Pada akhirnya saya hanya bisa tertawa, tertawa dan terus tertawa. Saya tidak sedang nonton acara komedi. Saya sedang membaca komentar berbagai macam jenis kepribadian yang lucu-lucu di kolom-kolom komentar artikel Mojok. Jika boleh jujur, belakangan hobi saya justru mantengin kolom komentar Mojok daripada baca artikelnya.
Gimana ya, sebenarnya artikel-artikel Mojok itu sudah menghibur. Tapi nyatanya komentatornya lebih menghibur dari isi artikelnya. Ketika saya bedah artikel-artikel mojok yang viral, salah satu pemicu keviralannya ya adanya banjir komentar aneh-aneh dari para pembaca Mojok. Pola-polanya pun saya lihat selalu sama. Menyalahkah penulis, bilang penulis tolol sampai nyalahin admin. Dan yang paling seru nih ya, kalau sudah debat soal agama di kolom komentar artikel Mojok.
Sebelum lebih jauh, saya ingin kalian semua tahu terlebih dahulu. Ya, kalian semua para pembaca dan pengikut Mojok serta komentator artikel-artikel Mojok yang budiman. Kalian semua sebenarnya tahu nggak sih tema yang ingin diusung Mojok sebenarnya? Kalian semua paham gak sih apa sebenarnya yang ingin dihadirkan Mojok ke kalian semua yang suka nyalah-nyalahin admin dan penulisnya di kolom komentar? Gini deh, saya kasih clue aja jika kalian males mikir.
Kalian yang suka nyinyir Mojok media nggak serius lah, media yang nggak ada faedahnya lah, media anti pemerintah lah. Coba kalian cermati semboyan Mojok—Sedikit Nakal Banyak Akal—itu sudah saya pertebal semboyan Mojoknya. Masih kurang paham tentang Mojok? Clue berikutnya coba cek bio Twitter-nya Mojok deh. Tertulis begini—Akun Resmi Mojok.co, media santai yang membahas isu-isu sosial, politik, agama dan millenial. Seharusnya sudah jelas bukan—MOJOK ITU MEDIA SANTAI YANG SEDIKIT NAKAL TAPI BANYAK AKAL.
Pastinya sudah jelas bahwa nggak guna ngegas dengan artikel-artikel yang ditulis penulis-penulis Mojok. Saya kadang sempat jengkel juga melihat para komentator di kolom-kolom komentar artikel Mojok yang suka nyalahin penulis karena nulis artikel nggak serius lah, kebanyakan ngelucunya lah, nggak penting lah, nggak guna lah. Bahkan ada salah satu artikel yang tidak perlu saya sebutkan judulnya. Di situ saya mau ketawa tapi takut dosa. Para komentator di kolom komentar secara berjamaah mendoakan penulis artikel yang saya baca tersebut miskin. Astagfirullah—jujur saya jadi takut. Yang komentar sangat banyak dan dengan isi yang sama, mendoakan si penulis artikelnya semoga jadi miskin. Kalau satu orang yang berdoa, mungkin masih ada harapan doanya tidak cepat terkabul. Nah di kolom komentar artikel tersebut, yang berdoa sudah mencapai ratusan—duh, langsung auto miskin si penulisnya. Aneh aja, sampai sebegitunya para komentator ini merespon artikel-artikel yang diterbitkan Mojok.
Saya bingung mereka ini tahu nggak sih, Mojok itu media apa gitu. Mojok ini ya—saya kasih tahu Pak, Buk, Dek, Om, Tante, Kak dan semuanya—Mojok adalah media yang mewadahi segala keluh kesah kita menyoal hidup ini. Mojok ini adalah sebuah media yang dengan cerdas dan penuh kelucuannya membuat berbagai masalah yang ada dalam hidup kita ini terlihat sebegitu lucunya. Terlihat sangat wajar ditertawakan sekencang-kencangnya.
Mojok ini juga seperti taglinenya, Sedikit Nakal Banyak Akal, ya memang kadang ngegemesin tulisan-tulisannya. Tapi saya yakin semua tulisan yang diterbitkan di Mojok itu punya pesan-pesan tersendiri yang tidak semua orang bisa memahami. Sulitnya orang-orang memahami pesan-pesan unik yang disampaikan Mojok lewat tulisan-tulisannya itulah yang menghadirkan berbagai jenis komentator di setiap artikel Mojok yang terbit. Nah di bawah ini akan saya jabarkan jenis-jenis komentator artikel Mojok yang aneh-aneh itu. Ini juga sudah saya amati secara serius dan dan penuh penghayatan. Agar kita semua terbuka mata batinnya.
1. Suka ngebacot tapi tidak pernah baca secara menyeluruh
Membaca artikel-artikel Mojok kadang memerlukan pemikiran yang mendalam disertai dengan kepala dingin. Karena para penulis Mojok sering menyelipkan hal-hal yang sangat jarang dipahami orang banyak dalam tulisannya. Maka dari itu, perlunya membaca artikel Mojok secara menyeluruh dan mendalam. Karena kalau tidak, sudah dapat dipastikan kamu akan komentar begini, “Aaah, penulisnya pengikut PKI ini, penulis tolol!” atau bisa juga begini, “Aaaah, adminnya goblok!”
2.Gampang kepancing
Saya suka komentator-komentator jenis ini. Cuma modal baca judul saja, dia sudah terpancing emosinya. Dan sudah dapat dipastikan, komentarnya isinya nggak guna.
3.Bapak-bapak dan ibu-ibu yang kudet
Jangan bilang pembaca Mojok itu hanya kawula muda. Justru pembaca Mojok kebanyakan dari mereka yang sudah cukup berumur. Saya sering menemukan komentar bapak-bapak dan ibu-ibu yang gak mengerti apa yang dibicarakan penulis di artikelnya. Dan ketika saya cek artikelnya, bahasannya tentang tren-tren zaman sekarang. Huh, ya gimana ya, saya nggak ada solusi nih bapak dan ibu semuanya.
4. Sobat gurun
Ada baiknya langsung ke nomor 5.
5. Tukang nyalahin admin
“Goblok, adminnya goblok”, “Admin Mojok goblok, blok blok blok!”
6.Penulis selalu salah
“Penulisnya mahasiswa ni pasti”, “Penulisnya tolol!”
Penulis adalah objek yang sangat menyenangkan untuk disumpah serapahi. Mungkin kalau bisa tatap muka, penulisnya langsung diludahi saking sampahnya tulisan penulis itu menurut para komentator yang budiman.
7. Malaikat bagi para penulis Mojok
Ada kok para komentator yang hadir layaknya malaikat di kolom komentar artikel-artikel Mojok. Mereka ini hadir sebagai pendukung gagasan dan opini si penulis. Mereka selalu meluruskan pemikiran bengkok para komentator yang sukanya ngebacot saja.
8. Komentator yang gak pernah komen di kolom komentar
Intinya dia hanya menyaksikan pertikaian nggak guna di kolom komentar artikel Mojok yang sedang ia baca. Kamukah orangnya?
Tips dari saya ketika kalian membaca artikel-artikel Mojok. Saya sarankan pakailah otak secara jernih. Manfaatkan logika dan akal sehat kalian. Jangan jadi komentator tak berperi-ke-Mojok-an. Ingat itu.