Donor darah adalah cara paling paripurna untuk menolong nyawa seseorang. Hal itulah yang saya percayai dari pertama kali saya melakukan donor darah. Saya percaya jikalau saya mendonorkan darah, saya bisa menolong orang lain, dan hal tersebut merupakan suatu amalan jariyah bagi saya.
Saya rela meluangkan waktu untuk datang ke PMI kota terdekat untuk mendonorkan darah. Saat jadwalnya sudah tiba atau ada permintaan secara pribadi untuk pasien gawat darurat, saya akan menjawab dengan tegas untuk membantu.
Ada satu pengalaman saya yang rasanya tidak bisa saya lupakan perihal donor darah. Saya
mendonorkan darah untuk pasien gawat darurat di RS Sardjito. Informasi kebutuhan donor darah ini berasal dari pesan broadcast teman angkatan saya. Saya berkirim pesan dengan nomor yang tertera untuk konfirmasi kebutuhan darah, dan ya ternyata masih membutuhkan darah yang banyak.
Tak berpikir panjang saya datang ke RS Sardjito malam-malam tanpa ada yang menemani. Langsung datang ke ruang donor darah, isi berkas, dan menginformasikan mendonor untuk pasien bernama A. Setelah mendonor saya memberi kabar kepada pihak keluarga, dan mereka sangat berterima kasih kepada saya, dan meminta maaf tidak bisa mendampingi. Tentu saja saya paham.
Stok darah itu amat penting. Kebutuhan darah yang tinggi serta seringnya mendadak, bikin terjaganya stok jadi hal yang tak bisa ditawar lagi. Salah satu usaha untuk mencukupi stok darah ya dengan donor darah ini. Nah, sering kali acara donor darah ini ada iming-iming hadiah menarik atau doorprize untuk pendonor. Dan tentunya hal ini menjadi ajang yang paling banyak diincar bagi masyarakat.
Saya pun beberapa kali mengikuti kegiatan ini karena lokasi lebih dekat dari kosan ketimbang PMI kota yang jaraknya lumayan. Sering saya lihat kegiatan donor darah ini ajang promosi dari penyelenggara, dan dilangsungkan di pusat perbelanjaan.
Namun, ada hal yang mengganggu saya dan rasanya ini sudah masuk kritik yang perlu saya utarakan karena sudah kadung sebal.
Daftar Isi
Penyelenggara fokus ke acara promo
Acara donor darah sepertinya akan menjadi kegiatan yang bagus untuk meningkatkan citra brand ataupun instansi penyelenggara. Dengan mengadakan kegiatan ini citra peduli antar sesama kerap terbingkai untuk mereka yang mengadakannya. Namun, Instansi ataupun brand kerap melupakan esensi kegiatan ini malah menjadikan kegiatan ini sebagai media promo.
Kegiatan acara donor darah menjadi media promosi menurut saya sah-sah saja dengan catatan bisa menyediakan tempat yang nyaman. Catat, nyaman. Masalahnya, yang terjadi sebaliknya. Masa iya lagi ngantri mendaftar untuk donor didampingi suara musik yang kencang. Suara MC menutup suara petugas PMI yang sedang bertugas. Saya harus meninggikan nada untuk berbicara dengan petugas PMI saat ditanya kondisi kesehatan saya.
Alur proses donor darah yang ngawur
Proses alur donor darah yang kacau ini bikin gagal fokus, dan jelas tidak kondusif. Sebagai orang yang ingin mendonorkan darah secara sukarela, saya kesulitan untuk mengetahui letak posisi pendaftaran, pengambilan formulir dll.
Panitia kegiatan tidak sigap membantu bahkan sama sekali tidak ada. Panitia sepertinya hanya menyediakan ruangan dan doorprize saja. Padahal keberadaan panitia dalam membantu alur kegiatan proses pendaftaran, dan skrining pendonor ini sangat penting demi kelancaran donor darah.
PMI yang dituntut serba bisa
Acara donor darah yang (kacau) seperti itu menuntut petugas PMI menjadi sat-set, dan multitasking. Perbandingan antara pendonor dan petugas bisa 1 banding 10 yang di mana saya sering melihat petugas PMI makan di tempat acara sembari bertugas. Ya kalau ada “kekacauan”, nggak perlu kaget.
Tapi ada satu hal yang mungkin orang lupa saat bikin acara donor darah dengan iming-iming doorprize: antusias yang kelewat tinggi.
Adanya kesempatan untuk mendapatkan doorprize bikin mereka berbondong-bondong mendaftar. Yang terjadi tentu saja keramaian dan keriuhan. Ya siapa yang tidak mau donor darah sebentar kemudian mendapatkan kulkas dua pintu secara cuma-cuma. Potensi mendapatkan hadiah yang tinggi membuat minat donor darah juga tinggi.
Akan tetapi mereka tidak mempersiapkan diri untuk mendonorkan darah. Padahal sebelum mendonorkan darah ada skrining kesehatan dulu. Dari pengalaman saya banyak sekali calon pendonor yang gagal lolos dari tekanan darah yang rendah, tidak istirahat yang cukup, hingga belum mengisi perutnya. Alhasil banyak yang ditolak bahkan ada satu kejadian ada pendonor yang pingsan pasca mendonor darah. Untungnya kejadian ini berada di hadapan tenaga kesehatan yang sudah terlatih sehingga menutup kemungkinan hal yang parah.
Buat yang mau mengadakan acara donor darah, saya pikir harus tau dan paham mengenai manajemen massa yang baik. Sebab, sangat menyebalkan rasanya menghabiskan waktu bertanya ke sana ke mari. Perlu diperhatikan juga bahwa apa pun yang menarik massa, bisa berpotensi jadi bencana. Semoga sukses!
Penulis: Nabial Chiekal Gibran
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Boleh Nggak sih Kita Donor Darah Saat Puasa?