Hari yang saya harap cerah menjadi keruh gara-gara kelakuan dosen saya yang kekanak-kanakan.
Rabu itu saya ada kelas jam 8 pagi. Itu satu-satunya kelas yang harus saya hadiri di hari itu. Saya masih ngantuk sekali, tapi yang namanya kuliah itu wajib, saya tetap paksakan untuk berangkat. Berangkatlah saya dengan motor. Tentunya saya berangkat lebih pagi karena jalanan pasti macet karena orang berangkat kerja dan sekolah.
Sampai di kampus ternyata saya masih ada waktu untuk mampir ke kantin untuk ngopi. Setidaknya rasa kantuk saya terkikis sedikit. Hingga waktu sudah mendekat jam 08.00 saya beranjak ke kelas. Saya masuk kelas dan ternyata meja dosen masih kosong.
Ya sudahlah. saya pikir memang dosennya agak telat saja. Saya duduk saja di salah satu kursi yang ada di kelas dan menunggu sambil scrolling sosmed. Tiba-tiba muncul notifikasi WA pada pukul 07.56.
Lantas saya buka pesan itu dengan feeling yang nggak enak. Ternyata itu kabar dari dosen saya bahwa ia masih jauh dari kampus. Beliau memutuskan kelas dilaksanakan secara online saja. Alasan atau kendalanya nggak dijelaskan.
Dengan kesal dan sumpah serapah dalam hati, saya segera mengambil tas dan pergi dari kelas. Saya kembali ke kantin untuk makan Indomie double lalu pulang ke rumah dengan rasa kesal.
Ya, jadinya saya ke kampus cuman untuk habisin bensin dan makan Indomie. Toppingnya hati saya yang remuk redam plus kekesalan yang saya oseng dengan sejumput emosi.
Nggak susah dan lama kok untuk mengabari mahasiswa
Sebetulnya di hari sebelumnya teman saya sudah menanyakan ke dosen itu apakah kelas dilaksanakan offline. Namun, teman saya hanya di-ghosting dan kami tidak mendapat kepastian. Ini yang membuat saya semakin marah.
Saya tahu dosen sangat sibuk karena urusan administratif, riset, atau keluarga. Namun, apa susahnya sih mengabarkan mahasiswanya kalo ada kendala untuk hadir dengan tidak dadakan? Paling cuman butuh waktu 1 menit untuk membuka WhatsApp dan mengabari mahasiswa. Apakah kesibukan kalian tidak menyisakan 1 menit tersebut?
Mahasiswa juga nggak menuntut dosen untuk menjawab panjang-panjang kok. Kami cuman butuh jawaban “Ya” atau “Tidak”. Kalaupun ada kendala yang mengharuskan kelas ditunda ya tinggal disepakati bersama dengan mahasiswa. Sesimpel itu, lho.
Dosen yang suka cancel kelas dadakan harusnya malu!
Kalian para dosen yang punya kebiasaan kayak gini harusnya malu ke mahasiswanya sendiri. Mahasiswa aja biasanya mengirim keterangan lewat WA atau email ke dosen bila berhalangan hadir. Masa dosen tidak bisa seprofesional ini?
Umumnya kalian para dosen sudah menjalani pendidikan S2 atau S3 kan ya. Harusnya sudah lebih terdidik, disiplin, juga bersikap profesional. Jangan sampai bersikap kekanak-kanakan dengan komunikasi yang jelek ke mahasiswa.
Kalau mahasiswa yang tidak memberi keterangan terkait kehadirannya, konsekuensinya jelas. Kehadirannya akan dianggap alfa. Nah, kalau dosen bagaimana konsekuensinya? Kalau mahasiswa menegur atau lapor ke kaprodi, kami khawatir nilai kami akan berpengaruh jadi jelek.
Segera bertobatlah kalian!
Buat kalian para dosen yang masih suka cancel kelas dadakan, bertobatlah! Ingat, kalian itu adalah role model bagi mahasiswa di kampus. Pendidikan kalian lebih tinggi dan harus menjadi contoh yang baik. Jadi, tolong lebih profesional kalo jadi dosen.
Kami mahasiswa juga punya waktu dan tenaga yang harus kalian hargai. Selain itu, tolong hargai bensin yang kami habiskan untuk menuju kampus. Makin hari bensin semakin mahal, sedangkan mahasiswa banyak yang uangnya pas-pasan. Jangan sampai bensin kami habis dengan sia-sia karena kalian para dosen membatalkan kelas dadakan.
Penulis: Mohammad Rafatta Umar
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















