Adegan Meja Makan Sinetron Terbaik Jatuh pada Keluarga Si Doel

Adegan Meja Makan Sinetron Terbaik Jatuh pada Keluarga Si Doel terminal mojok

Dalam sinetron Si Doel, adegan keluarga makan bersama di meja makan layak diberi jempol!

Sinetron tak pernah jemu untuk disaksikan dan dibicarakan. Bahkan saat kemarin saya isolasi mandiri di rumah, sinetron menjadi tayangan yang lumayan sering saya saksikan setelah bertahun-tahun menjauhinya. Satu hal yang tak berubah dari sinetron sejak dahulu, adegan melotot penuh zoom in yang sok dramatis serta jalan cerita yang begitu-begitu terus. Tapi, bukan hanya jalan cerita yang saya perhatikan, adegan di meja makan selalu saya beri perhatian lebih.

Kenapa saya menaruh perhatian lebih pada adegan meja makan? Bukan karena saya suka makan atau hobi makan (meski benar saya suka makan, sih). Penyebabnya ialah jarang ada sinetron yang memperhatikan detail set lokasi, apalagi memperhatikan adegan meja makan. Nah, saat saya remaja dan menonton ulangan sinetron Si Doel, saya menyadari satu hal. Adegan meja makan mereka tak bisa ditandingi hingga kini. Bahkan saya berani bilang bahwa adegan meja makan Si Doel yang terbaik di semesta sinetron Indonesia, no debat!

Selain tata letak dan detailnya yang aduhai, makanan yang disajikan dan obrolan mereka sungguh hidup. Seolah menyaksikan ekosistem kehidupan sebagaimana mestinya. Ikan di air, pohon di tanah, kerbau membajak sawah, kupu-kupu hinggap di bunga, dan gambaran hubungan keluarga di meja makan, ada di keluarga Doel. Sinetron ini sukses menggambarkan kondisi kehidupan warga kampung yang sebenar-benarnya. Mulai dari menu makanannya, piring yang dipakai, gelasnya, taplaknya, hingga posisi duduk layaknya keluarga asli.

Di semesta sinetron, keadaan meja makan sering nggak sesuai kenyataan. Karena sebenarnya nggak ada tuh, anak yang mau berangkat sekolah sambil terburu-buru minum susu satu teguk dan nggak menyentuh roti karena sudah telat. Lalu jalan sambil berdialog, “Maaf, Mam, aku udah telat, nih”. Bahkan, penggambaran orang kaya yang seperti itu nggak selalu benar, cenderung mengada-ada. Sementara orang miskin selalu berdialog, “Maaf, adanya cuma ini,” sambil menunjukkan wajah memelas dengan makeup kelopak mata hitam dan uban palsu. Kalau anak miskinnya atau suaminya jenis yang nyebelin, mereka mencak-mencak sambil membanting piring. Sungguh adegan meja makan yang basi banget.

Keluarga Doel tentu lain. Mereka akting makan dengan sangat apik, selayaknya orang makan pada umumnya, alami. Ekspresi mereka, mimik mukanya, gerak-geriknya, semua terasa nyata. Cara mengambil sayur, atau saat rebutan lauk dan lirikan mata yang penuh komedi, sungguh membuat suasana hidup. Jarang ada ayam, lebih sering telur dan minumnya teh, mirip kejadian di dunia nyata pada umumnya.

Si Doel yang kalem, Atun yang urakan, Mandra yang barbar, Mak Nyak yang penyabar, hingga Babe yang menang sendiri, semua tergambar dan terlihat dari cara mereka makan. Adegan meja makan di sinetron Si Doel, nggak hanya adegan orang makan terus sudah begitu saja. Ada komunikasi yang terbangun, nggak sekadar makan dan kenyang. Membangunnya pun pelan-pelan, nggak ujug-ujug langsung ke poin utama. Saat suasana sedang susah, gundah, sedih, cara mereka makan ikut berubah. Kecuali Mandra, yang selalu lahap dan terlihat sangat menikmati makanan apa pun yang ada. Bahkan adegan makan nasi kering langsung dari panci dengan cabai dan garam, terlihat sangat apik bin epik. Eh, pernah ding, saat nggak jadi kawin dan patah hati ditinggal nikah sama Munaroh.

Adegan meja makan adalah senjata yang ampuh sebenarnya, asal dibikinnya bener. Lewat adegan seperti ini, kita bisa melihat sifat dari tokoh-tokoh dengan lebih baik dan mendalam. Adegan di meja makan bisa menjadi semacam perantara untuk menuju konflik selanjutnya, seperti yang dilakukan sinetron ini. Bahkan penggambaran dan penuturan budaya bisa dimulai dari sini. Yang dilakukan sinetron ini lebih gawat lagi. Bagaimana posisi duduk, siapa yang melayani dan dilayani, dan pandangan soal peran laki-laki dan wanita di budaya patriarki kampung, bisa tergambar jelas dari meja makan mereka.

Mulai dari sarapan hingga makan malam, kita bisa melihat karakter dari tiap tokoh, cara konflik yang terbangun dengan apik, komunikasi yang terasa nyata, bahkan kualitas para pemain bisa kita lihat langsung saat mereka ada di adegan meja makan. Karena makan nggak hanya soal mengunyah dan kemudian kenyang saja. Ada banyak hal yang bisa terjadi di meja makan, dan Si Doel sangat berhasil menghidupkan meja makan mereka. Jempolan!

Sumber Gambar: YouTube RCTI Layar Drama Indonesia

BACA JUGA Membayangkan Sinetron Indonesia Dibuat ala Anime atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version