Belakangan banyak warga Twitter yang doyan mengunggah foto make over kamar kos mereka menjadi kamar kos minimalis yang Instagramable banget. Kamar berukuran standar disulap menjadi begitu rapi dengan perabotan minimalis, hiasan elegan, serta penataan sederhana—intinya low budget, tapi bisa berubah jadi mewah dan estetis.
Tren baru ini membuktikan, hobi dekorasi dengan hasil maksimal bisa ditekuni tanpa perlu punya duit banyak dulu. Kuncinya ada di kemauan dan niat. Tambah lagi, orang-orang yang udah sukses mendesain kamar kos minimalis mereka sudah berbaik hati memaparkan kiat-kiat melakukannya dengan dana yang tak begitu banyak. Mereka juga menyertakan tutorial barang-barang yang dibuat sendiri sehingga lebih menghemat pengeluaran. Tak ketinggalan, terlampir pula list belanjaan beserta harganya serta trik menyiasati kekurangan pada ruangan kos tersebut.
Postingan semacam ini biasanya sangat ramai dikomentari. Ada yang mengungkapkan kekagumannya, ada yang terinspirasi dengan kamarnya, dan ada juga orang-orang yang merasa insecure dengan kamarnya sendiri yang nggak bisa rapi.
Saya sendiri sangat suka menyimak postingan semacam ini. Jadi semacam mood booster untuk menyemangati diri beres-beres kamar. Walaupun setelah menyimak saya bakalan batin, “Ini beresinnya dimulai dari mana dulu yah?”
Kamar-kamar cantik itu mungkin indah dan bikin iri sejuta umat, tapi menurut saya nggak semua orang relate dengan kondisi kamar yang seperti itu. Saya nggak tahu kamar kos minimalis orang tersebut berada di mana, tapi kalau kamar kos itu berada di daerah saya, tentu bakalan lain ceritanya. Di dalam kamar kos itu tidak terlihat lemari pakaian. Semua bajunya hanya digantung di rak baju dan beberapa kaus dilipat di bawahnya.
Coba kalau baju-baju saya itu dibiarkan menggantung gitu aja di rak baju seperti di foto tersebut. Bisa saya pastikan, dalam tiga atau empat hari, baju-baju tersebut bakalan tertutup debu setebal salju bulan Desember. Nggak tahu kenapa, produksi debu di daerah saya itu melimpah ruah. Jadi, menggantung baju di rak seperti itu tidak recomended untuk orang di domisili saya.
Selain bikin berdebu, rak baju minimalis kayak gitu tidak akan muat menampung semua baju saya. Nggak banyak sih, tapi pritilan-pritilannya itu lho yang suka bikin over muatan. Misal, cadangan mukena, seprai, handuk, dan kain-kain lainnya yang bikin tempat baju itu suka menggunung nggak jelas.
Beberapa pemilik kamar kos minimalis nan estetis itu kadang mengaku bahwa dia memang memiliki kamar lain yang khusus untuk menyimpan baju-bajunya yang lain. Sehingga yang tampak di jepretan foto itu yah yang sedikit itu doang.
Masih membahas soal pakaian nih ya. Tampak sekali kamar itu rapi tanpa ada cantelan-cantelan baju di dinding atau belakang pintu. Kadang sambil mengagumi foto kamar tersebut saya suka bertanya-tanya, “Dia nyantelin celana jeans atau jaket yang baru aja dipakai di mana coba?” Nggak mungkin dong, baru sekali pakai tapi celana jeans, jaket, atau kerudung gitu langsung masuk cucian. Pasti digantung dulu di gantungan baju. Nah, menggantungnya baju-baju ini kadang suka bikin kamar terlihat semrawut nggak keruan.
Udah gitu yah, kalau mau menguak sisi lain kamar kos yang cantik itu, tentu ini nggak cocok banget buat para anak kos dengan bajet minim. Lihat saja itu di kamarnya, dispenser dan galon air nggak ada. Magic com juga nggak tampak. Kabel-kabel rol beserta alas yang buat nyetrika juga tak terlihat keberadaannya. Belum lagi nggak terlihat adanya plastik di dalam plastik bekas bungkus belanjaan.
Coba dulu di kos-kosan saya, hmm… semua tumpah ruah. Kadang ada sapu, kemoceng, sama pel juga di pojokan. Kipas juga setia di samping tempat tidur dengan kabel yang mengular ke mana-mana. Ada helm, piring, gelas, mangkok, jajanan, serta toples-toples isi makanan. Oh, iya, botol kecap dan saus juga nggak ketinggalan.
Sebenarnya kamar saya yah nggak berantakan-berantakan banget, tapi yah masih jauh buat dibilang rapi kayak di foto-foto kamar kos super-Instagramable itu. Kalaupun mau membuat foto semacam itu, tentu saya harus menyembunyikan banyak hal yang sebenarnya sangat saya butuhkan. Ketimbang pusing kayak gitu, maka dengan kerelaan hati sepertinya bagi saya memiliki kamar yang mengandung estetika tingkat media sosial kayak gitu sangat berat sekali.
Sesungguhnya kamar rapi bagi saya hanyalah mitos karena berantakan itu lebih manusiawi. Hehehe.
Sumber gambar: Instagram @todayhouse
BACA JUGA Instagram dan Tekanan Visual dan tulisan Reni Soengkunie lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.