Masih suka nonton SpongeBob SquarePants walau umur sudah bertambah? Tenang, kalian tidak sendiri, dan kalian sepantasnya berbangga hati. Karena, meskipun dipenuhi dengan anomali lautan dan gurauan yang terlihat kekanak-kanakkan, sungguhpun SpongeBob Squarepants adalah sebuah tontonan yang amat filosofis. Dan salah satu tokoh yang patut direnungi adalah Plankton.
Plankton adalah tokoh antagonis yang tujuan hidupnya hanya mencuri resep rahasia Krabby Patty. Ditambah dengan monolog ambisius dan cara-cara licik, lengkap sudah segala elemen negatif melekat pada dirinya. Terlebih, layaknya tipikal penjahat di layar kaca, Plankton juga kesepian.
Mr. Krab boleh jadi makhluk paling pelit dan rakus di Bikini Bottom. Ia adalah simbol dari kapitalisme ekstrem. Namun, setidaknya Mr. Krab masih memiliki rasa hormat (walaupun palsu) dari bawahan-bawahannya, dan juga kebahagiaan. Bagaimana dengan Plankton? Ia marah dalam kesendiriannya. Tak ada satupun orang yang menghargainya.
Sebelumnya, mari kita lihat terlebih dahulu sejarah permusuhan Plankton dan Mr. Krab. Dalam episode Friend or Foe, dikisahkan bahwa awalnya mereka berdua adalah teman. Mereka mencoba meramu resep burger paling enak agar terangkat dari kemiskinan. Sayang, keadaan tak berjalan sesuai rencana dan mereka pun bertengkar. Resep rahasia yang sudah dirancang sedemikian rupa pun robek, dan Plankton hanya mendapatkan bagian “chum”
Apa itu chum? Chum, kalau dilihat dari sisi etimologis, adalah makanan yang terbuat dari bangkai ikan, tulang, dan darah ikan serta digunakan nelayan untuk menangkap mangsa di kali atau laut. Chum Bucket, yang notabene adalah restoran Plankton, kabarnya berasal dari kaleng dan sarung tangan nelayan yang jatuh ke laut.
Nah, dari sini tentu kita sudah melihat bahwa Plankton sama sekali tak berniat menyajikan makanan yang aman bagi penduduk Bikini Bottom. Ya, penduduk di sana mayoritas ikan, bukan? Lantas mereka disuruh mengonsumsi bangkai ikan?
Ini bukan satu-satunya bagian penting. Bagian penting lain dari hidup Plankton yang mesti digarisbawahi adalah aktivitasnya. Saat penduduk lain punya aktivitas beragam: bermain, jalan-jalan, menghitung uang, kerja, bahkan main klarinet, pekerjaan Plankton setiap hari hanyalah mengamati Krusty Krab dan berusaha merancang cara untuk mencuri resep rahasia.
Terdengar tidak asing? Ini seperti kebanyakan dari kita di dunia modern, bukan? Seringkali, di waktu luang, kita lebih suka melakukan aktivitas tak produktif seperti kepo selebritas yang tenar, teman yang sukses, atau mantan pacar yang sudah bahagia.
Dampaknya, kita akan menyesali hidup kita dan menempatkan standar hidup di kaki mereka. Sayang, aku tidak kaya seperti mereka, tidak sukses, tidak cakep, maka keadaanku menyedihkan. Lagipula, kebahagiaanku sudah sirna karena tidak bisa balikan sama mantan. Kemudian, kita pun akan mencari kekurangan mereka, dengan harapan supaya hidup mereka menderita.
Semestinya, Plankton tak perlu terobsesi untuk mencuri resep. Bila dulu dia meracik daging burger bersama, mengapa dia tidak mencoba untuk memasak lagi, atau, dengan kecanggihan teknologi yang dimilikinya, menyewa koki profesional? Ini sama seperti kita yang lupa untuk memperbaiki diri, mencari cara untuk sukses dan bahagia tanpa melihat ke arah orang lain, apalagi mereka yang kita benci.
Tanpa disadari, Plankton telah menjadi fans berat Mr. Krab. Bagaimana tidak? Hidupnya cuma diisi dengan wajah Mr. Krab dan burger Krabby Patty. Dia lupa memikirkan cara untuk bisa keluar dari keadaan sulit dan membuat restorannya bangkit lagi. Bahkan, segala sumber dayanya dibuat hanya untuk mencuri resep. Ya, seluruh sistem komputasi canggih yang sebenarnya bisa jadi alat untuk meraih keuntungan besar.
Maka, bila kamu teringat Plankton di sela-sela waktu santai yang kamu habiskan untuk meratapi nasib dan memandang dengan benci ke kehidupan orang lain di media sosial, mungkin itu saatnya bagi kamu untuk bangkit, keluar dari Chum Bucket di pikiranmu yang pengap, kemudian cari inspirasi untuk sukses dan bahagia.
Seperti SpongeBob, mungkin, yang bahkan tidak peduli kalau gajinya hanya sepersekian persen dari pendapatan Mr. Krab? Selama dia bahagia dan hidup layak, mengapa tidak? Ya, kadang hidup memang sesederhana itu, bukan?