Banyak yang bilang, Indomaret adalah tempatnya orang kalahan tampil. Duduk di kursi besi, sebatang rokok, dan sebotol Golda, jadi tempat paling nyaman dan aman untuk orang-orang yang dihajar keadaan. Saya setuju itu, tentu saja. Tapi ada satu hal yang orang luput dari Indomaret, adalah tempat penyelamat pengendara jarak jauh.
Tiap minggu, saya menempuh setidaknya 200 kilometer, dari rumah menuju kantor dan sebaliknya. Meski sebenarnya tak terlalu jauh, tapi saya tetap harus beristirahat di tengah jalan karena perjalanan jauh rentan bikin ngantuk. Kadang, saya mlipir di warung atau rumah kosong. Tapi, seringnya saya di Indomaret.
Ritual saya tiap mampir di Indomaret hampir sama: masuk, ke rak pendingin, ambil Kratingdaeng, lalu saya beristirahat sekitar 10-20 menit sambil minum energy drink. Tahu, itu tak bagus dikonsumsi dalam jangka panjang. Tapi beri saya opsi terbaik penghilang ngantuk di jalanan selain energy drink. Go on.
Dan seringnya, saat saya beristirahat, ada satu hal yang terpikir di kepala saya: bagaimana kalau Indomaret tidak ada? Bagaimana nasib orang-orang seperti saya?
Indomaret menolong, sekalipun bukan itu tujuan mereka
Naif kalau bilang Indomaret itu ada untuk “kepentingan sesama”. Mereka ini bergerak atas nama bisnis, dan yang dicari adalah profit. Akui saja itu. Tapi tak berarti, sesuatu yang niatnya profit itu tak punya efek yang positif. Dunia itu punya logikanya sendiri, Bro.
Secara tak sadar, persebaran Indomaret di daerah-daerah yang kerap dilewati kendaraan itu bikin para penjelajah antarkota punya tempat aman untuk beristirahat. Minimarket yang operasinya bisa 24 jam ini setidaknya bikin para pengendara punya kepastian di mana mereka beristirahat.
Buat orang yang berangkat ke kota lain pas dini hari pun tak perlu khawatir untuk stok perjalanan mereka. Minuman, makanan, handuk, roti, rokok, bisa dibeli semua di Indomaret. Dan ini bikin mereka tak perlu overthinking selama di jalan.
Inilah yang saya bilang tentang bisnis yang berdampak. Memang tujuannya profit, tapi kalau punya dampak positif tanpa sadar, ya malah bagus.
Andai tidak ada
Kalau Indomaret tidak ada, saya sih bingung ya kudu istirahat di mana kalau perjalanan ke Jogja dari Wonogiri.
Saya masih ingat betul awal-awal masa saya kuliah. Kalau berangkat dan pulang, ya bingung saya mau leren di mana. Rumah warga? Genah ora. Warung? Ya sulit. Angkringan doang paling kalau mau istrirahat. Tapi kan angkringan cocok-cocokan kan ya.
Beda dengan Indomaret. Tuh kasir kagak peduli. Kualitas barang ya terjaga. Toh Anda mau istirahat doang tanpa beli ya bisa. Nggak ada yang ngelarang. Coba situ duduk di kursi angkringan tapi nggak beli. Selain kok aneh, koe ketok goblok. Tenan.
Maka dari itu, kalau ada hal yang bikin saya berterima kasih pada Indomaret selain ATM BCA, ya perkara tempat istirahat. Di kursi besinya yang lusuh dan mejanya yang pliket, kita bisa mengurai rasa kantuk dan menghilangkannya pelan-pelan. Letih yang ada menguap pelan-pelan dan tersiram energy drink yang membuat ginjalmu meronta. Tapi jauh lebih baik ketimbang mengantuk dan bikin kamu nabrak pedagang bakso.
Kayak saya kemarin-kemarin. Goblok.
Sekali lagi, terima kasih Indomaret di sepanjang jalan Klaten-Jogja. Tanpa kalian, saya bisa apa. Terima kasih udah sering bikin promo Kratingdaeng dan Kopi Baper yang enaknya minta ampun.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















