Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Ekonomi

Pasar Tradisional dengan Segala Keunikan Transaksi dan Interaksinya

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
24 Juni 2019
A A
pasar tradisional

pasar tradisional

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai lelaki—saat masih remaja—saya sempat berpikir sudah sewajarnya malas pergi ke pasar tradisional. Sudahlah tempatnya jorok, becek, ditambah bau menyengat di mana-mana karena bercampurnya pedagang daging, ikan, sayur, dan lain sebagainya. Itu kenapa setiap diminta tolong Ibu untuk pergi ke pasar, saya selalu ogah-ogahan dan hanya sesekali ikut jika diiming-imingi dibelikan jajanan.

Lalu dengan naifnya saat memasuki masa dewasa saya berkata, “salah satu wanita idaman itu adalah mereka yang masih mau pergi dan belanja ke pasar tradisional,” ke salah satu teman saya. Sejak saat itu saya betul-betul menyadari bahwa saya egois –tidak mau pergi ke pasar tapi mengidamkan wanita yang ketika berbelanja pergi ke pasar.

Memang, sekarang ini pilihan belanja tidak hanya di pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern dengan segala kemewahan fasilitasnya pun sudah menyediakan kelengkapan kebutuhan sehari-hari khususnya bahan makanan. Maka tidak heran dengan tempat yang lebih bersih, wangi, dan ber-AC, banyak orang yang kini memilih ke pusat perbelanjaan modern dibanding pasar tradisional.

Belum lagi di pusat perbelanjaan modern segala sesuatunya tertata dengan rapi dan semuanya mudah sekali dicari serta ditemukan, dengan pelayanan dari para pekerjanya yang ramah walau cenderung begitu-begitu saja karena adanya ketentuan dalam melayani pelanggan. Jangan lupa juga akan diskon atau promo yang selalu terpampang di setiap etalasenya.

Saat ini, berbekal pengalaman berbelanja dengan Ibu, saya justru lebih menikmati jika harus berbelanja di pasar tradisional. Entah belanja bumbu dapur, sayur mayur, sampai dengan daging yang memang dikenal lebih murah jika harus membeli di pasar.

Saya semakin bersemangat belanja di pasar biasa, karena kini banyak tempat yang sudah direnovasi. Tidak lagi becek, karena sudah banyak yang diganti dengan lantai keramik, lalu tempatnya terbilang bersih karena secara berkala dibersihkan dan para pedagang lebih teratur dalam menjaga kebersihan. Jadi, proses belanja lebih nyaman antara pedagang dan pembeli.

Saya juga lebih menyukai transaksi di pasar tradisional yang terbilang fleksibel alias adanya tawar menawar sampai dengan kedua belah pihak setuju. Hal tersebut jelas tidak dapat kita temui di pusat perbelanjaan modern, harga terpampang adalah yang wajib dibayar.

Di pasar tradisional, saya seringkali melihat Ibu rajin menawar setiap kali belanja. Caranya selalu sama, pertama tanyakan harga awal lalu mencoba menawar dengan harga yang lebih rendah dan jika tidak disetujui oleh pedagang, Ibu akan mencoba melipir ke pedagang lain sampai akhirnya dipanggil oleh pedagang sebelumnya, “Bu, ya udah ambil ini, Bu”. Begitu yang pedagang katakan.

Baca Juga:

4 Kelebihan Produk Superindo yang Tidak Dikatakan Orang-orang

4 Produk Superindo Terbaik yang Layak Dibeli, Dijamin Nggak Menyesal

Proses tawar menawar menjadi sesuatu yang jelas tidak akan ditemui di tempat belanja modern. Banyak orang yang masih tetap pergi ke pasar tradisional saat ini –termasuk saya—karena harga yang tergolong lebih murah, meski saat bahan pangan mengalami kenaikan, ya, tetap akan mahal juga. Namun, biasanya tidak lebih mahal dibanding pusat belanja modern.

Interaksi di pasar tradisional pun lebih menyenangkan karena tidak kaku, tidak ada pula ketentuan yang mengikat dari perusahaan ke karyawannya. Lha, wong biasanya bosnya langsung juga yang berjualan. Biasanya ada beberapa pegawai yang membantu, tapi tetap tidak ada aturan yang baku. Bukan berarti mengabaikan ramah dan ucapan terima kasih kepada pelanggan saat proses berlangsung dan setelah selesai belanja.

Belum lagi jika ada pelanggan setia, biasanya pelayanan yang diberikan akan lebih heboh dan banyak candaan yang diselipkan pada percakapan. Hal itu juga yang menjadi pembeda saat berbelanja di pasar tradisional. Dengan segala keunikan karakter antara pedagang dan pembeli, semuanya melebur menjadi satu dalam proses jual-beli.

Dengan bertahannya pasar tradisional dalam persaingannya dengan pasar modern yang kini dipermudah dengan transaksi digital, maka—dalam khayalan saya—tidak menutup kemungkinan kelak para pedagang tradisional pun mengikuti jejak tersebut. Tujuannya, sih, untuk memudahkan transaksi dan pembayaran jadi non-tunai. Jadi, tidak repot jika tidak ada kembalian dan tidak harus keliling ke pedagang lain dalam mencari pecahan uang yang tersedia.

Dan semoga, dengan segala keunikan transaksi pun interaksinya, pasar tradisional selalu ada dan bertahan untuk menjadi pembeda khususnya dalam proses jual-beli di masyarakat.

Terakhir diperbarui pada 14 Januari 2022 oleh

Tags: Gaya HidupKearifan Lokalpasar tradisionalsupermarket modern
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

basa-basi

Basa-Basi Orang Indonesia yang Bikin Keki

7 Juli 2019
jenis kelamin

Tebak-tebakan Jenis Kelamin Bayi Lewat Mitos yang Mashok Ramashok Kudu Mashok!

13 Agustus 2019
orang madura pandhalungan mojok

Ribut Soal Tanaman Tembakau itu Perjuangan Orang Madura Untuk Hidup Mewah

25 Juli 2019
gendurenan

Gendurenan: Tradisi Thanksgiving Ala Desa Temulawak

11 September 2019
Alasan Kenapa Orang Pacaran Memacu Motornya Begitu Pelan terminal mojok.co

Bahasa Lisan Indonesia Timur Kalau Ditulis Kaya Gini

25 Juni 2019
makan sinonggi

Sinonggi: Makanan Khas Orang Timur yang Kayak Lem

29 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.