Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

Ferika Sandra oleh Ferika Sandra
19 Desember 2025
A A
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai warga Banyuwangi yang tinggal cukup dekat dengan Bali, liburan ke Bali itu hanya perkara biasa. Tidak perlu cuti panjang, tidak perlu rencana ribet. Jarak tempuh dari Banyuwangi ke Bali bahkan cuma satu jam menyeberangi Selat Bali. Setelah kapal bersandar, kalian sudah resmi menginjak tanah tujuan dan langsung disambut patung Mahadewa yang berdiri gagah di depan Pelabuhan Gilimanuk. Seakan mengucap selamat datang, silakan mempersiapkan mental untuk menghadapi macet dengan khidmat.

Ya, Bali memang sedekat itu, jika tujuan kalian hanya ingin bersantai di wilayah Gilimanuk. Tapi cerita akan sangat berbeda jika kalian berniat menuju ibu kota, Denpasar. Sebab motoran dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Kota Denpasar, perjalanan masih membutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Empat jam yang akan terasa seperti satu hari kerja penuh, lengkap dengan ujian kesabaran.

Jalur Gilimanuk-Denpasar menguji kesabaran dan mental

Jalur dari Gilimanuk ke arah Denpasar pada dasarnya hanya jalan lurus. Lurus secara peta, tapi berliku secara batin. Sebab selepas keluar dari Gilimanuk, perjalanan ke arah Denpasar sebenarnya cukup menyenangkan. Sepanjang jalan, kawasan Taman Nasional Bali Barat menyuguhkan pemandangan rindang, hijau, dan menenangkan. Pohon-pohon besar berjajar seperti sedang berkonspirasi menciptakan suasana liburan yang terlalu indah untuk dicurigai.

Namun jangan salah. Jalur aspal yang terlihat lurus, mulus dan sejuk itu justru perlu diwaspadai. Bukan apa-apa, sepanjang Gilimanuk hingga Selemadeg, jalan-jalan berlubang kecil tapi dalam sering kali tak terlihat oleh pengendara motor. Lubangnya tidak besar, tapi cukup untuk membuat kendaraan oleng jika tidak fokus. Tidak jarang di titik ini sering sekali kendaraan yang melaju terlalu kencang mengalami kecelakaan tunggal.

Belum lagi pemandangan di sepanjang jalan yang menampilkan bentang alam pantai selatan Bali berpadu dengan kondisi vegetasi yang masih alami. Jika kalian tidak fokus, lokasi ini juga kerap membuat pengendara terjatuh.

Jalanan Tabanan yang terasa tak berujung

Sejak dulu, bagian perjalanan ke Bali yang paling membuat saya kesal adalah ketika sudah memasuki wilayah Tabanan. Entah mengapa, Tabanan terasa amat panjang dan tak kunjung selesai. Seolah-olah kabupaten ini diciptakan khusus untuk menguji iman pengguna jalan. Sebab setelah berhasil melewati jalan raya Jembrana, pengendara masih harus menyiapkan napas panjang.

Tantangan kalian harus melewati Kabupaten Tabanan, meski di aplikasi jaraknya hanya 60 kilometer saja. Namun 60 kilometer dengan topografi pegunungan akan terasa seperti labirin tanpa ujung. Sepanjang jalur tersebut, kalian wajib membawa stok sabar dari rumah. Sebab sejak rute penyeberangan Ketapang-Lembar ditutup, makin banyak transformers yang memilih jalur ini untuk menuju Pelabuhan Padang Bai. Di titik ini, kalian harus bijak mengambil keputusan. Mau lanjut jalan dengan mental baja, atau berhenti sejenak untuk menyiapkan jiwa.

Hal itu bukan tanpa sebab. Truk-truk transformers itu selalu berjalan beriringan, sementara lebar jalan Tabanan cukup riskan untuk bisa salip-salipan. Sedikit lengah, nyawa bisa jadi taruhan. Bisa jadi waktu tempuh jauh lebih panjang hingga dua jam lamanya akibat antrean kendaraan yang berjalan pelan. Kuncinya ya cuma sabar.

Baca Juga:

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Fakta Kerja di Bali Tidak Seindah Kata Orang

Finish di Bali dan selalu ingin kem-Bali

Setelah lelah menghadapi jalan panjang yang terasa tak berujung, truk-truk transformer yang menyemut, kemacetan yang memaksa berdamai dengan waktu. Pada akhirnya motoran ke Bali selalu bermuara pada satu kesimpulan yang sama: pulau ini tidak pernah benar-benar habis untuk diceritakan. Justru dari semua kerepotan itulah, selalu ada alasan untuk kembali.

Bali memang kota yang sangat kental dengan adat istiadat. Meski wisatawan datang silih berganti, tradisi tetap hidup. Di setiap sudut jalan, rumah, toko, bahkan SPBU, kalian akan menemukan canang. Persembahan kecil berisi doa dan rasa syukur yang diletakkan dengan penuh hormat oleh umat Hindu. Bali mungkin terlihat digerus budaya Barat di brosur pariwisata dan unggahan media sosial, tapi dalam keseharian, kesakralan masih dijaga oleh masyarakatnya.

Oh iya, satu lagi yang cuma Bali punya, upacara adat yang bisa menutup jalan tanpa perlu minta maaf. Tidak ada klakson marah. Semua orang berhenti, menunggu dan menerima. Sebab di Bali, waktu bukan cuma soal cepat sampai, tapi soal tahu kapan harus berhenti dan menghormati sesuatu yang lebih besar dari ego diri sendiri.

Penulis: Ferika Sandra
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Desember 2025 oleh

Tags: baliBanyuwangidenpasarjarak banyuwangi-balikabupaten tabanan
Ferika Sandra

Ferika Sandra

Seorang pustakawan dari Kota Malang yang mencoba menulis untuk menertibkan pikiran. Gemar dengan isu-isu literasi dan kebudayaan.

ArtikelTerkait

Jabodetabek Adalah Tempat KKL Terbaik

Bukan Bali, Tempat KKL Terbaik Adalah Jabodetabek

7 Oktober 2023
Membedah Alasan di Balik Kualitas Kopi Jawa Timur yang Begitu Fantastis

Membedah Alasan di Balik Kualitas Kopi Jawa Timur yang Begitu Fantastis

22 November 2023
Akui Saja, Batu Lebih Menarik Menjadi Destinasi Study Tour Ketimbang Jogja dan Bali Mojok.co

Sebagai Warga Lokal, Saya Setuju Study Tour ke Batu Malang Lebih Menyenangkan karena Study Tour ke Jogja dan Bali Sangat Membosankan

8 Mei 2025
Banyuwangi Nggak Butuh Mall, 4 Swalayan Ini Sudah Cukup Jadi Solusi Belanja Hemat untuk Gaji UMR Banyuwangi

Banyuwangi Nggak Butuh Mall, 4 Swalayan Ini Sudah Cukup Jadi Solusi Belanja Hemat untuk Gaji UMR Banyuwangi

20 Maret 2025
Banyuwangi dan Jember Terlalu Sering Disepelekan Jawa Timur (Pexels)

Banyuwangi dan Jember Terlalu Sering Disepelekan Jawa Timur

7 Maret 2025
Aib Banyuwangi yang Masih Menghantui meski Diromantisasi dengan Gemerlap Wisata

Aib Banyuwangi: Wisata Jeglong Sewu hingga Masalah Sampah yang Tak Ada Habisnya

24 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

Kembaran Bukan Purwokerto, Jangan Disamakan

16 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.