Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Sampai Kiamat pun Jalan TB Simatupang Akan Tetap Macet!

Adly Febrian oleh Adly Febrian
22 Agustus 2025
A A
Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ada satu hal yang bisa kita jadikan pegangan hidup di Jakarta: rejeki belum tentu lancar, jodoh bisa datang dan pergi, harga cabai naik-turun, tapi macet di Jalan TB Simatupang, ah itu sudah pasti.

Sejak zaman Blackberry Messenger masih eksis sampai era orang sibuk bikin story di Instagram, jalan ini nggak pernah lepas dari kutukan bernama kemacetan. Bahkan, banyak yang percaya, sampai kiamat pun, jalan ini tetap akan macet.

Lho, kok bisa sepesimis itu?

Jalanan yang sempit, ambisi yang kebesaran

Mari kita mulai dari hal paling sederhana: kapasitas jalan. TB Simatupang itu jalannya tidak selebar harapan para pengembang perumahan dan perkantoran di sekitarnya. Di atas kertas, lebar jalan itu mungkin masih oke buat menampung kendaraan pribadi, transportasi publik, dan sedikit truk-truk logistik.

Tapi masalahnya, kawasan TB Simatupang sejak lama digadang-gadang jadi business district baru Jakarta. Maka, kantor-kantor bermunculan, apartemen tumbuh subur, dan mal-mal berdiri gagah. 

Ambisi besarnya menjadikan TB Simatupang sebagai Semanggi jilid dua. Tapi yang lupa dipikirkan, jalan di situ ya tetap segitu-segitu aja. Tidak ada upgrade serius. Jadi, ibarat rumah kontrakan tipe 36 yang tiba-tiba disuruh menampung hajatan tujuh turunan, ya macetlah hasilnya. 

Proyek galian yang tidak ada habisnya di Jalan TB Simatupang

Kalau bicara TB Simatupang, nggak lengkap rasanya tanpa menyinggung proyek galian. Entah itu untuk kabel, pipa air, fiber optik, atau proyek rahasia ala film Mission Impossible. Yang jelas, sejak saya kecil sampai sekarang sudah skripsian, galian di TB Simatupang kayaknya nggak pernah benar-benar selesai.

Setiap beberapa bulan sekali, pasti ada saja bagian jalan yang dibongkar. Habis dibongkar, ditutup sementara dengan aspal tambal sulam, lalu tiga bulan kemudian dibongkar lagi. Begitu terus siklusnya, persis hubungan toxic yang nggak pernah benar-benar putus.

Baca Juga:

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

Akibatnya, jalur yang sudah sempit jadi makin sempit. Motor dipaksa zig-zag, mobil terpaksa nyalip di pinggir, dan truk logistik jadi raja jalanan. Alhasil, arus lalu lintas macet total. 

Kesalahan tata kota yang diulang-ulang

Macet di Jalan TB Simatupang sebenarnya hanya gejala. Penyakit utamanya adalah tata kota Jakarta yang dari dulu memang nggak pernah belajar dari kesalahan. Bayangkan saja kawasan TB Simatupang diproyeksikan jadi pusat bisnis, tapi transportasi publik yang menopang kawasan itu setengah hati. Memang ada MRT di Lebak Bulus dan Fatmawati, tapi coba saja lihat, akses dari stasiun ke kantor-kantor di sepanjang TB Simatupang? Minim sekali. 

Apa yang terjadi? Semua orang akhirnya tetap mengandalkan kendaraan pribadi. Alhasil, volume kendaraan selalu lebih besar daripada kapasitas jalan. Formula klasik penyebab macet.

Kalau tata kotanya serius dari awal, seharusnya kawasan ini dipikirkan sebagai transit-oriented development (TOD). Jadi, orang bisa dengan mudah turun dari MRT, naik shuttle atau bus kecil, lalu masuk ke kawasan kantor. Tapi yang terjadi? Jalanan kantor-kantor besar justru dibangun tanpa pertimbangan akses transportasi massal.

Budaya mobilitas Jeakarta yang susah diubah

Mentalitas warga Jakarta menjadi satu lagi alasan kenapa Jalan TB Simatupang macet abadi. Selama status sosial masih diukur dari merek mobil yang dipakai, dan transportasi publik belum benar-benar nyaman, maka macet di TB Simatupang nggak akan pernah hilang.

Coba saja perhatikan jam pulang kantor. Di depan setiap gedung, antrean mobil mengular keluar, supir taksi dan ojol menunggu, bus TransJakarta tersendat, sementara motor berebut lajur. Semua tumpah ruah.  

Budaya mobilitas semacam ini membuat TB Simatupang jadi laboratorium kemacetan. Tempat di mana kamu bisa makan satu bungkus nasi padang dan memarkir motor di tengah-tengah kemacetan.

Jadi, kapan TB Simatupang bebas macet?

Jawabannya, jangan mimpi. Jalan sempit, proyek galian nggak berkesudahan, tata kota yang amburadul, plus budaya mobilitas warga Jakarta. Semua itu adalah racikan sempurna yang menjadikan TB Simatupang tetap macet, bahkan sampai kiamat.

Mungkin nanti kalau dunia sudah kiamat, dan kita semua antre di padang mahsyar, arwah-arwah orang Jakarta bakal saling menyalip di jalan TB Simatupang versi akhirat. 

Jadi, kalau ada yang masih berharap TB Simatupang bebas macet, percayalah, itu sama naifnya dengan berharap kalau Indonesia Emas 2045 akan terjadi. 

Penulis: Adly Febrian
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jalan TB Simatupang Layak Mendapat Predikat Jalan Paling Memuakkan di Jakarta

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2025 oleh

Tags: JakartaJalan TB Simatupangkemacetan jakartakemacetan tb simatupang
Adly Febrian

Adly Febrian

Adly Febrian, mahasiswa Ilmu Politik di UPNVJ dan penulis buku "Mencari Penderitaan di Jakarta"

ArtikelTerkait

Flyover Pasar Rebo, Tempat Pacaran Favorit sekaligus Tempat Tawuran Favorit di Jakarta Timur

Flyover Pasar Rebo, Tempat Pacaran Favorit sekaligus Tempat Tawuran Favorit di Jakarta Timur

28 Februari 2024
Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh Obsesi yang Dipaksakan (Unsplash)

Kereta Cepat Jakarta Bandung Whoosh Hanya Sebatas Ambisi yang Manfaatnya Sangat Minim dan Kerugian yang Dirasakan Indonesia Bisa Sampai Kiamat

23 April 2024
Riang Prasetya, Ketua RT Rasa Kepala Daerah

Riang Prasetya, Ketua RT Rasa Kepala Daerah

27 Mei 2023
3 Alasan Ayam Geprek Bu Rum Harus Buka Cabang di Jakarta ayam geprek jogja

3 Alasan Ayam Geprek Bu Rum Harus Buka Cabang di Jakarta

8 Oktober 2024
naik krl

Berjibaku Naik KRL di Bawah Bayang-Bayang Virus Corona

13 Maret 2020
Surabaya Kota Sukses karena Punya Outlet Mie Gacoan Paling Banyak di Indonesia

Surabaya Kota Sukses karena Punya Outlet Mie Gacoan Paling Banyak di Indonesia

24 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.