Saat dulu masih kuliah, saya cukup terbilang aktif di organisasi mahasiswa eksternal. Alasannya, karena saat itu memang saya menemukan tempat untuk menyalurkan kreativitas saya. Saya bisa menulis pun karena masuk organisasi eksternal ini. Walaupun, dewasa ini organisasi eksternal banyak dipandang sebelah mata.
Tapi saya nggak mau cerita itu, saya mau cerita soal pengalaman unik atau justru aneh yang saya alami selama aktif di organisasi mahasiswa eksternal. Karena namanya organisasi mahasiswa eksternal, tentu saja banyak mahasiswa di dalamnya. Berbagai jenis mahasiswa saya temui. Termasuk mahasiswa dengan pemikiran aneh.
Saking anehnya, saya sampai nggak bisa lupa sampai sekarang. Karena, ya, aneh banget. Kalian nilai sendiri nih keanehan pemikiran mereka.
#1 Organisasi lebih penting daripada akademik
Pertama, organisasi lebih penting dibandingkan kewajibannya sebagai mahasiswa untuk menyelesaikan akademiknya. Seringkali banget saya nemu mahasiswa kayak begini. Padahal, banyak dosen-dosen yang dulunya aktif di organisasi mahasiswa eksternal, tapi selalu menasihati agar tetap fokus ke akademik.
Nyatanya, ada yang bebal dan lebih memilih mengorbankan akademik demi organisasi. Organisasi diikuti sampai malam, rapat sampai bela-belain begadang, tapi perkuliahan diabaikan. Bahkan, ada yang sampai DO karena kuliahnya nggak becus, tapi tetap lancar di organisasi. Kocak banget.
Lucunya, dulu pernah terjadi di organisasi mahasiswa eksternal yang saya ikuti. Ada orang sejenis ini nyalon jadi ketua umum, malah dipilih. Stres. Orang-orang malah milih dia jadi pemimpin, padahal mengurus diri sendiri dan akademiknya aja nggak becus.
#2 Nggak bisa berkembang kalau tidak menguasai himpunan dan BEM
Pemikiran aneh kedua yang pernah saya temui adalah merasa nggak bisa berkembang kalau tidak menguasai himpunan dan BEM. Masuk organisasi eksternal itu justru bukan untuk berkembang, tapi buat menguasai himpunan dan BEM, baru di situ jadi tempat berkembang. Aneh banget nggak, tuh.
Kan sama-sama organisasi. Bedanya, yang satu eksternal, satunya lagi internal. Jadi, buat apa masuk eksternal hanya untuk masuk internal. Organisasi eksternal seakan-akan lembaga calo yang digunakan untuk masuk organisasi internal doang.
Padahal, organisasi eksternal bisa membuat program, acara, sampai pelatihan sendiri. Sayangnya, banyak yang menganut pemikiran aneh seperti ini saat saya masih mahasiswa. Saat organisasi mahasiswa eksternal kalah di PEMIRA (Pemilihan Umum Raya), organisasi mahasiswa eksternal jadi anyep dan nggak ada kegiatan.
Ujung-ujungnya hanya orang-orang dengan pemikiran normal yang terus membuat program agar berkembang di organisasi mahasiswa eksternal.
#3 Menganggap orang-orang yang nggak gabung organisasi adalah mahasiswa kelas 2
Ini jatuhnya aneh plus brengsek, sih. Kok bisa-biasanya menganggap orang yang nggak gabung organisasi mahasiswa eksternal sebagai mahasiswa kelas 2, padahal organisasi tempatnya bernaung tidak membatasi dan membebaskan siapa saja bergabung. Seakan-akan mahasiswa yang tidak bergabung dianggap kurang sempurna.
Tapi, giliran waktunya butuh suara saat PEMIRA, mendekati dan memohon-mohon supaya diberikan suara. Mirip banget kelakuannya sama yang kemarin didemo masyarakat, ya? Padahal ini sudah terjadi dari beberapa tahun lalu, bahkan masih mahasiswa pula! Memang susah dihapus orang-orang kayak begitu di legislatif kita, wong dari bibitnya saja sudah ada yang sejelek itu.
#4 Menganggap senior adalah sumber pendapatan
Ada lagi yang aneh, hidup dari organisasi dengan cara ngikutin senior. Ada yang menganggap senior adalah dompet berjalan, jadi sumber pendapatannya. Jadi, dia cari duit dari “mengolah” senior.Â
Ini tuh bukan maksudnya minta kerjaan ke senior, loh. Bukan sama sekali. ini literally morotin senior. Jadi setiap ada apa-apa ke senior. Dengan dalih program, acara, sampai segala bensin minta ke senior. Okelah kalau misalnya minta ke senior yang suka ngatur-ngatur, karena risiko dari ngatur-ngatur itu, lah ini senior yang nggak aktif dan sudah sibuk dengan kehidupan barunya masih juga diolah. Aneh betul.
Memang makin ke sini organisasi mahasiswa eksternal perlu banyak berbenah. Karena polanya malah mirip-mirip beberapa ormas dan partai yang suka buat aneh-aneh. Bukannya berkembang, malah bikin roda setan yang begitu-begitu aja terus berputar.
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















