Mie ayam memang nggak lumrah sebagai menu sarapan, kecuali di Jakarta. Di ibu kota, begitu mudah menemukan penjual mie ayam di pagi hari karena memang itulah salah satu menu sarapan favorit warganya. Banyak perantau dari berbagai daerah syok mendapati kenyataan ini, tapi tetap berupaya menyesuaikan diri.Â
Sebagai orang Jakarta dan pemilik warung mie ayam, saya berupaya memahami culture shock itu. Di sisi lain, saya bertanya-tanya, alasan apa yang membuat makanan ini nggak cocok sebagai menu sarapan. Bagi saya, ini makanan paling pas untuk memulai hari.Â
Nah, bagi kalian yang masih berupaya menikmati mie ayam sebagai menu sarapan seperti warlok Jakarta, beberapa cara di bawah ini bisa digunakan. Simak baik-baik ya:
#1 Pesanlah setengah porsi mie ayam saja
Mie ayam memang dikenal sebagai makanan yang disediakan dalam porsi banyak. Tapi, nggak masalah kalau mau pesan setengah porsi. Tidak akan ada yang dihakimi. Aman. Banyak pelanggan warung orang tua saya yang pesan setengah porsi saat makan di pagi hari dan tetap dilayani dengan baik kok.Â
Akan tetapi, ada saja warung yang tidak melayani pesan setengah porsi. Kalau begitu, ada dua solusinya. Pertama, kasih setengah porsi ke teman makan yang lahap. Kedua, pindah tempat makan. Begitu saja daripada perut jadi begah. Lebih baik tidak usah dipaksakan makan satu porsi utuh.
#2 Jangan pesan mie ayam komplit
Kalau ingin belajar menikmati mie ayam sebagai sarapan, jangan pesan varian komplit. Pesanlah varian yang biasa saja. Ini bisa jadi solusi untuk mengatasi perut begah selain mengurangi porsi. Semakin sederhana sajiannya, justru semakin nikmat untuk sarapan.Â
Bahkan, kalau kalian ingin memesannya tanpa isian tertentu juga bisa kok. Misal, kalian kurang cocok makan daging di pagi hari atau vegetarian, bisa minta tolong penjualnya untuk sisihkan isiannya. Di warung mie ayam orang tua saya, ada pelanggan seperti itu dan tetap dilayani dengan baik kok.Â
#3 Nggak usah kebanyakan pakai sambal
Satu lagi yang penting. Jangan pernah manyantap makanan satu ini dengan sambal berlebih. Memang enak sih di lidah, tapi berpotensi jadi masalah untuk perut. Ingat, hari kalian masih panjang.Â
Asal kalian tahu, mie ayam masih tetap nikmat tanpa ditambah sambal, terlebih untuk sarapan. Makanan yang rasanya yang clean dan enteng justru membuat segar. Apalagi ditemani teh anget yang sering disediakan gratis oleh penjualnya. Rasanya perut dan kantong jadi tentram.Â
#4 Makan di tempat lebih baik
Makan langsung di tempat sangat saya sarankan agar kualitas tekstur dan rasa tidak berubah atau berkurang. Kalau dibungkus, kehangatan dan kematangan mienya perlahan akan memudar. Mie jadi mengembang dan membuatnya jadi lebih besar untuk ditelan ke perut. Jelas itu mengurangi kenikmatan makanan.Â
Hal seperti ini kerap sekali dilakukan pembeli. Kadang saya curiga, jangan-jangan mereka yang nggak menjadikan mie ayam sarapan karena selalu dimakan di rumah ya. Jelas kenikmatannya akan berkurang. Itu mengapa, kalau ingin belajar menikmati makanan satu ini sebagai menu sarapan, cobalah untuk menyantapnya langsung di tempat. Saya jamin rasanya akan sangat beda dengan dibungkus.
Di atas beberapa hal yang bisa kalian lakukan untuk belajar menikmati mie ayam sebagai menu sarapan. Mie ayam sebagai sarapan adalah salah satu kenikmatan dunia yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Itu mengapa saya sangat menyarankan kalian belajar menikmatinya selagi hidup di Jakarta. Semoga kalian bisa segera terbiasa ya.Â
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















