketika penghuni pondokan sedang dalam damai memotong, mengupas, mengiris, membelah, merobek, mencincang bahan-bahan dapur, terdengar percakapan bising antar teman wanita saya

“Sayur ini dipotong gini aja ya?” tanya seorang anggota.

“Jangan, nanti bla.. bla.. bla…” tukas ketua masak hari itu.

“Tapi nanti nggak bla.. blaa.. blaa..” tangkisnya lagi.

Suasana hening, manusia lain lagi-lagi dalam damai melakukan apa yang diminta sang ketua mah bebas. Beberapa menit kemudian kawan saya laki-laki bertanya

Baca Juga:

Ibu-ibu Sein Kanan Belok Kiri Bikin Citra Pengendara Wanita Jadi Jelek, Padahal Banyak Juga yang Good Attitude

6 Hal Nggak Enaknya Punya Dapur Bersama di Kos

“Hmm selalu ada persaingan ya di antara kalian.”

“Yah begitulah. Aku males ribut,” saya jawab males sambil nyemil sambel.

See, laki-laki yang biasanya disebut homo sapiens cuek saja bisa tahu aroma bersaing diantara wanita. Berarti dominasi tidak hanya terjadi kepada kaum laki-laki tapi juga perempuan, apalagi jika berurusan dengan ‘kawasan’ perempuan.

Di lain kesempatan saya juga mengalami komentar-komentar bernada halus nan menohok. Saya yang memiliki kemampuan mediocre dalam hal dapur, jelas mudah dijadikan lahan kritik bagi wanita yang ‘levelnya’ di atas saya. Kena juga deh. Namun begitu bukan berarti kita tidak diperbolehkan memberi saran, nasihat kepada sesama perempuan. Tapi kok ya, yang saya tangkap sering ada kesan membandingkan entah itu tersirat atau jelas-jelas diucapkan. Misalnya ketika itu saya pernah mendengar,

“Kalo aku masak resep itu pake bawang putih aja sih soalnya bawang merah jahat kurang gurih.”

“Kalo aku motong sayurnya sih gini, nggak kayak mbak. Hehe”

Haha hehe haha hehe batinku ngedumel. Parahnya lagi percakapan ini tidak terjadi ketika saat sedang memasak saja tapi juga masuk di obrolan basi di luar dapur.

Saya pernah mendengar ujaran dari teman saya, oh bayemnya mau dimasak sop ya. Kok nggak ada sopnya. Nah loh, begimane maksudnye. Plis saya, gue, aye bingung mencerna kata ‘’sop’’. Apakah yang dimaksud sop itu jenis masakannya ataukah bahan-bahan sayuran sepaket di tukang sayur itu. Jika yang dimaksud adalah jenis masakan, ya bebas saya mau mencampur bahan apa saja.

Orang saya yang makan, masak dan saya juga yang harus ngeluarinnya. apa memang kegiatan masak-memasak ada SOPnya sehingga ngana ah sudahlah. Bahkan salah seorang Chef restaurant terkenal di Bali pun mengatakan bahwa kita bisa menciptakan masakan melalui apa saja, biarkan kreativitas bekerja. Walaupun dalam konteks profesional harus ada ilmunya. Kalau ini kan baru proses eksplorasi geologi masakan jadi ya nggak apa-apa toh.. hehe. Kata seorang Buddhist (dikutip dari acara sharing Chef Made Runatha) memasak juga termasuk di dalamnya ada ‘proses’ yang merupakan zen activity dimana kita bisa merasakan ketenangan seperti saat bermeditasi.

Sebelumnya lagi saya dikomentari komen terus kayak facebook tentang kenapa saya mencampur sunlight dengan air sampai penuh di botol bekas? Yang jawabannya sudah jelas pemirsa, bahwasanya agar supaya (kalimat tidak efektif) irit. Lalu, dengan tarik napas pelan saya menerangkan bahwa cairan pencuci piring itu masih bisa berbusa jika digunakan walaupun dicampur air banyak. Kok bisa? Ya cairan pencuci piringnya ditambahkan ke botol bukan diminum. Ah gitu aja diajarin…

Memang tidak ada hal yang kaku dan pasti benar dalam kegiatan sehari-hari, semua orang bebas melakukan kegiatannya, begitu pula dalam memasak. Sangat boleh berbagi kritik dan saran namun yang perlu diperhatikan adalah pilihan diksi yang digunakan saat berbicara. Beda manusia, beda jiwa (ceilah) beda pula cara dia berpikir serta memilih tindakan ketika beraktifitas. Oleh karenanya saya pilih masak sop bayam karena inilah jalan ninjaku, yeah.

Terakhir diperbarui pada 27 September 2021 oleh

Tags: DapurWanita
Sabila Rahmawati

Sabila Rahmawati

Penjaga ikan dan freelancer ilustrasi.

ArtikelTerkait

Ibu-ibu Sein Kanan Belok Kiri Bikin Citra Pengendara Wanita Jadi Jelek, Padahal Banyak Juga yang Good Attitude

Ibu-ibu Sein Kanan Belok Kiri Bikin Citra Pengendara Wanita Jadi Jelek, Padahal Banyak Juga yang Good Attitude

3 November 2023
mulut

Mulutmu Harimaumu: Aduh Mbak, Awas Badan Binasa

24 Juni 2019
wanita ingin dimengerti

Dear Wanita: Jika Ingin, Katakanlah

21 Juni 2019
jubah batman

Jubah Batman dan Meme yang Tidak Ada Gunanya

6 Mei 2019
sunat

Tentang Sunat dan Melahirkan: Mana yang Lebih Sakit?

31 Juli 2019
menstruasi

Tolonglah, Menstruasi itu Cuma Siklus Bulanan, Nggak Ada Hubungannya Sama Dosa

9 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.