Bulan suci Ramadan sudah tiba, tapi kali ini dengan suasana yang begitu berbeda. Tidak lagi ada keramaian di jalanan untuk ngabuburit sambil nyari takjil, tidak ada lagi muda-mudi bonceng-boncengan di motor bebek sampai lupa buka puasa, dan keuwuan lainnya.
Sama halnya dengan suasana Ramadan di kampus-kampus tanah air, termasuk kampus saya, Unpad yang ada di Jatinangor (bukan Bandung). Tahun lalu, saya habiskan hari pertama saya puasa bersama teman-teman kampus di Unpad. H-5 barulah saya mudik (atau pulang kampung) ke rumah buat menghabiskan akhir Ramadan bersama keluarga.
Hal yang sering saya lakukan dengan teman kalau menjelang sore setelah kelas atau rapat, kami selalu nyari takjil di Pabukon, depan shelter damri Unpad. Hanya tinggal nyebrang dari situ, kami sudah dimanjakan dengan beraneka ragam makanan.
Pabukon atau Balē Pabukon seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, terletak di seberang kampus Unpad. Tepatnya di seberang shelter damri Unpad alias tempat buat nunggu bis kota. Setiap bulan puasa hadir, nggak seperti biasanya yang terbilang sepi, Pabukon di saat puasa menjadi tempat yang sangat ramai dari mulai jam 4 sampai jam 6 sore. Banyak mahasiswa Unpad dan masyarakat setempat yang menyerbu Pabukon untuk membeli takjil sambil ngabuburit dengan orang terkasih.
Makanan-makanan yang ada di Pabukon sangat bervariasi, mulai dari makanan basah, kering, aneka minuman, dan makanan berat atau lauk. Berjejer pula makanan seperti kolak pisang hijau, aneka gorengan (risoles, gēhu, bala-bala, dan lain-lain), sosis bakar, baso bakar, aneka kue, dan masih banyak lagi. Berjejer pedagang yang menjual es buah, cendol, sop buah, es kelapa, sampai es teh manis (bukan es kang pahit). Dan harga-harga dari berbagai aneka takjil tersebut terbilang murah untuk kantong mahasiswa. Rasanya pun nggak bisa dianggap remeh.
Mungkin saat ini banyak mahasiswa Unpad amat sangat merindukan berburu takjil di Pabukon atau di spot-spot lainnya yang ada di sekitar Jatinangor. Atau mungkin bagi mahasiswa yang mencoba untuk menghemat di pertengahan bulan Ramadan, biasanya selalu buka puasa bersama di MRU (Masjid Raya Unpad). Pasalnya, selain gratis, makanan-makanannya maknyos apalagi suasananya syahdu banget.
Berbeda dengan mahasiswa Unpad angkatan 2019, mungkin mereka belum bisa merasakan betapa serunya berburu takjil di Pabukon bersama teman-teman sepulang ngampus atau rapat organisasi. Mereka nggak bisa bucin-bucinan sambil ngabuburit di Pabukon, bukber di fakultas atau sekitar Jatinangor, atau terlambat sahur gara-gara nggak ada yang ngebangunin. Berbeda sama sekarang yang mungkin kalau sahur bisa dibangunin sama orang rumah, terutama ibu yang jadi alarm terbaik sepanjang masa.
Takjil favorit yang biasanya saya beli di Pabukon di antaranya ada sosis bakar, gorengan tempe dan bala-bala samping sosis bakar, dan es kolak pisang hijau dengan baluran susu manisnya yang maknyosss. Biasanya saya hanya menghabiskan 15 ribu untuk ketiga menu tadi. Atau di hari lain bisa sampai 20 ribu atau lebih kalau lagi maruk habis rapat, apalagi kalau habis praktikum.
Namun, buat kalian mahasiswa Unpad angkatan 2019 atau mungkin semua mahasiswa di seluruh perguruan tinggi Indonesia angkatan 2019, belum bisa ngerasain betapa serunya ngabisin bulan puasa di kampus masing-masing. Nggak perlu khawatir, masih ada tahun depan, kok. Sambil kita bareng-bareng berdoa, semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa beraktivitas kembali seperti biasanya.
Sementara buat para mahasiswa semester akhir, mungkin perlu direlakan karena nggak bisa merasakan Ramadan terakhir di kampus. Masak ya, malah mau nambah semester biar bisa ngerasain. Kan ya nggak?
Terakhir, saya ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa buat kalian yang menjalankannya. Tetap semangat dan produktif selama di rumah aja. Manfaatkan kebersamaan di rumah bersama keluarga karena tahun depan belum tentu kita masih bisa bersama dengan mereka. Terutama, jarang-jarang loh di hari pertama puasa bisa pulang ke rumah.
BACA JUGA Berkenalan dengan Jatinangor, Kota Kecil dengan Lautan Mahasiswa dan tulisan Erfransdo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.