Adalah Bimbo yang mempunyai karya musik yang dapat membuat keimanan kita bertambah.
Jadi seperti yang sudah diketahui masyarakat muslim garis keras dan atau garis lentur bahwa sifat dari iman adalah “bertambah dan berkurang” yang disebabkan oleh peristiwa kehidupan esok yang masih misteri. Namun dari adagium itu, menurut logika paling umum sekalipun akan beranggapan bahwa keimanan yang bertambah itu juga timbul dari hal-hal yang beragam, salah satu yang paling dekat dari kita dan mungkin sudah lupa bagi umat milenial adalah Bimbo.
Adalah Anak Bertanya Pada Bapaknya salah satu dari lagu Bimbo yang momentum bulan puasa Ramadan, dan juga yang paling mewakili religiusitas anak-anak Indonesia yang unik-unik. Karena siapa memberikan kemurahan hukum bagi anak-anak yang belum mampu untuk memilih puasa sampai magrib (tenggelamnya matahari) untuk memilih puasa zuhur aja. Itu bid’ah saudara-saudaraku, tapi kearifan lokal tersebut baik sebagai metode latihan seorang bocah. Selebihnya jika masa tua mereka melakukan hal yang sama, berarti pengaruh pendidikan baginya sudah sama dibatas keprihatinan.
Selanjutnya, mari kita kupas bait dalam lagu tersebut untuk melihat seberapa potensi untuk menambah keimanan kita.
Namun sebelum itu harus rasanya untuk mengenal siapa Bimbo lebih dulu. Karena usia dari band tersebut tidak tergolong baru, mereka seumuran dengan Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Leo Christy, dan jajaran musikus macam Gombloh dan Koes Plus.
Merekalah pendiri band Bimbo 1967: Muhammad Samsudin Dajat Hardjakusumah (Sam), Darmawan Dayat Hardjakusumah (Acil) dan Jaka Purnama Dajat Hardjakusumah (Jaka). Pada album Qasidah (2007) mereka masih bersama dan ditambah saudara perempuannya yang jelita bernama Lin Parlina. Jika bicara musik bernuansa religi Islami, maka tidak berlebihan menyematkan band Bimbo bersaudara.
Cukup, sekilas tokoh band tersebut agar menjadi selayang pandang atau sekapur sirih tentang karya-karyanya yang easylistening untuk khazanah musik religi. Dan di setengah abad Bimbo, mari mengenangnya lewat lagu yang sudah disebutkan di atas untuk keimanan yang perlu dipulihkan dan ditingkatkan:
ada anak bertanya pada bapaknya
buat apa berlapar-lapar puasa
ada anak bertanya pada bapaknya
tadarus tarawih apalah gunanya
Pertanyaan mendasar bagi setiap anak yang pingin tahu mengapa orang perlu menahan nafsu setelah hari-hari penuh kebebasan selama sebelas bulan. Dan apa perlunya menambah intensitas ibadah umat Islam yang sudah begitu merepotkan bagi anak-anak. Inilah arti pendidikan anak yang baik, karena anak dipersilahkan menanyakan apapun yang selama ini dikerjakan olehnya dan belum diketahui alasannya. Lalu jawaban dari pertanyaan itu ialah:
lapar mengajarmu rendah hati selalu
tadarus artinya memahami kitab suci
tarawih mendekatkan diri pada Ilahi
Tanpa puasa mungkin semua orang tidak akan pernah mengetahui seberapa laparnya orang-orang yang berjualan di lampu merah, terminal, dan ditikungan jalan yang setiap hari mengharapkan rezeki dengan halal. Begitupun fungsi puasa adalah sebagai ajang syukur, atas segala nikmat yang di dapatkan oleh kita dengan cara merasakan langsung ketiadaan dalam sekitar 12 jam. Kerendahan hati tersebutlah yang membuat manusia bersungguh-sungguh untuk melakukan syukur dengan bertadarus dan terawih sebagai sarana mendekat pada sang pencipta.
Bentuk pengajaran dengan mengalami sendiri adalah metode terbaik dalam ukuran “pengalam aa n adalah guru terbaik” dan sebab itu pula, kita manusia dapat merasakan segala semerbak sifat kasih juga pemaaf sang pencipta lebih dekat, seperti dalam lirik
lihathlah langit keampunan yang indah
membuka luas dan anginpun semerbak
nafsu angkara terbelenggu dan lemah
bunga ibadah dalam ikhlas sedekah
Bunga ibadah dalam ikhlas sedekah adalah puncak dari kelemahan manusia untuk tidak egois, agar berbagi dengan sesama, sampai dalam pahala terbaik disebutkan ialah para umat yang mampu memberikan dengan tangan kanan tanpa diketahui tangan kirinya. Hadist yang sekilas penuh teka-teki, karena bagaimana cara mempraktekkan yang secara kalimat anjuran tersebut adalah metafor. Alih-alih dari esensi dari anjuran tersebut bukan hanya sekedar memberi sesuatu pada ‘yang lain’ dengan tanpa mengharapkan imbalan selain ‘yang Tuhan’ kehendaki.
Bait-bait yang disebutkan jika kita mampu mendengarkan perlahan-lahan dan berulang-ulang, maka korelasinya dengan ibadah sekarang yang dikepung sifat ujub (dalam sosial media) namun juga bisa bermakna cara berdakwah kekinian (karena kita tak pernah tahu isi hati orang lain) terasa menjadi permukaan saja, bukan substansi dari berbuat baik deng memperbaiki diri.
Jadi bagaimana jikalau hari hari ke depan bulan Ramadan ini playlist kalian adalah Bimbo, sanggupkah keimanan kita bertambah? Karena disadari atau tidak, keimanan yang fluaktuatif itu akan menguji kemampuan sifat kemanusiaan kita menghadapi ujian yang lain dari pergelokan keimanan tersebut.